• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Adapun tinjauan hukum Islam tentang hak asuh anak yaitu, dalam Islam hak asuh anak terletak pada sang ibu jika anak tersebut masih dibawah umur (mumayyiz) atau masih disusui, namun pengadilan memiliki hak untuk memaksa si ayah mencukupi kebutuhan si anak, jika diperlukan. Jumlah nominalnya dapat ditentukan dan harus disesuaikan dengan pendapatan sang ayah.

2. Yang menjadi dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam memutuskan hak asuh anak dalam putusan cerai talak karena istri murtad yaitu tidak terlepas dari pertimbangan tentang aqidah sebagai kelayakan untuk mengasuh anak merupakan pertimbangan dari sudut syar’i yang mengedepankan salah satu

maqhosidusy syar’iyyah (tujuan syari’at Islam) yaitu menjaga keutuhan agama Islam dengan ditopang oleh beberapa hadits Rasulullah. Penetapan hak asuh anak dalam perkara cerai talak no. 447/Pdt.G/2003/PA yang dimana Hakim menjatuhkan hak asuh atas anak kepada pihak Ayah dan hasil dalam pemeriksaan persidangan telah menunjukkan terjadinya perselisihan antara Pemohon dan Termohon yang bersumber dari perpindahan Agama bahwa kebanyakan perceraian yang timbul akibat dari perselisihan antara kedua belah pihak, dimungkinkan ketidakrukunan itu berlanjut setalah penetapan perceraian

67

dijatuhkan. Hal ini bisa saja menghalangi ibu untuk bertemu dengan anaknya dalam mencurahkan kasih sayang. Dengan kata lain menyalahi hak asasi ibu untuk bertemu atau mencurahkan kasih sayang kepada anaknya. Mengenai penafsiran Hakim atas pasal tersebut, bahwa dengan jatuhnya pengasuhan ke ayah, tidak boleh menghapuskan hak dan kewajiban pihak ibu untuk tetap menjaga dan mendidik anak demi kelangsungan kepentingan terbaik anak. Jika hal tersebut terjadi maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan ke pengadilan. Kedua, bahwa yang dimaksud dengan “hak dan kewajiban yang sama” sebagaimana yang tertulis dalam pasal 51 (2) adalah bukan dalam arti apa yang harus diterima pihak ayah harus juga diterima pihak ibu dalam hal ini mengenai pengasuhan. Ketiga, pihak ibu yang dalam hal ini kehilangan hak asuh terhadap anaknya tetap boleh mencurahkan kasih sayangnya terhadap anak. Bagaimanapun anak itu juga masih berumur 3 Tahun sehingga kasih sayang ibu masih sangat dibutuhkan anak. Tinggal bagaimana kesepakatan antara kedua belah pihak untuk mengaturnya. Hakim dalam menyikapi masalah hak asuh anak tetap menjunjung nilai kemanusiaan walaupun terhadap orang yang dibuktikan keluar dari agama Islam. Dan ini tidak bertentangan dengan hak asasi manusia. Dimana dalam penjelasan UU HAM, Negara dan pemerintah termasuk juga dalam hal ini Pengadilan Agama sebagai aparatur pemerintah bertanggungjawab untuk menghormati, melindungi, membela dan menjamin hak asasi manusia setiap warga Negara dan penduduknya tanpa diskriminasi.

68

Abidin, Ibnu. Durr Al Mukhtar Juz III. Kairo : Mustofa Al Bab Al-Halaby, 1966. Abidin, Slamet dan Aminuddin. Fiqih Munakahat 2, Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Ahmad Ad, Abu Barakat. Syarh Al-Kabir”Juz I , Beirut: Dar Al kutub Al-Alamiyah,

1992.

Al-Hijawi. Musa Iqna fi Fiqh Al-Imam Ahmad bin Hanbal Juz II, Beirut : Darul

Ma’rifah, t.th.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penilitian Hukum, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2004.

az-Zuh}aili>, Wahbah al-Fiqh al-Isla>m Wa Adilla>tuh}u.

Bahar, Saafroedin. Hak Asasi Manusia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam, Cet. ke-8; Yogyakarta:

Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1996.

Daly, Peunoh. Hukum Perkawinan Islam, Cet. ke-19; Jakarta: Bulan Bintang: 1998.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Encyclopedia Islam, Cet. ke- 1; Jakarta: Ichtiar

Baru Van Hoeve, 1993.

Drajat, Zakiyah. Ilmu Fikih, Jakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995.

Fauzi, Muhammad Latif Konsep Hak Asasi Manusia , Bandung: PT. Rosdakarya, 2013.

Hidayat, Rakhmat. Studi Komparatif Konsep Imam Hanfi dan Imam Ahmad Ibn

Hambal tentang Pemberian Hak Asuh Anak Terhadap Isteri Murtad, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006.

http://blogperadilan.blogspot.com/2011/05/paradigma-baru-dalam-penyelesaian.html Intruksi Presiden (Inpres) No.1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

69

Kansil, CST. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet. ke-8 Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Kementerian Agama RI, Alqur’an dan Terjemanhnya, Jakarta: Bumi Restu, 1997.

Khoiriyah, Siti. Kontroversi Pengadilan Agama Malang tentang Hak Hadanah Bagi

Ibu Non Muslim, Skripsi Fakultas Syariah STAIN Bone, 2004.

M. Zein, Satria Effendi. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer:

Analisis Yurisprudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Muchtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Cet. ke-3; Jakarta:

Bulan Bintang, 1993.

Mugniyyah,Muhammad Jawa>d al-Ah}wa>l al-Syakhs}iyyah: ‘ala> Maz|a>hib al-Khamsah,

h. 417.

1Muh}ammad Jawa>d Mughniyyah, al-Ah}wa>l al-Syakhs}iyyah: ‘ala Mazahib al

-Khamsah.

Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Cet. ke-3; Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap, edisi: II; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Nasution, Khoiruddin. Islam tentang Relasi Suami dan Istri, Yogyakarta: Academia dan Tazzafa, 2004.

Nisa, Ainun. Urgensi Penerapan Pasal 132 (a.b) HIR Tentang Gugat Rekonvensi

(Studi Analisis Terhadap Putusan PA No. 1429/Pdt.G/2003/PA. Sungguminasa Tentang Cerai Talak Sampai Pada Putusan PK MA.RI No. 24/PK/AG/2005 dalam Memutuskan Pemberian Hak Asuh Anak Kepada Isteri Yang Murtad), Skripsi Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar, 2006.

Nur, Djamaan. Fiqh Munakahat, Semarang: Dina Utama,1993.

Nuruddin, Amir dan Azhar Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Cet. Ke-I; Jakarta: Prenada Media, 2004.

Nuruddin, Amiur dan Akmal Tarigan Azhari. Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

Sabiq, Sayyid Fikih Sunnah 8, Bandung: Al-Ma’arif, 1990.

Sabiq, As-Sayyid. Fiqh as-Sunnah, Beirut: Daral-Fikr, 1968.

Taqiyuddin, Imam. KifayatAl-Akhyar, Juz. I; Surabaya: Hidayah, t. th.

Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munkahat, Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:

Rajawali Pres, 2010.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab VIII Pasal 41 danBab X Pasal 45 dan 47.

Undang-Undang No.7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, Bab IV Pasal 78.

Dokumen terkait