5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ... DAFTAR ACUAN ... 12 16 16 16 17
Gambar 1. Struktur Tramadol ………. Gambar 2. Struktur Parasetamol ……….
3 3 Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Sampling resep yang mengandung kombinasi tramadol
dengan parasetamol periode Januari 2013 di Apotek Rini ... 11 Halaman
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tramadol merupakan analog kodein sintetik, yang bekerja secara sentral untuk nyeri sedang sampai agak berat, terikat lemah di reseptor µ opiat. Sebagian efek analgesiknya diperoleh dari penghambatan ambilan kembali (reuptake) norepinefrin dan serotonin. Untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang, tramadol sama efektifnya dengan morfin atau serotonin, tetapi untuk pengobatan nyeri berat atau kronik, kurang efektif efek analgesiknya (Wells, 2009; Dewoto, 2007; Gustein & Akil, 2006 ).
Secara luas tramadol digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang pada pasien kanker (Leppert, 2009), nyeri neuropati, serta nyeri muskuloskeletal. Tramadol hanya digunakan sebagai pengobatan pertama
(first-line) nyeri pada pasien yang kontraindikasi dengan NSAID.
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen pada parasetamol. Walaupun sediaan parasetamol di Indonesia sebagai obat bebas, namun perlu diperhatikan dapat terjadi kerusakan hati,bila digunakan dalam dosis besar dan penggunaan jangka panjang. Parasetamol digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang serta dapat menurunkan demam (Wilmana & Gan, 2007).
Kombinasi antara Tramadol dengan Parasetamol, digunakan untuk mengobati nyeri sedang sampai berat atau kronik seperti pada penderita reumatoid artritis, osteoartritis (Merchante , et al., 2013), yang seharusnya hanya diresepkan oleh dokter yang terkait dengan bidang penyakit dalam, seperti dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis saraf, . Namun, saat ini banyak dokter yang memberikan resep kombinasi tramadol dengan parasetamol yang tidak memiliki keahlian dalam bidang penyakit dalam. Hal ini dijadikan sebagai dasar pemilihan obat yang akan dikaji penggunaannya dalam resep yang ada di Apotek Rini. Pada
laporan ini dilakukan pengkajian mengenai peresepan yang mengunakan kombinasi tramadol dengan parasetamol di Apotek Rini pada bulan Januari 2013.
1.2 Tujuan
Tujuan dari analisa resep sebagai tugas khusus ini adalah :
a. Mengetahui jumlah total dan persentasi resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol pada periode Januari 2013 di Apotek Rini dengan metode sampling.
b. Mengetahui apakah resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol berasal dari dokter ahli di bidang penyakit dalam atau tidak. c. Mengetahui kecenderungan jenis penyakit yang menggunakan kombinasi
tramadol dengan parasetamol.
d. Mengkaji peresepan obat kombinasi tramadol dengan parasetamol yang diterima Apotek Rini selama periode Januari 2013 dari sisi kerasionalan resep.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kombinasi Tramadol dengan Parasetamol
2.1.1 Struktur Tramadol dan Parasetamol
Struktur kimia tramadol adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Struktur Tramadol
(http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=33741)
Struktur Kimia Parasetamol (Asetaminofen) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Parasetamol
2.1.2 Farmakologi
Tramadol merupakan analog kodein sintetik, yang bekerja secara sentral untuk nyeri sedang sampai agak berat, terikat lemah di reseptor µ opiat. Sebagian efek analgesiknya diperoleh dari penghambatan ambilan kembali (reuptake) norepinefrin dan serotonin. Untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang, tramadol sama efektifnya dengan morfin atau serotonin, tetapi untuk pengobatan nyeri berat atau kronik, kurang efektif efek analgesiknya (Wells, 2009; Dewoto, 2007; Gustein & Akil, 2006 ).
Parasetamol merupakan analgesik non opioid, dengan struktur seperti fenasetin, non salisilat, namun memiliki efek analgesik yang serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol juga dapat menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, sehingga parasetamol tidak digunakan seebagai antireumatik (Wilmana & Gan, 2007; Tramacet®)
2.1.3 Indikasi
Untuk pengobatan nyeri sedang sampai berat atau kronik pada orang dewasa, serta nyeri pasca pembedahan. Kombinasi tramadol dan parasetamol tidak dianjurkan untuk nyeri ringan yang dapat diobati dengan analgesik lain, seperti NSAID (Tramacet®; Tramadol®).
