• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang didapat dari penelitian ini.

1.7. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini meliputi:

1. Pendekatan dari tinjauan pustaka, yaitu dengan melakukan studi

literature dari website dan modul instalasi dari perangkat lunak.

2. Pendekatan dari narasumber, yaitu melalui diskusi dan tanya jawab dengan orang-orang yang ahli pada bidang-bidang yang berhubungan. 3. Perancangan perangkat keras

6. Analisa data.

Dalam perancangan sistem yang dilakukan, digunakan kaidah dalam rekayasa perangkat lunak, antara lain siklus hidup perangkat lunak antara lain:

1. User Requirement 2. System Design 3. Implementation 4. Testing

5. Maintenance

Tahapan yang dilakukan pada storage cluster adalah Gambar

Gambar 1.1. Siklus Metode Pembuatan Cluster Storage Analisis Masalah

Implementasi

Pengujian Hasil

Perawatan Perancangan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Storage

Penyimpanan (storage) merupakan tempat penyimpanan data baik sementara atau permanen. Ukuran storage tersebut bervariasi tergantung dari kebutuhan dan kapasitas ukuran data. Shared Storage merupakan teknologi storage yang mendukung pada Storage Cluster dimana setiap node dapat mengakses storage secara bersamaan. Storage pada computer dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Storage di komputer

2.2 Storage Cluster

Jika suatu organisasi menjadi begitu tergantung kepada infrastruktur jaringan komputer, dan downtime system merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerer, maka Clustring menjadi suatu keharusan dalam bisnis mereka. Banyak sekali bisnis sekarang ini mengandalkan website untuk semua urusan dalam bisnis mereka, jika server mereka down maka bisnis berhenti. Clustering sebaiknya menjadi solusi yang harus diadopsi dalam system server mereka agar kesinambungan bisnis tetap berjalan sempurna.

Suatu clustering adalah suatu kelompok dua atau lebih server yang didedikasikan khusus untuk menjalankan suatu aplikasi atau beberapa aplikasi dan dikoneksikan sedemikian rupa agar memberikan suatu fault tolerance dan load balancing. Fault

tolerance mungkin asing bagi kita, gampangnya jika salah satu mesin tidak bisa

menunaikan fungsinya atau mati, maka akan di ambil alih/ digantikan oleh mesin lainnya secara otomatis.

Dapat dikatakan Storage clustering adalah sebuah media penyimpanan maya yang disusun oleh beberapa server (farm server) yang menjalankan fungsi penyimpanan bersama-sama. Secara logika farm server yang berkolaborasi tadi tampak membentuk sebuah media penyimpanan data yang besar.

Storage Clustering memiliki fitur yang sama dengan clustered computing, salah

satu diantaranya adalah scalable dan reliable. Hal ini yang menjadikan teknologi ini banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan baik berskala besar atau menengah. Dengan storage clustering kita dapat dengan mudah menambahkan ukuran media penyimpanan saat sistem sedang berjalan.

Di dalam dunia storage clustering dikenal dua macam server, Master server dan

Chunk server. Master server adalah server yang melakukan manajemen ke

anggota farm server. Master server juga disebut integrator. Pengguna yang mengakses Master server tidak akan menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang mengakses farm server. Jadi fungsi master adalah membuat sebuah lapisan abstrak yang menyediakan kemampuan akses ke farm server. Sedangkah chunk

server adalah anggota farm server yang menyumbangkan volume harddisk untuk

disatukan oleh master server menjadi sebuah media penyimpanan logical yang sangat besar.

Storage clustering ini tidak menggunakan hanya satu server untuk menjalankan

fungsi penyimpanan datanya. Namun menggunakan lebih dari satu server. Metode ini dapat dihindari hilangnya data saat salah satu server mengalami gangguan, karena server yang lain akan menggantikannya. Semakin banyak server yang

digunakan sebagai farm server. Semakin berat kerja sistem administrator. Untuk setiap server yang masuk ke dalam farm server, sistem administrator harus memasang sistem operasi baru.

Pada Skripsi ini akan dijelaskan bagaimana membangun sebuah storage

clustering dari perangkat keras murah (bekas) namun dengan hasil maksimal.

