• Tidak ada hasil yang ditemukan

A .Kesimpulan

Berdasarka hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dituangkan pada bab-bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Jenjang pendidikan yang ada di Pondok Modern Al-Ihsan Baleendah adalah KMI (Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah) 6 ( enam ) tahun, setingkat dengan SLTP dan SLTA. KMI ini merupakan inti dari lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Ihsan Baleendah, dan semua siswa KMI pesantren Al-Ihsan Baleendah wajib tinggal di dalam asrama, tidak diperkenankan pulang ke rumah masing-masing setiap hari. Arti dari Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah adalah persemaian guru-guru Islam. Lembaga KMI berusaha untuk mendidik para santri untuk menjadi guru Agama Islam, dengan pembekalan memadai, yang diharapkan mereka setelah lulus dari KMI dapat mengajar anak-anak tingkat SD dan SLTP dalam bidang agama.

2. Pendidikan di pondok pesantren Al-Ihsan tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas, tetapi di semua aktivitas santri, baik ketika mereka berada di asrama, di masjid, di perpustakaan, maupun di lapangan olah raga, semuanya dimaksudkan untuk pendidikan. Seluruh aktivitas santri yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan pesantren adalah pendidikan.

Dalam motto pesantren disebutkan : Semua yang kamu dengar, yang kamu lihat, dan yang kamu lakukan adalah untuk pendidikan”.

3. Proses internalisasi nilai ukhuwah islamiyah di kalangan santri dilaksanakan dalam bidang non akademik dan bidang akademik.

Dalam bidang non akademik dilaksanakan pada saat :

a. Proses internalisasi nilai ukhuwah islamiyah dimulai pada awal penerimaan santri baru yang yang masuk ke pondok pesantren Al-Ihsan dalam acara serah terima santri dari orang tuanya kepada pimpinan pondok dan guru-guru yang ada di lingkungan pesantren. Pimpinan pondok dalam acara tersebut memperkenalkan seluruh guru-guru yang ada dilingkungan pesantren.

b. Pekan Perkenalan atau disebut Pekan Khutbatul 'Arsy diadakan sebagai program wajib untuk memperkenalkan dan mengingatkan serta pengarahan kepada santri baru maupun santri yang sudah lama mengenai Pondok Pesantren. Apa itu Pondok dan Apa yang dicari di Pondok dan segala perkara yang berkaitan dengan Pondok. Kegiatan ini mirip dengan pidato pembukaan tahunan dalam suatu organisasi atau pemerintah. Seluruh santri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 wajib mengikuti acara ini sehingga mereka hadir berbaur antara santri baru dan lama membangun rasa persahabatan dan persaudaraan/ukhuwah.

temannya yang memiliki latar belakang budaya yang beraneka ragam. Pertukaran atau pergantian kamar dikalangan santri dalam satu tahun dilaksanakan dua kali dan minimal satu kali. Tujuan pertukaran kamar dimaksudkan untuk memperluas wawasan antara teman sepondok selama tinggal di pondok pesantren. Selama hidup di pondok mereka dapat saling kenal sesma santri dipesantren Al-Ihsan. Selain itu perpndahan kamar dimaksudkan untuk menghilangkan kejenuahan dengan perubahan suasana. Selain daripada itu ada kegiatan lari pagi. Lari pagi ini dilaksanakan untuk membangun kebersamaan sekaligus menjalin ukhuwah dengan sesame santri. Setelah acara lari pagi mereka melaksanakan kebersihan umum yang disebut “Tandziful „Am” di lingkungan pesantren.

Dalam bidang akademik internalisasi nilai ukhuwah islamiyah dilaksanakan : a. pada saat santri menduduki kelas 5. Mereka sudah dikenalkan dengan

berbagai keragaman sikap dan pendapat dalam Islam. Salah satu pengenalan itu adalah santri mempelajari berbagai ilmu fikih dari bermacam mazhab atau aliran. Tak hanya mempelajari, mereka juga dibebaskan untuk mempraktikkan keragaman tersebut termasuk dalam ibadah ritual, seperti dalam shalat.

b. Acara Fathul Kutub. Untuk memperluas wawasan keislaman santri Al-Ihsan, Kulliyatu-l-Mu‟allimin Al-Islamiyah (KMI) menggelar acara

Fathul Kutub wa Bahsul Masail untuk seluruh siswa kelas kelas 6. Seluruh siswa kelas 6 diharuskan mengikuti Fathul Kutub ini dengan sungguh-sungguh. Fathul Kutub sendiri merupakan sistem belajar kelompok dengan cara menelaah kitab-kitab Fiqih yang dikarang para ulama terdahulu. Acara ini bertujuan memberikan pengenalan kepada siswa kelas 6 KMI berbagai macam kitab klasik yang dikenal lebih akrab di kalangan pondok salaf dengan sebutan kitab kuning di samping menambah wawasan ilmu keislaman dari kitab-kitab tersebut. Sehingga, para santri dapat mengetahui bagaimana tingkat keilmuan para ulama terdahulu. Dengan membaca kitab dan pemikiran para ulama terdahulu diaharapkan dalam diri santri ada semangat menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.Selain itu, ada tujuan yang tidak kalah pentingnya dari pelaksanaan Fathul Kutub ini, yaitu mengasah kemampuan bahasa Arab siswa kelas 6 KMI.