2.1.4 Farmakokinetik
Bioavailabilitas tramadol setelah dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila digunakan secara IM. Tramadol mengalami metabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1 jam setelah penggunaan secara oral, dan mencapai puncak dalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis
maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg dengan dosis anjuran perhari yaitu 50-100 mg selama empat kali sehari secara oral (Dewoto, 2007; Katzung, 2009).
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma, dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Parasetamol diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Wilmana & Gan, 2007).
Kombinasi tramadol dan parasetamol menunjukkan efek yang sinergis, karena ketika diberikan bersamaan, parasetamol yang bekerja cepat, dalam waktu ½ jam telah mencapai konsentrasi tertinggi dalam plasma, selanjutnya tramadol akan mengambil alih efek analgesik dengan 2-3 jam merupakan konsentrasi tertinggi tramadol didalam plasma, sehingga dengan kombinasi ini efek analgesik berkepanjangan, dengan onset yang cepat (Tramacet®).
2.1.5 Efek Samping
Efek samping yang umum adalah mual, muntah, pusing, lelah, mulut kering, sedasi, kulit kemerahan, dispepsia, konstipasi, berkeringat dan pruritus (Dewoto, 2007; Tramacet®; Tramadol®).
2.1.6 Kontraindikasi (Tramadol®)
Penderita ketergantungan obat dan opium.
Penderita yang sensitif terhadap tramadol atau opiat dan penderita yang mendapatkan pengobatan dengan penghambatan MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik, analgesik, atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.
2.1.7 Interaksi Obat
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP, seperti transquilizer, hipnotik. Digunakan bersamaan dengan karbamazepin dapat mennurunkan efek analgesik dari tramadol, karena karbamazepin dapat meningkatkan metobilsme tramadol. Digunaan bersamaan dengan Quinidin, dapat meningkatkan konsentrasi tramadol dan menurunkan konsentrasi M1, karena tramadol dimetabolisme menjadi M1 oleh isoenzim CYP2D6 P450. Sedangkan Quinidin merupakan selektif inhibitor dari isoenzim tersebut, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi tramadol. Bila diberikan bersamaan dengan makanan, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan konsentrasi tertinggi didalam plasma tertunda sekitar 35 menit untuk tramadol dan sekitar 1 jam untuk parasetamol (Tramacet®; Tramadol®).
2.1.8 Peringatan dan Perhatian (Tramadol®)
Penggunaan jangka panjang dapat terjadi ketergantungan, sehingga dokter harus menentukan lama pengobatan.
Hati-hati penggunaan pada penderita trauma kepala, meningkatnya tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkhus, karena dapat mengakibatkan meningkatnya resiko kejang atau syok.
Penggunaan bersama dengan obat-obat penekan SSP lain atau penggunaan dengan dosis berlebih dapat menyebabkan menurunnya fungsi paru.
Penggunaan selama kehamilan harus mempertimbangkan manfaat dan resikonya baik terhadap janin maupun ibu.
Hati-hati penggunaan pada ibu menyusui, karena tramadol dieksresikan melalui ASI.
Tramadol dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan atau menjalankan mesin.
Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan dapat dinetralisir dengan nalokson, sedangkan kejang dapat diatasi dengan pemberian benzodiazepin.
Meskipun termasuk antagonis opiat, tramadol tidak dapat menekan gejala “withdrawal” akibat pemberian morfin.
Tidak dianjurkan penggunaan pada anak dibawah 16 tahun karena keamanan dan khasiat belum ditetapkan.
Tramadol mempunyai potensi menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis seperti pada morfin (opium).
Tidak dianjurkan penggunaan pada pasien yang mempunyai
kecenderungan melakukan penyalahgunaan obat, mempunyai riwayat ketergantungan obat atau penggunaan opium kronis.
2.1.9 Dosis dan Cara Pemakaian (Tramacet®; Tramadol®; Ultracet®)
Dewasa dan anak di atas 16 tahun:
Maksimum dosis tunggal dari tramadol/parasetamol yaitu 1 atau 2 tablet setiap 4 sampai 6 jam yang diperlukan untuk mengatasi nyeri dan maksimum 8 tablet per hari.