Selain itu, dalam skripsi juga dijelaskan bagaimana cara membangun automatic

storage clustering[2].

2.3 Multiple-Computer Cluster

Multiple Computer Cluster merupakan kumpulan beberapa server yang

dihubungkan satu sama lainya yang membentuk satu kesatuan (cluster). Adapun tugas dari computer cluster tersebut adalah membagi workload sedang berjalan sehingga dapat meningkatkan availability. Disamping itu Multiple Computer

Cluster digunakan untuk meningkatkan performance dimana ketika terjadi

bencana (terjadi salah satu server yang down/failure) maka dengan cepat failover akan dijalankan untuk menghidupkan Storage Cluster dimana server cluster yang lainya akan menjalan tugas dari failover server yang mengalami kegagalan.

Data center merupakan fasilitas yang digunakan untuk menempatkan beberapa server atau sistem komputer dan sistem penyimpanan data (storage) yang

dikondisikan. Data center dapat pula dipandang sebagai gudang data (data

warehouse) yang berfungsi sebagai sistem pengelolaan data mulai dari

pengumpulan, pengolahan, penyimpanan hingga penemuan kembali data, serta mampu pula memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan

2.4 Pengenalan LAN

Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan

bersama di dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor atau gedung. Secara garis besar terdapat dua tipe jaringan atau LAN, yaitu jaringan Peer to Peer dan jaringan Client-Server.

Pada jaringan peer to peer, setiap komputer yang terhubung ke jaringan dapat bertindak baik sebagai workstation maupun server. Sedangkan pada jaringan

Client-Server, hanya satu komputer yang bertugas sebagai server dan komputer

lain berperan sebagai workstation. Antara dua tipe jaringan tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan, di mana masing-masing-masing-masing akan dijelaskan.

LAN tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi komponen hardware dan

software, yaitu :

1. Komponen Fisik

a. Personal Computer (PC)

b. Network Interface Card (NIC) / Ethernet

c. Kabel UTP Cat 5e atau Cat 6 d. Konektor RJ 45

e. Switch/ Hub

2. Komponen Perangkat Lunak (software), yaitu : Network Adapter Driver

2.5

Skema jaringan Komputer

Skema jaringan Diskless thin client terlihat pada gambar 2.2.

Server diskless thin client pada gambar 2.3 terlihat bahwa setiap server master

membagi storage kepada server slave dan sebaliknya.

Gambar 2.3 Server Diskless Thin Client

2.6 Storage Area Network

Storage Area Network (SAN) adalah suatu sistem media penyimpanan terpusat

dalam jaringan, yang memungkinkan komputer server atau client untuk menggunakan media penyimpanan tersebut seolah olah menggunakan penyimpanan lokal (lokal disk). Biasanya SAN menggunakan jaringan fiber

channel dan fiber channel hard drive yang memiliki kinerja sangat tinggi. Tetapi

SAN fiber channel sangat mahal dan komplek. Namun jangan khawatir disini tetap dapat memperoleh kuntungan dari SAN, karena kini dapat menggunakan

iSCSI yang murah biaya dan mengurangi kompleksitas jaringan fiber channel

karena iSCSI hanya memerlukan jaringan TCP/IP. Pada skripsi ini penulis akan menjelaskan secara singkat tentang iSCSI dan penerapannya pada sistem Linux

Ubuntu Server 10.04. Dalam tulisan ini penulis menggunakan dua buah komputer

dengan operating system yang sama yaitu Linux Ubuntu server 10.04. Salah satu komputer tersebut ada yang berfungsi sebagai iSCSI initiator dan yang lainnya sebagai iSCSI target[13].

Keuntungan utama dari SAN adalah:

 Availability: satu copy dari data jadi dapat di akses oleh semua host melalui jalur yang bebeda dan semua data lebih effisien di managenya.  Reliability: infrastruktur transport data yang dapat menjamin tingkat

kesalahan yang sangat minimal, dan kemampuan dalam mengatasi kegagalan.

 Scalability: server maupun media penyimpanan (storage) dapat ditambahkan secara independent satu dan lainnya, dengan tanpa pembatas harus menggunakan sistem yang proprietary.

 Performance: Fiber Channel (standar enabling teknologi untuk interkonektifitas SAN) mempunyai bandwidth 10GBps bandwidth dengan

overhead yang rendah, dan SAN akan memisahkan trafik backup dengan

trafik standar LAN/WAN.

 Manageability: berkembangnya perangkat lunak dan standar baik untuk

FC-AL (Fiber Channel Arbitrated Loop) maupun Fiber Channel fabric

memungkinkan manajemen dilakukan secara terpusat dan koreksi dan deteksi kesalahan yang proaktif.

 Return On Information Manajement: Karena bertambahkan tingkat redudansi dan kemampuan manajemen yang baik, maupun kemampuan untuk ditambahkan server dan media penyimpan (storage) secara independen – SAN pada akhirnya memungkinan biaya kepemilikan yang rendah pada saat yang sama menaikan Return On Information Manajement

(ROIM) di bandingkan metode penyimpanan tradisional.

2.6.1 Pendorong Utama SAN

Keterbatasan kecepatan, jarak, dan konektifitas dari teknologi SCSI telah mendorong untuk mencari alternatif solusi daripada metoda penyimpanan tradisional yang server-centric. Kebutuhan untuk data sharing dan LAN yang bebas backup (yang memisahkan antara trafik standar LAN/WAN dengan trafik

backup) telah mendorong awal pergerakan menuju teknologi SAN. Kebutuhan ini,

dan dapat di akses 24x7 Jam dengan kebutuhan globalisasi dan pertambahan populasi pengguna Internet, akhirnya mendorong perkembangan pasar SAN. Pendorong utama penggunaan SAN:

 Backup Capacity: semakin tingginya kebutuhan akan penyimpanan data dan kebutuhan akan 100% aksesibilitas data oleh perangkat aplikasi telah menyebabkan kesulitan SCSI backup melalui LAN.

 Capacity Growth: Baik IDC maupun Gartner Group mengestimasikan bahwa pertumbuhan data setiap tahunnya melebihi 88%. Untuk memberikan gambaran sebuah perusahaan dengan data 750 Gbyte data di tahun 2000 akan membutuhkan 5 Tbyte di tahun 2003.

 System Flexibility/Cost: SAN adalah jaringan storage-centric, yang memberikan kemudahan scalability, memungkinkan server dan media penyimpanan (storage) ditambahkan secara independen satu sama lain. Peralatan lainnya, seperti disk array maupun peralatan backup dapat ditambahkan ke SAN tanpa mengganggu server maupun jaringan.

 Availability/Performance: Penggunaan protokol transmisi data untuk media penyimpanan, termasuk SCSI, memungkinkan untuk mentransfer data dalam jumlah besar dengan overhead dan latensi yang kecil.

2.6.2 Konfigurasi SAN

Sebuah SAN manager adalah perangkat lunak prorietary Storage Area Network manajemen yang memungkinkan manajemen terpusat dari host Fiber Channel dan peralatan penyimpanan (storage). Sebuah SAN manager akan memungkinkan sistem untuk menggunakan secara bersama kumpulan media penyimpanan di SAN, sambil memungkinkan SAN administrator untuk mengambil manfaat penuh dari aset media penyimpanan yang ada, dan pada akhirnya menekan biaya dalam menjalankan sistem yang ada dengan lebih effisien.

Switch memberikan beberapa keuntungan dalam lingkungan SAN:

 Failover Capabilities: Jika satu switch gagal dalam sebuah lingkungan jalinan switch, maka switch lainnya biasanya masih operasional. Berbeda dengan Hub jika terjadi kegagalan, maka seluruh sistem akan gagal.

 Increased Manageability: Switch mendukung standar Fiber Channel

Switch (FC-SW), memungkinkan pengalamatan yang independen dari

lokasi subsistem di jalinan fiber, dan memberikan isolasi yang lebih baik untuk mentolerir kegagalan yang pada akhirnya meningkatkan ketersediaan infrastruktur. FC-SW juga memungkinkan host untuk mengidentifikasi subsistem yang tersambung ke switch.

 Superior Performance: Switch memfasilitasi "multiple-transmission data

flow", dimana di dalam setiap jalinan sambungan fiber dapat menjaga

truput yang tetap secara simultan 100 Mbps. Hub hanya mampu memberikan satu aliran data saja dengan total throughput 100Mbps.

 Scalability: Interkoneksi antar switch memungkinkan ribuan interkoneksi tanpa perlu takut terjadi degradasi bandwidth. Sebuah hub akan terbatas pada 126 peralatan yang di interkoneksi.

 Availability: Switch mendukung penambahan subsistem (server maupun media penyimpanan) tanpa perlu re-inisialisasi atau shutdown. Pada Hub dibutuhkan Loop Initialization (LIP) untuk memperoleh alamat subsistem setiap kali terjadi perubahan di loop. LIP biasanya membutuhkan sekitar 0.5 detik dan cukup untuk membuat proses backup tape terputus.

Karena hampir semua implementasi SAN menggunakan teknologi Fiber Channel, sebuah standar industri untuk interface jaringan diperlukan. Sambungan ke Fiber

Channel membutuhkan Host Bus Adapter (HBA) yang terhuhung kepada setiap server dan peralatan penyimpanan di SAN. Setiap port menggunakan sepasang fiber untuk komunikasi dua arah, dengan pemancar (TX) terhubung ke penerima

(RX) di ujung kabel Fiber Channel.

Fiber Channel adalah teknologi enabling dibelakang SAN. Sebuah standar interface media penyimpanan / jaringan, dia menghubungkan sistem host, desktop

workstation dengan peralatan penyimpanan (storage) melalui interface point-to-point, serial bi-directional. Fibre Channel mampu untuk mengirimkan data pada

kecepatan tinggi dengan latensi rendah melalui jarak yang sangat jauh – pada kecepatan 1 gigabyte (200 MBps full duplex), dan jarak 10 kilometer. Fiber

Channel adalah mekanisme transport yang mendukung banyak protokol (ATM,

FDDI, TCP/IP, HIPPI, SCSI, dan lain-lain), memberikan fitur sambungan dan jarak dari protokol jaringan dengan kesederhanaan dan keandalan dari channel

switching melalui kabel fisik yang sama (baik media tembaga maupun fiber). Interface yang digunakan untuk menyambungkan kabel Fiber Channel ke host

dan peralatan penyimpanan (storage) biasanya disebut Host Bus Adapter (HBA). Setiap port menggunakan sepasang fiber untuk komunikasi dua arah, dengan pemancar (TX) tersambung ke penerima (RX) di ujung kabel Fiber Channel. Ada tiga (3) topologi utama yang menjadi basis dari Fibre Channel - Arbitrated

Loop, Point-to-Point, dan Fabric (jalinan).

 Point-to-Point adalah sambungan langsung dua port di SAN. Sambungan ini akan mengalokasikan semua bandwidth yang ada di channel kepada port yang tersambung. Biasanya bandwidth yang diberikan sekitar 100MBps untuk setiap jurusan. Penting disini untuk memilih Host Bus

Adapter (HBA) dan kompnen kontrol yang baik.

 Fiber Channel Arbitrated Loop (FC-AL) adalah topologi yang paling sering digunakan, memungkinkan dua atau lebih peralatan untuk berkomunikasi melalui bandwidth yang sama. FC-AL memungkinkan fleksibilitas yang lebih baik dan mendukung topologi lainnya. Bandwidth yang tersedia di loop akan di tentukan oleh besarnya trafik yang ada di

loop tersebut.

 Switched topology memberikan konektifitas yang terbaik dan redundansi dengan mengimplementasikan arsitektur non-blocking, terdistribusi. Topologi ini terdiri dari satu atau lebih jalinan switch, tidak seperti

Point-to-Point dan Arbitrated Loop, total bandwidth di topologi Switch

ini belum punya set lengkap standar industri yang pada akhirnya menyulitkan penyebaran implementasi Switched Fabric SAN.

Arbitrated Loop - Fibre Channel Arbitrated Loop (FC-AL) adalah topologi yang

paling sering digunakan, dan memungkinkan lebih dari dua peralatan untuk berbicara pada bandwidth yang sama. FC-AL memungkinkan fleksibilitas yang lebih baik dan mendukung topologi lainnya. Bandwidth yang tersedia di loop akan di tentukan oleh besarnya trafik yang ada di loop tersebut.

