• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Kesimpulan

Selain keIndonesiaan atau kebangsaan dan kemahasiswaan, kualifikasi HMI sebagai gerakan pemuda adalah ke-Islaman, maka, selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keIndonesiaan dan kemahasiswaan, HMI harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai ke-Islaman. Sekalipun dukungan pada nilai-nilai ke-Islaman itu tetap dalam format yang tidak dapat dipisahkan dari keIndonesiaan dan kemahasiswaan. Artinya penghayatan HMI pada nilai-nilai ke-Islaman tentu tidak dapat lepas dari lingkungan ke-Indonesiaan demi efektifitas dan fungsionalitas ke-Islaman itu sendiri. Juga tidak terlepas dari kemahasiswaan dimana terdapat suatu pola penghayatan ke-Islaman yang lebih cocok dengan kelompok masyarakat yang menikmati hak istimewa sebagai civitas academik atau yang disebut didalam konstitusi HMI insan akademis.

Karena ke-Indonesiaan itulah, HMI tampil sebagai organisasi Islam dalam format dan citra yang sedikit banyak berbeda dari penampilan organisasi Islam dalam kawasan lingkungan budaya besar Arab. Walaupun berbeda dari kawasan lingkungan yang bernuansa Islam namun sebenarnya perbedaan itu penting karena dapat melahirkan fungsi dari adaptasi kreatif yang melahirkan efektifitas. HMI berkiprah dalam lingkungan Melayu yang mana budaya Islam masih melekat kuat di dalamnya sehingga HMI dapat menerapkan budaya besar yang beradaptasi dari banyak lingkungan yang bernuansa Islam, sehingga memperoleh pengakuan ilmiah-keagamaan penuh yaitu gaya ke-Islaman dengan warna budaya besar Melayu khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Sebagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, HMI dalam perkembangannya sekarang ini, setelah hadir selama hampir puluhan tahun adalah sangat beruntung, HMI kini memiliki ssuatu lingkungan yang tangguh sekaligus kondusif bagi perjuangan mengemban misinya. Ini terlihat dari lingkungan HMI yang bersifat horizontal, berupa suasana umum untuk memberikan kebangkitan Islam di negeri ini, dan bersifat vertikal yang mana HMI berupaya membangun pertumbuhannya sendiri melalui para kader dan alumninya yang sesuai dengan konstitusi himpunan yang tak lain yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Oleh karena itu, HMI , tetap harus memiliki jiwa independen yang tegar dan konsisten, bermoral dan etis. Sama dengan semua orang selam tetap diperlukan sikap kritis yang membangun dengan jujur, adil dan berakhlak. Dalam interaksi sosial inilah bahkan dalam interaksi sosia yang lebih luas, HMI harus mempertahankan milik dan kehormatan yang paling berharga, yaitu indepedensi. Dan indepedensi itu tidak lain ialah hak bebas untuk memutuskan, meskipun dalam membuat keputusan tersebut harus melibatkan pengumpulan dan penggalangan informasi yang seluas-luasnya.

Proses berdirinya HMI menuai tanggapan dari masyarakat luas, yang mana HMI nantinya dapat menjadi ujung tombak daripada pergerakan Mahasiswa Islam di Indonesia khususnya di Medan. Namun hal-hal yang bersifat negatif dapatlah di kesampingkan, karena nantinya ditakutkan akan menghambat laju dari roda organisasi HMI. Dan hal ini biasa dalam pembentukan dan perkembangan sebuah organisasi baik itu organisasi kemasyarakatan, etnis dan kemahasiswaan. Perkembangan HMI di Medan juga tidak

terlepas dari dukungan masyarakat Medan yang majemuk dan agar HMI diterima ditengah masyarakat.

5.2. Saran

Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis menyarankan agar HMI di Medan dapat bangkit kembali sebagai sebuah organisasi Islam, yang benar-benar dapat memperjuangkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar serta kemaslahatan ummat Islam di Indonesia khususnya di Medan. HMI di Medan harus pula belajar dari pengalaman sejarah mereka sendiri agar dapat berdiri sebagai sebuah organisasi mahasiswa Islam yang istiqomah terhadap idealismenya. Tak hanya itu saja diharapkan pula agar HMI di Medan benar-benar dalam melakukan perkaderan yang mana perkaderan adalah ujung tombak dari organisasi ini yang memang disadari bahwa keinginna mahasiswa mulai berkurang untuk masuk ke dalam organisasi mahasiwa, yang nantinya akan mampu membawa HMI kearah pemikiran yang lebih maju lagi. Serta diharapkan pula agar HMI di Medan tetap dapat mempertahankan idealsme sebagai mahasiswa, dan tidak terjebak dengan sikap pragmatisme. Sehingga nantinya HMI tidak terjebak dalam konflik internal yang dapat melemahkan kekuatan HMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa Islam. Juga diharapkan untuk dapat terus membina komisariat-komisariat, serta pembinaan aparat organisasi yang menjadi tulang punggung gerak perkaderan HMI kedepan natinya.

HMI di Medan diharapkan pula untuk dapat menjalin kerjasama dengan oraganisasi yang ada dikota Medan ini dalam usaha membangun kehidupan yang kondusif diantara organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di kota Medan juga nantinya dapat memberikan sumbangsih nyata akan perbaikan kehidupan bangsa Indonesia saat ini. HMI di Medan harus dapat melakukan sebuah sikap yang dapat membawa kebaikan

bagi masyarakat Islam di Medan, melalui gerakan dakwah yang lazimnya dipakai oleh organisasi Islam lainnya dan ini tidak terlepas dari HMI sendiri yang memakai Islam sebagai asas organisasi. Tidak hanya itu saja HMI juga harus dapat menjadi agen perubahan (agent of change) terhadap kebijakan pemerintah. Yaitu dengan mendukung kebijakan pemerintah yang dianggap dapat membawa kebaikan bagi masyarakat serta mampu pula untuk bertindak tegas terhadap kebijaan masyarakat yang dinilai membawa kemudharatan bagi masyarakat banyak.

Mudah-mudahan HMI Cabang Medan tetap eksis dalam aktifitas organisasnya sehingga nantinya dapat membawa kebaikan bagi umat Islam di Medan maupun di Indonesia serta secara keseluruhan, serta dapat mewujudkan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.