Pediatri (anak dibawah 16 tahun):
Tidak dianjurkan digunakan untuk anak dibawah 16 tahun, karena keamanan dan khasiat dari kombinasi tramadol/parasetamol belum ditetapkan.
Geriatri ( ≥ 65 tahun)
Tidak ada perbedaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan keamanan atau farmakokinetik dari subyek geriatri dengan subyek pediatri, sehingga tramadol tidak dianjurkan penggunaannya.
2.1.10 Sediaan
Tablet
2.1.11 Nama Dagang
METODOLOGI PENGKAJIAN RESEP
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pengambilan data resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol dilakukan di Apotek Rini pada saat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung, yaitu mulai tanggal 5 April – 31 Mei 2013.
3.2 Metode Pengambilan Data
Resep yang digunakan sebagai data adalah resep pada periode Januari 2013. Sampel resep yang diambil sebanyak 2 resep setiap minggunya, yaitu hari Senin dan Selasa, sehingga total sampel resep yang diambil selama satu bulan adalah sebanyak 8 hari. Setiap resep dilakukan skrining untuk melihat adanya obat yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol dalam berbagai nama dagang. Keseluruhan jumlah resep yang diambil dianggap dapat mewakili resep selama satu bulan.
Pengambilan data resep tersebut dilakukan dengan cara :
a. Mengambil dan mencatat resep per minggunya sebanyak dua hari (Senin dan Selasa) pada bulan bulan Januari 2013.
b. Mencatat dan menghitung jumlah resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol.
c. Menghitung presentase jumlah resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol terhadap total keseluruhan resep yang masuk ke apotek. d. Menganalisa kepada siapa resep ditujukan, apakah untuk orang dewasa atau
anak-anak.
e. Menganalisa apakah resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol berasal dari dokter ahli di bidang penyakit dalam atau tidak. f. Menganalisis rasionalitas obat-obat yang terdapat dalam resep, ditinjau dari
10 Universitas Indonesia
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Beberapa contoh resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol selama periode Januari 2013:
Resep 1 Umur: 13 th Tanggal: 07 Januari 2013 No. Resep: 453 R/Acetram Tab X 2 dd tab I R/Fixiphar 100 mg Tab X 2 dd tab I Resep 2 Tanggal: 08 Januari 2013 No. Resep: 392 R/Medixon 4 mg X 2dd1 R/Mecox 15 mg V 1dd1 R/Zaldiar X 2dd1 Resep 3 Tanggal: 14 Januari 2013 No. Resep: 86 R/Fixiphar 200 mg X 2dd1 R/Inhipump 20 mg X 2dd1 R/Zaldiar X 2dd1 R/Dizine X 2dd1 Resep 4 Tanggal: 28 Januari 2013 No. Resep: 551 R/Ultracet X 2dd1 atau 3dd1 prn R/Ranitidine X 2dd1 R/Ondansetron X 2dd1 Resep 5 Umur: 60 th Tanggal: 29 Januari 2013 No. Resep: 67 R/Hytroz 2 mg XXX 1dd1 malam Ultracet Tab X 1dd1 PC
Universitas Indonesia
b. Total resep yang diperoleh dari hasil sampling sebanyak 8 hari pada periode Januari 2013 sebanyak 5082 lembar, dengan jumlah resep rata-rata per hari adalah 635 lembar, dengan perincian yang terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah sampling resep yang mengandung kombinasi tramadol dengan parasetamol periode Januari 2013 di Apotek Rini
c. Persentase jumlah resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol terhadap total keseluruhan resep selama periode Januari 2013 adalah 0,22 % (39 lembar resep).
d. Persentase jumlah resep dengan kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari dokter spesialis penyakit dalam adalah sebesar 23,08%, yaitu sebanyak 9 resep dari total keseluruhan resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol.
e. Persentase jumlah resep dengan zat aktif yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari dokter saraf adalah sebesar 15,38%, yaitu sebanyak 6 resep dari total keseluruhan resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol.
Universitas Indonesia 4.2 Pembahasan
Tramadol merupakan analog kodein sintetik, yang bekerja secara sentral untuk nyeri sedang sampai agak berat, terikat lemah di reseptor µ opiat. Sebagian efek analgesiknya diperoleh dari penghambatan ambilan kembali (reuptake) norepinefrin dan serotonin. Untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang, tramadol sama efektifnya dengan morfin atau serotonin, tetapi untuk pengobatan nyeri berat atau kronik, kurang efektif efek analgesiknya (Wells, 2009; Dewoto, 2007; Gustein & Akil, 2006 ).
Pengkajian resep dilakukan dengan sampel sebanyak 5082 resep dari sampling 8 hari pada periode Januari 2013. Setelah dilakukan skrining pada setiap resep diperoleh hasil, yaitu sebanyak 39 resep mengandung kombinasi parasetamol (0,22%). Resep-resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari beberapa dokter spesialis, diantaranya yaitu dokter spesialis penyakit dalam adalah sebesar 23,08%, yaitu sebanyak 9 resep dari total keseluruhan. Selain dokter spesialis penyakit dalam, kombinasi tramadol-parasetamol juga diresepkan oleh dokter spesialis saraf adalah sebesar 15,38% , yaitu sebanyak 6 resep dari total keseluruhan resep yang mengandung kombinasi parasetamol. Resep lain yang menggunakan kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari dokter spesialis bedah, dokter spesialis anestesi dan juga dokter umum.
Pada resep no. 1, hanya terdapat dua obat yaitu acetram dengan zat aktif kombinasi tramadol HCl sebanyak 37,5 mg dan parasetamol 325 mg sebagai pengobatan untuk nyeri akut serta fixiphar 100 mg dengan zat aktif cefixime 100 mg sebagai antibiotik untuk melawan bakteri gram positif seperti Streptococcus
sp., Streptococcus pneumoniae, dan bakteri gram negatif seperti Banhamella catarrhalis, E. coli, Proteus sp., H. influenzae, yaitu pada infeksi saluran kemih,
yang disebabkan oleh E. coli dan P. mirabilis; Otitis media yang disebabkan oleh
H. influenzae dan Streptococcus pyogenes; Bronkitis akut dan eksaserbasi akut
dari bronkitis kronis yang disebabkan Streptococcus pneumoniae dan H.
Universitas Indonesia
Resep ini diperoleh dari dokter umum. Dari kombinasi tersebut diperkirakan bahwa pasien menderita faringitis dan tonsilitis atau menderita bronkitis akut dan eksaserbasi akut, sehingga diberikan fixiphar dan untuk mengatasi nyeri digunakan acetram. Namun seharusnya, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium, apakah pasien memang mengalami penyakit tersebut, karena penggunaan antibiotik sangat berbahaya, dapat menyebabkan resistensi pada bakteri tersebut, sehingga perlu dilakukan tes laboratorium, agar dapat digunakan antibiotik yang sesuai dan dapat diketahui apakah pasien memang menderita penyakit tersebut atau tidak. Penggunaan cefixime sebagai antibiotik merupakan pilihan terakhir, bila dengan antibiotik penisilin spektrum luas (ampisilin, amoksisilin) tidak menunjukan perubahan dalam mengobati penyakit tersebut. Penggunaan Acetram® (kombinasi tramadol-parasetamol) sebagai penghilang nyeri juga sebaiknya tidak diresepkan, karena tramadol hanya dapat diresepkan untuk first-line bila pasien tersebut kontraindikasi dengan NSAID dan penggunaan Acetram® hanya diberikan pada anak diatas 16 tahun.
Pada resep no. 2, terdapat tiga jenis obat yaitu medixon 4 mg, mecox 15 mg dan zaldiar. Medixon 4 mg dengan zat aktif metilprednisolon untuk penyakit pada kulit, penyakit rematik dan endokrin, mengurangi alergi serta penyakit autoimun. Mecox 15 mg dengan zat aktif meloxicam, merupakan salah satu golongan AINS, digunakan untuk osteoartritis dan reumatoid artritis. Zaldiar dengan zat aktif kombinasi tramadol HCl sebanyak 37,5 mg dan parasetamol 325 mg sebagai pengobatan untuk nyeri neuropati dan muskuloskeletal. Dari kombinasi tersebut diperkirakan bahwa pasien menderita rematik yang mengarah ke osteoratritis sehingga pengobatannya menggunakan ketiga kombinasi diatas. Namun penggunaan medixon dan mecox bersamaan dapat terjadi interaksi obat, yaitu dapat meningkatkan risiko pendarahan dan ulserasi pada saluran cerna. Untuk mengatasi agar tidak terjadi interaksi, dapat digunakan salah satu dari kedua jenis obat tersebut, sehingga dapat menurunkan terjadinya efek samping. Signa yang digunakan untuk kombinasi tramadol diatas sudah tepat yaitu 2 kali sehari.
Universitas Indonesia
Pada resep no. 3, terdapat empat jenis obat, yaitu fixiphar 200 mg, inhipump 20 mg, zaldiar, dizine. Fixiphar 200 mg dengan zat aktif cefixime 200 mg sebagai antibiotik, inhipump 20 mg dengan zat aktif omeprazol 20 mg sebagai pengobatan untuk gejala GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease) atau kondisi lain yang menyebabkan tingginya asam lambung. Pemberian Omeprazol disertai dengan antibiotik untuk mengatasi tukak lambung yang disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori atau dapat juga digunakan untuk mengatasi efek samping yang disebabkan oleh penggunaan Zaldiar. Dalam hal ini penggunaan cefixime 200 mg digunakan sebagai antibiotik yang dapat mengatasi tukak lambung. Zaldiar dengan zat aktif kombinasi tramadol HCl sebanyak 37,5 mg dan parasetamol 325 mg sebagai pengobatan untuk nyeri pada lambung, Dizine dengan zat aktif flunarizin, sebagai profilaksis pada migrain. Dalam hal ini penggunaan Dizine dan Zaldiar kurang tepat, karena nyeri dan migrain merupakan salah satu gejala dari tukak lambung (Imanieh, Dehghani, Haghighat, Irani, Yousefi, 2009). Nyeri akibat dari meningkatnya asam lambung sehingga terjadi nyeri pada lambung, migrain karena efek dari tukak lambung, dapat menyebabkan sakit kepala sampai migrain. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala sebaiknya tidak diberikan, dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut apakah pasien menderita tukak lambung atau hanya maag biasa. Penggunaan Dizine selain sebagai terapi untuk mengurangi efek samping dari tukak lambung, juga dapat digunakan untuk mengatasi efek samping yang diakibatkan oleh pemakaian Zaldiar. Terapi non farmakologi dapat diberikan untuk menghilangkan gejala tukak lambung, seperti mengurangi stres yang dapat menyebabkan migrain (DiPiro & Schwinghammer, 2009). Apabila nyeri tidak dapat ditahan, dengan pemberian dosis rendah parasetamol, dapat mengurangi nyeri yang terjadi pada pasien tukak lambung.Apabila penggunaan Inhipump dan Dizine digunakan untuk mengatasi efek samping oleh Zaldiar, penggunaan Zaldiar dapat dihindari dengan memberikan obat AINS, sehingga efek samping yang diakibatkan oleh Zaldiar dapat dihindarkan.
Pada resep no. 4, terdapat tiga jenis obat, yaitu ultracet, ranitidin dan ondansetron . ultracet dengan zat aktif kombinasi tramadol HCl sebanyak 37,5 mg
Universitas Indonesia
dan parasetamol 325 mg sebagai pengobatan untuk nyeri pada lambung. Ranitidin digunakan untuk melindungi lambung. Ondansetron adalah obat untuk mencegah mual dan muntah pada pasien kanker setelah menjalani kemoterapi dan terapi radiasi. Dari kombinasi diatas perkiraan pasien mengeluhkan nyeri, sehingga dokter meresepkan Ultracet untuk penghilang nyeri, sedangkan Ondansentron dan Ranitidin diberikan untuk mengatasi side effect akibat penggunaan Ultracet. Ondansentron diberikan untuk mengatasi rasa mual akibat dari efek samping yang disebabkan oleh Ultracet dan Ranitidin diberikan agar melindungi lambung dari efek samping yang disebabkan oleh Ultracet. Namun hal ini dapat dihindari dengan memberikan obat NSAID yang tidak besar efek sampingnya, sehingga penggunaan obat untuk mengurangi efek samping dapat dihindarkan.