4. Keteladanan kyai sebagai pembina nilai-nilai santri adalah kunci keberhasilan Pondok Pesantren Al-Ihsan dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter santri khususnya dalam penanaman nilai-nilai ukhuwah islamiyah. Peranan ini berpengaruh besar terhadap perilaku santri sebagai calon ulama yang intelektual dan intelektual yang ulama. Melalui proses yang terus menerus setiap santri memiliki tanggung jawab terhadap ucapan dan tingkah lakunya. Mereka telah melaksanakan nilai ukhuwah islamiyah dan

nilai-pesantren maupun untuk bekal ketika menghadapi kehidupan di dalam masyrakat luas.

5. Dampak dari internalisasi nilain Ukhuwah Islamiyah akan membentuk karakter, cara hidup dan bergaul masyarakat santri didalamnya untuk saling mencintai, menghormati, menghargai perbedaan, dapat bekerjasama dan tenggang rasa dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Kendala akan selalu ditemukan dalam setiap proses pendidikan dimanapun, begitu pula di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Beberapa kendala yang mencuat dalam praktek pendidikan di Pondok Pesantren Al-Ihsan, di antaranya sebagai berikut:

a. Masih banyak orang tua yang belum dapat secara penuh melepaskan anaknya untuk dididik di pondok pesantren, sehingga orang tua sering mengunjungi anaknya ke pondok. Hal ini seringkali mengganggu konsentrasi santri ketika proses pendidikan dan pembelajaran dan membuat anak ingin selalu dekat dengan orang tuanya sehingga proses sosialisasi sesama santri menjadi terhambat.

b. Ketika santri telah lulus kelas 3 tsanawiyah dan telah mengikuti ujian nasional dari Departemen Agama, mereka ingin pindah sekolah karena terpengaruh oleh teman-temannya yang pindah sekolah. Padahal kurikulum pendidikan KMI (Kulliyatul Mu‟allimin Al-Islamiyah) berlaku untuk 6 tahun. Bila santri pindah ketika lulus kelas 3 maka ada

keterputusan kurikulum dan proses pendidikan di pesantren tidak mencapai target sesuai dengan visi dan misi pesantren.

c. Adanya kemajuan teknologi informasi seperti internet. Ketika mereka izin keluar pondok pesantren santri mungkin saja akan membuka internet di warung-warung internet atau handphone yang ada fasilitas intrnetnya. Nilai-nilai yang diperoleh santri melalui intrnet dikhawatirkan akan menghambat intrnalisasi nilai-nilai keislaman khususnya masalah akhlak atau karakter. Bila mereka di luar pondok, maka pihak pesantren akan mengalami kesulitan dalam mengawasi mereka secara penuh. Kecuali bila mereka bermain internet di ruang komputer yang disediakan oleh pihak pesantren, maka hal tersebut masih dalam pengawasan pondok pesantren.

A. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada orang tua diperlukan keikhlasan dan kepercayaan penuh dalam menyerahkan putra putrinya untuk dididik, dilatih dan dibina oleh pondok pesantren sesuai dengan program pendidikan yang diterapkan di pesantren. 2. Untuk lebih meyakinkan diri, orang tua perlu mencari informasi sebanyak

mungkin sebelum memasukkan putra putrinya ke lembaga pendidikan seperti pesantren, sehingga ketika proses pembinaan sedang berlangsung, tidak ada

penyesalan serta tidak menarik putra-putrinya untuk dipindahkan ke tempat lain.

3. Langkah setrategis membangun karakter nasional bangsa adalah melalui

pendidikan. Hanya negara-negara yang memiliki karakter nasional kuat yang siap bersaing ditengah globalisasi. Pesantren sebagai salah satu khazanah kekayaan budaya dan pendidikan di Indonesia bisa dijadikan model dalam pendidikan karakter bangsa.

4. Pesantren sebagai tempat menuntut ilmu dipandang sangat strategis bila

memainkan peranan utama dalam mengembangkan da‟wah. Oleh karena itu,

landasan yang mungkin dapat digunakan pesantren dapat mengacu pada konsep-konsep pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan pengembangan masyarakat di sekitar pesantren, baik dari sisi budaya beribadah atau tradisi ber-muamalah yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dengan memaksimalkan aspek da‟wah dan ukhuwah islamiyah, pesantren

diharapkan memiliki para santri yang memiliki kesadaran untuk turut terlibat dalam pekerjaan da‟wah, sehingga antara pesantren dan lingkungan di sekitarnya tidak memiliki jarak dalam hal nilai keislaman yang dikembangkan dalam budaya pesantren.

5. Pesantren sebagai lembaga pendidikan pengkaderan ulama harus tetap melekat pada pesantren, karena pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang melahirkan ulama. Namun demikian tuntutan modernisasi dan globalisasi mengharuskan ulama memiliki kemampuan lebih, kapasitas

intelektual yang memadai, wawasan, akses pengetahuan dan informasi yang cukup serta responsive terhadap perkembngan dan perubahan sehingga kurikulum pesantren harus dipadukan dengan kurikulum modern yang berbasis pendidikan nilai.

6. Hasil penelitian tentang internalisasi nilai ukhuwah islamiyah di lingkungan pesantren ini masih terbuka untuk ditindak lanjuti, sehingga dapat diperoleh dan dikembangkan temuan-temuan baru yang lebih kontekstual dan sempurna.

Alwasilah, A. C. (2009), Pokoknya Kualitatif, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Arikunto, S. (2003), Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

__________, (2006), Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Azmi, Anwar. (2003), Ta’lim, Vol. 1 No. 1, Jurnal Kajian Pendidikan Agama, Bandung, Value Press

Bungin, B. (2001), Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

__________, (2003), Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daulay, H.P. (2001), Historisitas dan Eksistensi Pesantren, sekolah dan Madrasah, Yogyakarta, Tiara Wacana

DEPAG RI. (1992), Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung, Gema Risalah Press

__________(2001), Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Proyek Peningkatan Pembinaan Pesantren, Jakarta, Binbaga Depag Pusat

__________(1982), Standarsiasi Pengajaran Agama di Pondok Pesantren, Proyek Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta, Binbaga Depag Pusat

Djaelni, AQ. (1994), Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam Indonesia, Surabaya, Bina Ilmu

Djahiri, Kosasih. (1996), Menelusuri Dunia Afeksi Pendidikan Nilai dan Moral, Bandung, Lab Pengajaran PMP IKIP Bandung

____________1995, Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Moral PVCT, Bandung, Lab. PMPKN FPIPS UPI Bandung

Dhofier, Z. (1982), Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3ES Ensiklopedi Indonesia, (1989), Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve

Hasan, M. T. (2004), Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Lantabora Press. Khan, Y. (2010),Pendidikan Karakter Berbasis Potensi diri, Pelangi Publishing.

Koentjaraningrat, (1990), Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, Gramedia Margono, S. (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka

Cipta.

Madjid, Nurcholish. (1997), Bilik-Bilik Pesantren, Jakarta, Paramadina

Moleong, Lexy. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung, Remaja Rosdakarya

Muhaimin. (1996), Strategi Belajar Mengajar, Surabaya, CV Media,

Mulyana, Rahmat. (2004), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta Musfiroh, (2008), Pendidikan Karakter, tersedia: http/www.adisucipto.

wordpress.com/2010

Phenix Philip, H. (1964), Realm of Meaning A Philosophy of The Curiculum for General Education, New York: Mc. Grow-Hill Bool Company

Prayitno dan Amti,E. (2004), Dasar-dasar Bimbingan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman, perpustakaan dan pendidikan multikulturalisme tersedia (http/www: yusufmaster.blog.friendster.com/

Rahardjo, M. D. (Eds.), (1997), Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional, Jakarta, Intermasa

Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa, Bandung, Widya Aksara Press Sadulloh, U. (2010), Pedagogik (Ilmu Mendidik), Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A. M. (2006), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sauri, S. dan Herlan.F. (2010), Meretas Pendidikan Nilai, Arfino Raya Shihab, Q. (2007), Wawasan Alqur’an, Bandung, Mizan

Soelaeman, Mi. (1998), Suatu Telaah Tentang Manusia-Religi-Pendidikan, Jakarta, Depdikbud PPLPTK

Sumaatmadja, Nursid. (2000), Manusia dalam Konteks Sosial dan Lingkungan Hidup, Bandung Alfabeta

Supriadi, Udin. (2005), Ta’lim, Vol. 3 No.1 Jurnal Kajian Pendidikan Agama, Bandung, Value Press

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen, (2005).

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2003).

Universitas Pendidikan Indonesia, (2009), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, UPI

Dokumen terkait