Fiber Channel-Arbitrated Loop adalah sebuah arsitektur share, yang mendukung

transportasi data pada kecepatan 100MBps atau 200MBps full duplex. Sama seperti token ring, banyak servers atau peralatan penyimpan (storage) terhubung pada segmen loop yang sama. Sampai dengan 126 peralatan dapat dihubungkan ke FC-AL, meskipun biasanya arbitrated loop menampung 4 sampai 30 peralatan. Karena arsitektur transport share, peralatan harus memohon untuk mengakses

loop sebelum mengirimkan data. Fiber Channel memberikan sebuah set perintah,

berfungsi sebagai “keamanan dalam lalu lintas data”, untuk memberikan akses yang teratur dan menjamin integritas data.

 

2.4.1. SAN Kedepannya

Potensi teknologi SAN pada dasarnya tanpa batas. Kemajuan di bidang cabling dan teknologi Fiber Channel terjadi secara terus menerus. Berbeda dengan mekanisme transport data yang ada, teknologi fiber optik memberikan kemungkinan peningkatan yang bukan main di kapasitas bandwidth. Kabel fiber optik mengirimkan data melalui fiber dalam bentuk cahaya. Sebetulnya sebuah

fiber setipis rambut mampu untuk dilalui data berkecepatan 100 triliun bit per

detik.

Saat ini, backbone SAN dapat mendukung throughput 1.025Gbps, peralatan dengan 2Gbps throughput akan tersedia tidak lama lagi, dan kenaikan eksponensial akan terjadi lebih sering lagi di tahun mendatang. Pada saat

bandwidth menjadi komoditi, pertukaran data akan bebas dari keterbatasan

dimensi besar, dan media penyimpanan (storage) akan berukuran petabyte (sama dengan 1000 terabyte; sama dengan 1000000 gigabyte). Untuk memenuhi

kebutuhan akan interface fiber, vendor media penyimpanan (storage) pada saat ini mendisain produk mereka dengan module fiber backplane, controller dan disk. Penawaran teknologi dimasa mendatang termasuk teknologi backup “serverless”, yang melepaskan tradisional interface di server dari fungsi backup, untuk memungkinkan backup yang lebih cepat. Pada saat ini, berbagai platform hanya dapat share media penyimpanan (storage) fisik dalam SAN. Dengan adanya standar yang baru dan perkembangan teknologi, UNIX, NT, dan open sistem lainnya akan mampu melakukan sharing data melalui file sistem yang sama. Beberapa vendor besar di bidang SAN pada saat ini tengah mengembangkan produk yang di rancang untuk throughput 4 Gbps[17].

2.7 Diskless Thin Client

Jaringan thin client merupakan konsep optimalisasi sumber daya server untuk melakukan komputasi terpusat dan distribusi sumber daya yang menjadi sarana aktifitas seluruh pengguna pada jaringan komputer lokal[16]. Optimalisasi kinerja

server bertujuan untuk meminimalisasi aktifitas pengolahan data pada perangkat

pengguna yang hanya berperan sebagai perangkat masukan dan keluaran sistem.

Komputer server menyediakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan pengguna, meliputi Central Processing Unit (CPU), memory, sistem operasi dan aplikasi. Pengguna dapat menjalankan aplikasi yang disediakan server untuk melakukan aktifitas dengan perantara perangkat masukan dan keluaran pengguna.

Ada dua metode perancangan thin client yang dikenal saat ini, yaitu model dumb

terminal dan diskless. Dumb terminal merupakan metode perancangan jaringan thin client dengan menggunakan perangkat terminal khusus yang dirancang

sebagai terminal perangkat masukan dan keluaran. Sementara itu, diskless merupakan metode perancangan jaringan thin client yang menggunakan komputer dengan spesifikasi rendah sebagai terminal perangkat masukan dan keluaran pengguna[16].

2.7.1 Arsitektur Jaringan Thin Client

Secara umum, jaringan thin client menggunakan menggunakan arsitektur komputasi terpusat atau server based computing[16]. Arsitektur ini menggunakan topologi star pada jaringan lokal. Server akan berperan sebagai pusat aktifitas pengguna.

