• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan Masyarakat

Perub. APBD

A. Urusan Wajib Pelayanan Dasar 1. Pendidikan

5. Ketenteraman, Ketertiban Umum dan Pelindungan Masyarakat

Kondisi ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat di Kota Salatiga menjadi perhatian penting dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan kepada dunia usaha/dunia industri dan masyarakat pada umumnya. Wilayah Kota Salatiga yang cukup strategis di jalur perekonomian dan transportasi bagian tengah antara Semarang dan Surakarta, tentunya banyak hal yang bisa mempengaruhi kondisi ketenteraman dan kenyamanan masyarakat Kota Salatiga secara umum cukup baik dan kondusif bagi pembangunan daerah.

Upaya memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota dilakukan oleh Satpol PP sebagai penegak Perda dan Perwali. Rasio petugas Satpol PP di Kota Salatiga

II - 62 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

tahun 2016 sebesar 8,4 per 10.000 penduduk. Cakupan patroli petugas Satpol PP tahun 2015 sebesar 100%. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kota Salatiga pada tahun 2015 mencapai 100%.

Dalam menjaga ketertiban dan keamanan juga keberadaan anggota Linmas sangat diperlukan. Pada tahun 2012 jumlah linmas di Kota Salatiga sebanyak 1.125 orang meningkat menjadi sebesar 1.242 orang pada tahun 2016. Kondisi ini mengakibatkan rasio petugas Linmas juga meningkat dari 60,5 per 10.000 penduduk pada tahun 2012 menjadi 67,2 per 10.000 penduduk pada tahun 2016. Pos Siskamling akan bermanfaat sebagai sarana menjaga keamanan lingkungan, tahun 2015 rasio Pos Siskamling per kelurahan tahun 2016 sebesar 23 per kelurahan.

Pencegahan dini dan penanggulangan korban di Kota Salatiga belum bisa dilakukan secara maksimal, hal ini karena sampai dengan tahun 2016 belum ditetapkannya Wilayah manajemen Kebakaran.

Tabel 2.22.

Capaian Kinerja Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat Tahun 2012 - 2016

No Indikator Satuan Kondisi Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 1 Cakupan Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah di Kabupaten/Kota % - 100 100 100 100 2 Tingkat Penyelesaian Pelanggran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Keindahan) di Kabupaten/kota % - 100 100 100 100 3 Persentase Patroli Siaga Ketertiban Umum dan Ktentraman Masyarakat patroli dalam sehari - 3x 3x 3x 3x

II - 63 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

No Indikator Satuan Kondisi Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

4 Cakupan Patroli

Petugas satpol PP % - 100 100 100 100 5 Jumlah Pelanggar

Peraturan Daerah

yang ditertibkan kasus - 198 152 249 321 6 Rasio Jumlah

Anggota Polisi praja per 10.000 Penduduk per 10.000 penduduk - 3,8 3,4 3,7 8,4 7 Cakupan rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten/Kota orang setiap RT atau sebutan lainnya - 1,1 1,1 1,2 1,3

8 Jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk per 10.000 penduduk - 60,5 64 72 67,8 9 Petugas linmas di Kabupaten/Kota orang - 1125 1194 1263 1242 10 Rasio pos siskamling

per jumlah desa/kelurahan per kelurahan - 22 22 23 23 11 Cakupan Rasio petugas linmas di Kab/Kota per 10.000 penduduk - 60,5 64 72 67,8 Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, dan Satpol PP Kota Salatiga

6. Sosial

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyebutkan Kesejahteraan Sosial

II - 64 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Dalam konsep penyelenggaraan kesejahteraan sosial warga masyarakat tersebut dikenal dengan sebutan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan masyarakat miskin yang menjadi kelompok sasaran pelayanan sosial.

Selain kesejahteraan sosial urusan sosial juga memiliki kewenangan dalam penangulangan bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Kebencanaan yaitu sebagai berikut.

II - 65 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;

b. pelindungan masyarakat dari dampak bencana;

c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; dan

d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai.

Sementara wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Kebencanaan yaitu sebagai berikut :

a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras dengan kebijakan pembangunan daerah;

b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana;

c. pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan provinsi dan/atau kabupaten/kota lain; d. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai

sumber ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya; e. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan

pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya; dan

f. penertiban pengumpulan dan penyaluran uang atau barang pada wilayahnya.

Urusan Sosial yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 terdiri dari 6 sub bidang, yaitu (1) Pemberdayaan Sosial; (2) Penanganan Warga Negara Migran Korban Tindak Kekerasan; (3) Rehabilitasi Sosial; (4) Perlindungan dan Jaminan Sosial; (5) Penanganan Bencana; dan (6) Taman Makam Pahlawan.

Upaya pemerintah daerah Kota Salatiga dalam menangani PMKS sudah cukup baik namun hasilnya masih belum optimal.

II - 66 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

Persentase (%) PMKS skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar dalam kondisi fluktuatif, terendah ada pada tahun 2012 dengan 1,19% dan tertinggi ada pada tahun 2013 dengan 3,9%. Sementara Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya terus mengalami penurunan, tahun 2011 baru sebesar 4,8% menurun menjadi 0,06% pada tahun 2016. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah Kota Salatiga.Penanganan korban bencana skala kabupaten/kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggal darurat capaiannya belum optimal, tahun 2012 hanya sebesar 1% dan pada tahun 2016 juga masih 1%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak korban bencana alam yang belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Salatiga.

Penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial sebesar 1% setiap tahunnya (2012-2016). Hal ini menunjukkan masih banyaknya penyandang cacat fisik dan mental serta lanjut usia tidak potensial yang belummendapatkan jaminan sosial. Jumlah panti sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi di Kota Salatiga terdapat sebanyak 26 panti pada tahun 2016. Tetapi dari 26 panti sosial yang ada belum ada satupun panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Pembinaan terhadap Eks penyandang penyakit social (eks Narapidana, PSK, Narkoba Dan penyakit Sosial Lainnya) juga belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota, hal ini ditunjukkan dengan capaian Persentase Eks penyandang penyakit social (eks Narapidana, PSK, Narkoba Dan penyakit Sosial Lainnya) yang telah terbina (%) yang masih 0 pada tahun 2016.

II - 67 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

Tabel 2.23.

Capaian Kinerja Urusan Sosial Tahun 2012-2016

No Indikator Satuan Capaian

2012 2013 2014 2015 2016

1 Penanganan

penyandang masalah

kesejahteraan sosial orang 242 216 875 1 1500 2 PMKS yg memperoleh

bantuan sosial orang 190 242 156 266 224 3 Persentase (%) PMKS

skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. % 1,19 3,9 3,3 2,06 2,95 4 Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya % 4,8 % 5,2 % 6,3 % 0,00 0,06 5 Persentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggal darurat % 1 1 1 0 1 6 Persentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap % 0 0 0 0 % 7 Persentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial % 1 1 1 1 1 8 Persentase (%) panti sosial skala kabupaten/kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. % 0 0 0 0 0

II - 68 | RKPD Kota Salatiga Tahun 2018

No Indikator Satuan Capaian

2012 2013 2014 2015 2016

9 Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi panti 24 25 26 26 26 10 Persentase Eks penyandang penyakit social (eks Narapidana, PSK, Narkoba Dan penyakit Sosial Lainnya) yang telah terbina (%) % 0 0 0 0 0 11 Persentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana