• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis dan subjek periodonsium sehat. Antioksidan yang dihasilkan pada subjek periodontitis dan subjek periodonsium sehat tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut kemungkinan dikarenakan subjek periodontitis kronis yang diperoleh pada penelitian ini dalam kategori ringan.

6.2 Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk mengetahui: 1. Status antioksidan total pada serum subjek periodontitis kronis 2. Perbedaan status antioksidan total pada subjek periodonsium sehat dan

subjek dengan kondisi periodontal yang lebih parah

3. Superoksida dismutase (SOD) pada cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri dengan pejamu. Terdapat peran senyawa oksigen reaktif (SOR) dalam bakteri dan pejamu sebagai perantara kerusakan jaringan. Pada beberapa tahun terakhir telah meningkat perkembangan dalam penelitian medis dan gigi tentang radikal bebas, SOR dan antioksidan.12

Dalam bab ini akan dibahas tentang penyakit periodontal yang salah satunya adalah periodontitis kronis yang dalam patogenesisnya dapat meningkatkan SOR sehingga terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif yang terdapat dalam proses inflamasi akan menurunkan antioksidan.

2.1 Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya. Setiap jaringan memiliki peran yang penting dalam memelihara kesehatan dan fungsi dari periodontal. Keadaan jaringan periodontal ini sangat bervariasi, tergantung atau dipengaruhi oleh morfologi gigi, fungsi maupun usia.14

2.1.1 Gambaran Gingiva Normal

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi linggir alveolar. Gingiva juga merupakan bagian dari struktur pendukung gigi, periodonsium dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.7

Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh darah, ketebalan dan tingkat kreatinisasi epitel, dan adanya sel pigmen yang

terkandung.1,7 Ukuran gingiva berdasarkan jumlah total dari sebagian besar elemen seluler dan intraseluler dan pasokan pembuluh darah. Perubahan dalam ukuran gingiva merupakan tanda dari penyakit gingiva.1

Kontur dan bentuk gingiva bervariasi, tergantung pada bentuk gigi dan keselarasan dalam lengkung rahang.1 Permukaan gingiva mirip dengan tekstur kulit jeruk yang disebut stippling.1,7 Gingiva cekat memiliki tekstur stippling dan pada

margin gingiva tidak. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur stippling sedangkan bagian margin gingiva lebih halus. Pola dan perluasan stippling

bervariasi antar individu dan antar sisi pada satu individu. Stippling tidak jelas pada permukaan oral dan pada permukaan wajah tidak terdapat di beberapa individu.1

Gambar 1. Gambaran gingiva dan papila interdental dalam keadaan normal1

2.1.2 Penyakit Jaringan Periodontal

Penyakit periodontal adalah infeksi kronis yang diakibatkan bakteri plak dan ditandai dengan peradangan menetap, kerusakan jaringan ikat dan resorpsi tulang alveolar. Mediator inflamasi dan molekul yang merusak jaringan dapat ditemukan dalam jaringan gingiva, cairan sulkus gingiva dan saliva pada pasien periodontitis.15 Jaringan periodontal dapat mengalami berbagai perubahan patologi, inflamasi, degenerasi dan neoplasma. Inflamasi dapat akut atau kronis. Sesuai dengan definisinya, inflamasi akut timbulnya mendadak, sakit dan berdurasi singkat. Inflamasi kronis timbul lebih lambat, jarang terasa sakit dan berdurasi lama.7

Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal.3 Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, tanda dan gejalanya adalah nyeri lokal atau menyeluruh, halitosis, perdarahan gingiva ketika menyikat gigi, gingiva bengkak dan terbentuknya poket gingiva.6

Periodontitis adalah peradangan pada ligamen periodontal dan jaringan penyangga gigi yang dapat menyebabkan kehilangan tulang dan ligamen periodontal yang disebabkan oleh bakteri, debris makanan dan deposit kalkulus.6

Perubahan warna pada gingiva bervariasi dengan intensitas peradangan. Awalnya ada peningkatan eritema. Dalam peradangan akut yang parah warna merah secara bertahap menjadi kusam, abu-abu keputihan. Berkurang atau hilangnya

stippling adalah tanda dari penyakit gingiva. Pada inflamasi yang kronis permukaan

gingiva lebih halus dan berkilat.1

Gambar 2. Gingiva dalam keadaan inflamasi1

2.2 Periodontitis Kronis

Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi yang mengakibatkan peradangan dalam jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan tulang.16 Periodontitis kronis adalah penyakit inflamasi yang mencapai 10-15% dari populasi negara berkembang dan merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa.17 Lebih dari 47% di negara Amerika orang

menderita periodontitis kronis dan pada negara berkembang prevalensinya lebih tinggi. 18

Periodontitis kronis dihubungkan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan biasanya tingkat perjalanan penyakit lambat sampai sedang, tetapi periode destruksi lebih cepat diamati. Peningkatan dari perjalanan penyakit dapat disebabkan oleh faktor lokal, sistemik, atau faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi interaksi antara pejamu dengan bakteri.16 Klasifikasi periodontitis kronis terbagi atas tiga yaitu: periodontitis kronis ringan dengan kehilangan perlekatan 1-2 mm, periodontitis kronis sedang kehilangan perlekatan 3-4 mm dan periodontitis kronis berat kehilangan perlekatan ≥ 5 mm.18

Senyawa oksigen reaktif (SOR) menjadi salah satu patogenesis dari periodontitis yang juga memiliki peran penting dalam metabolisme normal. Senyawa oksigen reaktif (SOR) bersifat sangat merusak dan beracun secara alami.8 Aktivitas PMN akan memproduksi SOR dalam jumlah yang besar dan menyebabkan kerusakan dari jaringan periodontal.19

2.2.1 Gambaran Klinis Periodontitis Kronis

Karakteristik gambaran klinis pada periodontitis kronis terdiri dari akumulasi plak supragingiva dan subgingiva, inflamasi gingiva, terbentuknya poket, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang.16

Gambaran klinis pada periodontitis kronis adalah:7 1. Inflamasi Gingiva dan Perdarahan

Keparahan inflamasi gingiva tergantung pada higiene oral, bila kebersihan mulut buruk, maka inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi perdarahan waktu penyikatan gigi atau bahkan dapat terjadi perdarahan spontan. Bila penyikatan gigi cukup baik dan plak cukup terkontrol, tetapi masih dijumpai deposit subgingiva karena skeling yang kurang adekuat, maka penyakit periodontal mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan superfisial.7

2.Poket Periodontal

Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal, tetapi harus tetap diinterpretasikan bersama-sama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan, serta tanda-tanda radiografi dari kerusakan tulang alveolar. Apabila tidak terjadi pembengkakan pada gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epitelium, tetapi pembengkakan tersebut sering terjadi pada usia muda sehingga ditemukan poket sedalam 3-4 mm yang merupakan poket gingiva atau poket palsu. Poket sedalam 4 mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal.7

3. Resesi Gingiva

Resesi gingiva merupakan pergeseran margin gingiva ke apikal yang dapat menyebabkan terbukanya akar gigi. Resesi gingiva seringkali disertai dengan kerusakan jaringan periodontal dan periodontitis kronis.7

4. Kehilangan perlekatan

Gambaran klinis yang menjadi ciri khas periodontitis adalah kehilangan perlekatan. Dalam beberapa kasus, resesi dari margin gingiva dapat disertai kehilangan perlekatan. Tanda klinis dari inflamasi diantaranya adalah perubahan warna, kontur, konsistensi dan perdarahan ketika probing tidak selalu menjadi indikator dari kehilangan perlekatan.16

5. Mobiliti Gigi

Pada kelainan periodontal kerusakan jaringan selalu disertai dengan inflamasi dan seringkali disertai trauma oklusal. Mobiliti yang disebabkan karena inflamasi dan trauma oklusal umumnya reversibel, seperti berkurangnya mobiliti setelah skeling dan penyesuaian oklusal. Mobiliti yang berhubungan dengan kerusakan jaringan pendukung irreversibel.7

6. Kerusakan tulang Alveolar

Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu penyebab tanggalnya gigi. Bentuk dan keparahan resorpsi tulang alveolar bervariasi dan dalam

menentukan rencana perawatan, jumlah kerusakan tulang, kecepatan resorpsi dan pola kerusakan tulang perlu ditentukan dengan akurat.7

Gambar 3. Gambaran klinis periodontitis kronis16

2.2.2 Etiologi Periodontitis Kronis

Akumulasi plak pada gigi dan permukaan gingiva dianggap sebagai agen utama dalam etiologi periodontitis kronis. Perlekatan dan kehilangan tulang berhubungan dengan peningkatan proporsi gram negatif dalam plak di subgingiva denga peningkatan tertentu dalam organisme patogen dan virulen.16 Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang diantaranya mengandung berbagai spesies.5

Faktor retensi plak sangat penting dalam berkembangnya penyakit periodontitis kronis, karena dapat mempertahankan jasad renik di dalam jaringan periodontal. Faktor lain yang dapat meningkatkan akumulasi plak adalah kesalahan dalam restorasi, karies, lesi furkasi, crowded, kelainan pada gigi dan lain sebagainya.16

Kondisi sistemik juga berpengaruh terhadap penyakit periodontal yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi. Hal tersebut karena kurangnya suplemen dan diet yang tidak seimbang. Defisiensi nutrisi berhubungan dengan faktor risiko pada kondisi inflamasi.2,7 Sebuah laporan mengatakan bahwa kemungkinan akibat kekurangan nutrisi dan suplemen dapat menyebabkan penyakit periodontal. Ahli ilmu biologi oral dari Universitas di Buffalo Fakultas Kedokteran Gigi menunjukkan untuk pertama kali bahwa diet rendah antioksidan dapat meningkatkan penyakit gingiva.2

2.3 Stres Oksidatif sebagai Biomarker Penyakit Periodontal

Stres oksidatif menggambarkan suatu ketidakseimbangan antara produksi SOR dengan pertahanan antioksidan. Hal tersebut merupakan faktor utama untuk menjelaskan mekanisme patofisiologi dari keadaan inflamasi, seperti periodontitis.20

Sel pagosit utama adalah polimorphonuklear leukosit (PMN) yang menjadi sumber potensial. Polimorphonuklear leukosit (PMN) dapat menghasilkan SOR dari rangsangan oleh bakteri antigen, PMN menghasilkan dan melepaskan SOR dalam jumlah banyak, oksidatif yang sangat tinggi dapat merusak jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar.8

2.3.1 Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya antioksidan dan produksi radikal bebas yang berlebihan.21 Ketika SOR atau radikal bebas seperti O₂ dan H₂O₂

dilepaskan dari PMN selama pagositosis dapat menghilangkan patogen periodontal, dapat juga merusak pejamu.13

Produksi SOR dengan segera menyebabkan kerusakan jaringan, penyakit dan kematian sel. Stres oksidatif dapat diukur dari enzim dalam antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutathion peroksidase (GPx), katalase dan lain sebagainya, yang kedua antioksidan non-enzymatic seperti vitamin C, Vitamin E, uric

acid.22

Berbagai enzim pada sel dan proses metabolik yang terkontrol, akan menjaga tubuh agar kerusakan oksidatif ditingkat sel tetap minimal. Pada saat produksi SOR meningkat, maka kontrol protektif tidak akan mencukupi sehingga memicu kerusakan oksidatif.21