Arsitektur jaringan thin client terdiri dari sisi pengguna (client) dan sisi server. Secara fisik, sisi pengguna terdiri dari perangkat masukan dan keluaran (mouse,

keyboard, monitor dan speaker) serta perangkat terminal thin client. Sementara

itu, sisi server terdiri dari CPU dan perangkat masukan dan keluaran. Perangkat masukan dan keluaran pada server biasanya digunakan hanya untuk melakukan manajemen dan pemantauan kondisi jaringan.

Diskless merupakan metode perancangan jaringan thin client dengan

memanfaatkan komputer berspesifikasi rendah tanpa harddisk sebagai perangkat terminal di sisi pengguna. Penggunaan CPU tanpa harddisk merupakan pembeda secara fisik antara dumb terminal dan diskless. Keberadaan Pre Execution

Environment (PXE) memungkinkan CPU dapat dijadikan terminal client. PXE

berperan sebagai protokol yang memungkinkan CPU dapat melakukan booting sistem operasi dan mengakses sumber daya pada server. Secara umum, PXE telah terintegrasi dalam BIOS yang tertanam pada ROM dari motherboard[16]. Topologi jaringan diskless terlihat pada gambar 2.4.

2.7.2 Perangkat Lunak Pendukung Diskless

Agar komunikasi client-server pada jaringan thin client berbasis diskless dapat bekerja dengan naik, ada beberapa aplikasi dan layanan pendukung yang harus dimiliki perangkat pengguna dan server. Beberapa aplikasi dan layanan yang harus dimiliki, diantaranya PXE protocol, terminal server, DHCP server, TFTP

server, NBD server dan SSH server.

2.7.3 Pre-booting Execution Environment (PXE)

PXE merupakan suatu protocol yang dikembangkan oleh Intel untuk melayani

komunikasi client server dengan mengizinkan booting secara langsung melalui jaringan. Protocol ini dikembangkan pada tahun 1999. Saat ini, PXE telah diintegrasikan dalam program BIOS yang tertanam di ROM yang terdapat pada setiap motherboard.

Pada jaringan thin client berbasis diskless, perangkat client harus mengaktifkan PXE protocol untuk dapat melakukan booting sistem operasi melalui jaringan

computer local. Ketika PXE protocol diaktifkan, program PXE yang tertanam

pada ROM akan dimuat ke dalam RAM untuk dapat dieksekusi oleh processor. Berikut ini merupakan rangkaian proses kerja PXE dalam proses booting pada gambar 2.5.

Dalam proses booting, PXE akan melakukan pencarian terhadap keberadaan

DHCP server untuk mendapatkan IP dalam jaringan lokal. Setelah IP diperoleh,

PXE akan mencari lokasi boot file yang terdapat pada server. Kemudian, PXE akan mengunduh file atribut penting yang berisi tentang informasi dari server, seperti IP dari server, gateway yang tersedia, DNS, versi sistem operasi, dan atribut lainnya.

PXE dapat juga dijadikan sebagai preOS. PreOS merupakan proses dari pemuatan lingkup operasi kecil untuk menjalankan pekerjaan manajemen client sebelum memuat sistem operasi dari harddisk lokal. Salah satu pekerjaan yang dapat dilakukan PXE sebagai preOS adalah melakukan scan terhadap virus yang mungkin terdapat pada harddisk lokal[16].

2.7.4 Linux Terminal Server Project (LTSP)

LTSP merupakan aplikasi open source berlisesi GPL yang berfungsi untuk membangun layanan terminal server pada komputer server. LTSP memperbolehkan pengguna untuk melakukan booting dari komputer server. Selain itu, tersedia beberapa layanan untuk memfasilitasi rancangan infrastruktur jaringan thin client, seperti remote boot, remote filesystem, hardware auto

detection, remote multimedia dan output.

LTSP dapat dijadikan perangkat utama untuk membangun terminal server pada jaringan thin client berbasis linux. Lisensi GPL yang dimiliki aplikasi tersebut memungkinkan pembangunan jaringan thin client dengan biaya murah dapat diimplementasikan dalam jaringan komputer lokal.

Pada jaringan thin client berbasis diskless, LTSP akan mengatur optimalisasi kerja dari pemrosesan berat dari aktifitas pengguna pada komputer server. Sementara itu, thin client pengguna hanya hanya melakukan pekerjaan dasar seperti

Dokumen terkait