• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. KETENTUAN UMUM

Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang di dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial dan politik disadari bahwa perlu ada perubahan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Perubahan tersebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum, serta mengantisipasi kemajuan di bidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material di bidang perpajakan. Selain itu, perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan, arah dan tujuan perubahan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut :

a. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara

b. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah

c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan di bidang teknologi informasi

d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban e. Menyeederhanakan prosedur administrasi perpajakan f. Meningkatkan penerapan prinsip Self Assessment

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 juga mengatur semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem Self Sssesssment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Dierktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

1. Pengertian Perpajakan

Apabila membahas pengertian pajak para ahli memberikan batasan tentang pajak diantaranya :

Pendapat Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH yang mengatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk pembayaran umum. (Mardiasmo, 1, 2008)

Menurut Prof. A. Adriani yaitu : Iuran masyarakat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh Wajib Pajak membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah membiayai pengeluaran umum berhubung tugas negara menyelengggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 3, 1994)

Selanjutnya Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R berpendapat bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari keempat pengertian di atas maka pajak mengandung unsur yaitu :

1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai 2 fungsi (1, 2008) yaitu :

1. Fungsi Budgetair (anggaran) yaitu pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan negara untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan.

2. Fungsi Regulerend (mengatur) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak kepada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat Keadilan yaitu pemungutan pajak harus adil, sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, Undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberiakn hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran pajak dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Syarat Yuridis yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang. 3. Syarat Ekonomis yaitu pemungutan tidak bioleh mengganggu kelancaran

kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Syarat Finansial yaitu pemungutan pajak harus efisien dan efektif.

5. Sederhana yaitu dimana dalam pemungutan pajak harus bersifat sederhana agar memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Azas Pemungutan Pajak

Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut, diperlukan azas-azas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh Negara untuk mengenakan pajak yaitu :

1. Azas Domisili (azas tempat tinggal), berdasarkan azas ini negara akan mengenakan pajak atas seluuh penghasilan Wajib pajak yang bertempat

tinggal di wilayahnya, baik penghasilan dari dalam negeri maupun luar negeri. Azas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Azas Sumber, negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang sumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3. Azas Kebangsaan, disebut juga azas nasionalitas. Pengertian pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia, azas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri.

5. Jenis-jenis Pajak

Jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan yaitu : 1. Menurut Golongannya :

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 2. Menurut Sifatnya :

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutannya :

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Peratmbahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas :

1. Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kenderaan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor.

2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

6. Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah :

1. Teori Asuransi, yaitu negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan, yaitu pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul, yaitu beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu :

a. Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki seseorang.

b. Unsur Subyektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan meteriil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti, yaitu dasar pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli, yaitu dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya

beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

Dokumen terkait