Pada patogenesis penyakit periodontal terdapat suatu keadaan stres oksidatif. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukan tanda tingkatan dari stres oksidatif dalam darah subjek periodontitis berbeda dari subjek periodontal yang sehat.18 Pada saat PMN menjadi aktif dan meningkatkan produksi SOR, menyebabkan kerusakan oksidatif pada jaringan periodontal.11

Stres oksidatif yang berlanjut akan mempengaruhi antioksidan pada jaringan. Perubahan keadaan gingiva dapat menyebabkan kematian sel dan pelepasan SOR dengan pagosit, menurunkan katalase (CAT) dan superoksida dismutase (SOD).2

Aktivasi sinyal inflamasi menyebabkan peningkatan senyawa oksigen reaktif (SOR) dan stres oksidatif, sehingga endotel yang teraktivasi menarik sel proinflamasi makrofag, Menurunnya tingkat stres oksidatif dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan. 10

Senyawa oksigen reaktif (SOR) terdiri dari superoksida anion, hidroksil radikal, nitro oksidan dan hidrogen peroksida dapat diproduksi antara bakteri dan pejamu yang menyebabkan kerusakan jaringan. Pejamu mempunyai kemampuan untuk menghilangkan SOR dan menghambat destruksi jaringan yang disebabkan oleh reaksi inflamasi dengan menghasilkan antioksidan di dalam jaringan.11

2.3.2 Antioksidan

Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi dari molekul oksidan. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. 22 Antioksidan juga berfungsi untuk mencegah kerusakan sel dari pengaruh radikal bebas.23,24 Banyak studi yang mengatakan bahwa antioksidan dapat mengurangi jumlah radikal bebas pada kerusakan periodontal dan penyakit metabolik.7

Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas enzim antioksidan.24 Antioksidan berupa nutrisi yang berasal dari buah dan sayur dapat menetralisir radikal bebas dengan memberikan atom atau electron sehingga radikal bebas dan antioksidan terdapat dalam jumlah yang stabil.2

Antioksidan dilepaskan oleh PMN dan melindungi tubuh dari SOR.13,25 Antioksidan sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif, maka sel dilengkapi

dengan berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melalui beragam mekanisme.25 Antioksidan juga terdapat di kelenjar submandibular dan kelenjar parotid dimana dalam keadaan normal bertindak sebagai anti bakterial.13

Antioksidan meliputi superoksida dismutase (SOD), uric acid, ascorbic acid,

α-tocopherol, glutathione dan albumin. Salah satu yang penting dari antioksidan

adalah SOD yang mengkatalisasi superoksida anion untuk bertahan dalam melawan SOR.12

Berkurangnya kapasitas antioksidan merupakan penyebab atau efek dari penyakit periodontal, dan rendahnya konsentrasi antioksidan di cairan sulkus gingiva akan meningkatkan kerusakan pada gingiva dan struktur sekitarnya oleh pergerakan neutrofil.26 Antioksidan akan melindungi kesehatan tubuh dari radikal bebas dan SOR.27 Pada jaringan rendahnya antioksidan dapat meningkatkan kedalaman poket.12 Sculley dkk (2002) mengatakan bahwa pengaruh nutrisi dalam status antioksidan berdampak pada perawatan periodontal.2

2.3.3 Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Penilaian Antioksidan Cairan sulkus gingiva digambarkan sebagai transudat atau eksudat. Cairan sulkus gingiva mengandung komponen jaringan ikat, epitelium, sel inflamasi, serum, dan flora mikrobial. Dalam keadaan inflamasi, aliran cairan sulkus gingiva meningkat dan dimulai dari komposisi sampai menyerupai cairan inflamasi.16

Cairan sulkus gingiva telah digunakan untuk mendeteksi atau mendiagnosis penyakit aktif atau untuk memprediksi pasien dengan risiko penyakit periodontal.3,12 Sistem pertahanan antioksidatif dapat melemah dalam cairan sulkus gingiva yang mempercepat akibat dari penyakit periodontal.11 Antioksidan yang terdapat dalam cairan sulkus gingiva pada pasien periodontitis cenderung menurun.12

Pada serum dan cairan sulkus gingiva, kapasitas antioksidan total dan konsentrasi SOD signifikan rendah pada periodontitis kronis.2 Suatu tanda dari produksi oksidasi SOR, tingginya zat besi dan ion tembaga. Ketidakseimbangan antioksidan dalam aktivitas poket periodontal, dapat dilihat dari metabolisme jaringan

dalam cairan sulkus gingiva yang menghasilkan penurunan dari jaringan periodontal khususnya tulang alveolar.8

Radikal bebas, SOR dan status antioksidan dapat diukur dalam serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva. Tetapi tingkatan dalam saliva dan cairan sulkus gingiva lebih akurat untuk melihat aktivitas penyakit periodontal.28 Pada cairan sulkus gingiva terdapat mediator inflamasi, respon host dan produk yang dapat merusak jaringan.15 Brock dkk (2004), mengukur total konsentrasi lokal dan sistemik antioksidan pada pasien dengan periodontitis dan periodontal yang sehat. Mereka menyimpulkan bahwa konsentrasi antioksidan dalam cairan sulkus gingiva subjek periodontitis secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol.11 Alkalin dkk (2009), juga membuktikan penurunan aktivitas SOD dalam saliva, serum dan cairan sulkus gingiva pada subjek periodontitis kronis.8

KERANGKA TEORI Periodontitis Kronis Polimorphonuklear Leukosit (PMN) Aktif Antioksidan Menurun Senyawa oksigen reaktif

(SOR) Meningkat

Stres Oksidatif Bakteri

O₂ dan H₂O₂

KERANGKA KONSEP

- Subjek periodontitis kronis

- Subjek dengan periodonsium sehat

Status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva

Variabel Terkendali:

a. Metode pengambilan cairan sulkus gingiva

b. Sterilisasi alat dan bahan c. Tidak terjadi bleeding

Variabel Tak Terkendali: a. Konsumsi makanan atau diet

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periodonsium merupakan jaringan pendukung gigi yang terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar.1 Penyakit periodontal adalah inflamasi yang mengenai jaringan periodontal pendukung dengan kehilangan tulang sebagai akibat dari interaksi yang kompleks antara bakteri patogen dengan respon imun pejamu.2

Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan masalah di masyarakat. Penyakit yang menyerang pada gingiva dan jaringan pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi.3

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut kedua terbanyak diderita masyarakat ±70%, dan sebesar ±4-5% penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, dan pada saat ini paling banyak ditemukan pada usia muda. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menyadari dirinya menderita penyakit gigi dan mulut hanya 23% dan diantara mereka tersebut hanya 30% yang menerima perawatan dari tenaga professional gigi.4

Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala S tahun 2004 tentang profil penyakit periodontal di Kota Medan pada kelompok umur 15- 65 tahun menunjukkan, bahwa prevalensi penyakit periodontal pada seluruh kelompok umur cukup tinggi yaitu 96,58%. Keadaan ini mengindikasikan buruknya kesehatan gigi dan mulut. Pada kelompok umur 45-65 tahun prevalensinya mencapai 100%. Menurut tingkatan kondisi jaringan periodontal dari 360 responden, menunjukkan bahwa hanya 3,42%

yang mempunyai jaringan periodontal sehat. Responden yang mempunyai karang gigi adalah 66,95%. Responden yang mempunyai poket sedalam 4 – 5 mm adalah 18,23% dan 6,84% mempunyai poket 6 mm.5

Periodontitis kronis adalah peradangan yang berlangsung lama dan mengenai satu gigi, beberapa gigi, atau bahkan keseluruhan gigi geligi yang secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan penyangga dan tulang alveolar, sehingga menyebabkan tanggalnya gigi.6 Gambaran klinis dari periodontitis kronis adalah inflamasi gingiva dan perdarahan, poket periodontal, resesi gingiva, mobiliti gigi, migrasi gigi, nyeri, kerusakan tulang alveolar, halitosis dan rasa tidak nyaman. Adanya poket periodontal dan kerusakan tulang alveolar merupakan tanda yang penting dari periodontitis kronis.7

Periodontitis kronis merupakan suatu penyakit yang umum terjadi di seluruh dunia yang disebabkan bakteri dan ditandai oleh adanya proses inflamasi. Pada patogenesis periodontitis, terjadi peningkatan senyawa oksigen reaktif (SOR). Meskipun memiliki fungsi penting dalam reaksi metabolisme normal, SOR sangat toksik dan merusak secara alami.8

Proses inflamasi menyebabkan peningkatan senyawa oksigen reaktif sehingga terjadi keadaan stres oksidatif.9 Stres oksidatif menggambarkan suatu keadaan metabolik, dimana jumlah SOR meningkat di atas tingkat fisiologis.10 Stres oksidatif didefinisikan sebagai kondisi ketidakseimbangan produksi SOR dan status antioksidan endogenus. Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular.9

Pada serum dan cairan sulkus gingiva, status antioksidan total dan superoksida dismutase (SOD) memiliki konsentrasi rendah pada perempuan menopause dan periodontitis kronis.2 Chapple dkk (1997), melaporkan pasien dengan penyakit periodontal memiliki status antioksidan total yang rendah.11 Guarnieri dkk (1991) melakukan observasi generasi spontaneus dari superoksida dalam cairan sulkus gingiva pada subjek periodontitis yang hasilnya tidak ada dijumpai perbedaan antioksidan antara kasus dan kontrol.12 Hal ini sejalan dengan penelitian Moore dkk (1994), mengemukakan tidak ada perbedaan jumlah dan aktivitas dari antioksidan

dalam kasus periodontitis dan kelompok yang sehat.11,13 Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui status antioksidan total dalam cairan sulkus gingiva pada subjek periodontitis kronis dengan periodonsium sehat.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis dengan subjek periodonsium sehat di Instalasi Periodonsia FKG USU

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis

2. Mengetahui status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodonsium sehat

3. Mengetahui perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis dengan subjek periodonsium sehat

1.4 Hipotesis

Ada perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis dengan subjek periodonsium sehat

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada dokter gigi tentang perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva subjek periodontitis kronis dengan subjek periodonsium sehat

2. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya tentang status antioksidan total 3. Sebagai dasar untuk mengembangkan suatu bahan yang mengandung antioksidan pada penyakit periodontal dalam ilmu kedokteran gigi

Abstrak Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia

Tahun 2016

Almira Novianty Harahap

Status Antioksidan Total pada Cairan Sulkus Gingiva Pasien Periodontitis Kronis di Instalasi Periodonsia FKG USU

x + 32 halaman

Periodontitis kronis adalah inflamasi yang terjadi di rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri. Pada patogenesis terjadinya periodontitis terdapat polimorphonuklear leukosit (PMN) yang melepaskan senyawa oksigen reaktif (SOR) yang merupakan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang sudah kehilangan satu elektron sehingga menyebabkan elektron sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal bebas tersebut dapat mengikat atom yang terdapat dalam antioksidan sehingga menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif adalah suatu keadaan tinggi radikal bebas dan rendah antioksidan dalam tubuh. Peneliti sebelumnya menyatakan status antioksidan total pada periodontitis kronis lebih rendah dibandingkan subjek dengan periodonsium sehat. Namun ada peneliti yang menyatakan status antioksidan total pada periodontitis kronis dan sehat tidak memiliki perbedaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan status antioksidan total pada cairan sulkus gingiva pasien periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat. Penelitian ini merupakan penelitianan analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek pada penelitian ini terdapat 40 orang yaitu 20 orang periodontitis kronis dan 20 orang subjek dengan

Dokumen terkait