Pada resep no. 5, terdapat dua jenis obat, yaitu Hytroz 2 mg dan Ultracet. Hytroz diindikasikan untuk terapi simtomatik hiperplasia prostat jinak. Ultracet dengan zat aktif kombinasi tramadol HCl sebanyak 37,5 mg dan parasetamol 325 mg sebagai pengobatan untuk nyeri. Dari kombinasi diatas, diperkirakan pasien mengalami hiperplasia prostat jinak, sehingga menggunakan Hytroz untuk mengurangi gejala yang terjadi dan Ultracet untuk mengurangi nyeri akibat dari hiperplasia pada prostat. Signa yang digunakan untuk kombinasi tramadol diatas sudah tepat yaitu 1 kali sehari, mengingat usia pasien yang memasuki masa geriatri, sehingga dosis dari Ultracet diturunkan.
Dari kelima contoh resep tersebut dapat diketahui bahwa kombinasi tramadol dengan parasetamol dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga perlu ditambahkan didalam signa yaitu setelah makan,agar dapat mengurangi efek samping yang terjadi.
Pemberian obat secara rasional kepada pasien diperlukan untuk mencegah terjadinya medication error. Pengobatan yang rasional adalah pengobatan yang digunakan sesuai dengan indikasi penyakit, diberikan dengan dosis tepat, cara pemberian dengan interval waktu yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan efektif, aman, dan bermutu, serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Pengobatan yang tidak rasional berdampak pada mutu pengobatan dimana dapat terjadi peningkatan mortalitas dan morbiditas.
Universitas Indonesia
Oleh karena itu diperlukan skrinning resep saat penerimaan resep di apotek meliputu persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Hal ini merupakan tugas apoteker agar terbentuk pengobatan yang efektif, aman, dan berkualitas.
16 Universitas Indonesia KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisa resep yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :
a. Total resep yang diperoleh dari hasil sampling sebanyak 8 hari pada periode Januari 2013 sebanyak 5082 lembar, dengan jumlah resep rata-rata per hari adalah 635 lembar.
b. Persentase jumlah resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol terhadap total keseluruhan resep selama periode Januari 2013 adalah 0,22 % (39 lembar resep).
c. Persentase jumlah resep dengan kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari dokter spesialis penyakit dalam adalah sebesar 23,08%, yaitu sebanyak 9 resep dari total keseluruhan resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol.
d. Persentase jumlah resep dengan zat aktif yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol diperoleh dari dokter saraf adalah sebesar 15,38%, yaitu sebanyak 6 resep dari total keseluruhan resep yang mengandung kombinasi tramadol-parasetamol.
5.2 Saran
Sebaiknya perlu ditingkatkan komunikasi yang baik antara dokter dengan apoteker mengenai penggunaan ataupun pemilihan obat, terutama kombinasi tramadol-parasetamol sehingga tidak dipergunakan luas sebagai anti nyeri untuk semua pasien, dan perlu pemantauan penggunaan tramadol, karena tramadol dapat menyebabkan efek adiksi.
Dewoto, Hedi R. (2007). Analgesik Opioid dan Antagonis. Farmakologi dan Terapi, Ed. 5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 228.
DiPiro, Joseph T. (2009). Peptic Ulcer Disease. . Pharmacotherapy Handbook Sevent Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, 316.
Gustein, H. B. & Akil, Huda. (2006). Opioid Analgesics. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of Therapeutics – 11th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
Imanieh, M. H., Dehghani, S. M., Haghighat, M., Irani, M. & Yousefi, M. (2009). Migrain Headache and Acid Peptic Diasease inChildren. Iranian Red
Crescent Medical Journal, 11(2), 181-183.
Katzung, Bertram G. (2009). Opioid Analgesics & Antagonists. Basis and Clinical Pharmacology 11th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
Leppert, Wojciech . (2009). Tramadol as an Analgesic for Mild to Moderate Cancer Pain. Pharmacological Reports, 61, 978-992.
Merchante, I. M. (2013). Tramadol/Paracetamol Fixed-Dose Combination for Chronic Pain Management in Family Practice: A Clinical Review.
Hindawi Publishing Corporation ISRN Family Medicine, Volume 2013,
Article ID 638469, 15 pages.
Wells, Barbara G. (2009). Pain Management. Pharmacotherapy Handbook Sevent Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, 627.
Wilmana, P. F. & Gan, S. (2007). Analgesik-Antipiretik Analgesik
Anti-InflamasiNonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologi
dan Terapi, Ed. 5. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran