• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Kesatu Umum Pasal 40

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas : a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pasal 41

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana nasional dan wilayah, terdiri atas :

1. kawasan sekitar prasarana transportasi;

2. kawasan sekitar prasarana energi;

3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan 4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Ketentuan Perizinan

Pasal 42

(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Halmahera Tengah, terdiri atas :

a. izin prinsip;

b. izin lokasi;

c. izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan d. izin mendirikan bangunan;

(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pasal 44

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) huruf c merupakan pengaturan yang bertujuan memberikan atau membatasi kegiatan dalam penataan ruang.

(2) Ketentuan insentif sebagamana dimakud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sebagai berikut :

a. Dalam mengembangkan pusat kawasan strategis, ketentuan insentif yang diterapkan, terdiri atas :

1. pembentukan badan pengelola untuk mengembangkan kawasan strategis sebagai prioritas;

2. memberi kemudahan perizinan bagi pengembang dalam rangka pembangunan di kawasan strategis; dan/atau

3. promosi kawasan strategis guna menarik investor.

b. Dalam mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan sekunder, insentif yang diberikan terdiri atas :

1. pembangunan akses menuju kawasan;

2. memberikan kemudahan perizinan; dan/atau

3. pemberian pelayanan jaringan prasarana dan sarana kawasan.

c. Dalam mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa, insentif yang diberikan terdiri atas :

1. pengurangan biaya perizinan dan kemudahan pajak bumi dan bangunan;

dan/atau

2. Penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah;

d. Dalam mengembangkan kawasan industri, insentif yang diberikan terdiri atas : 1. penyediaan pelayanan umum oleh pemerintah;

2. pengadaan infrastruktur oleh pemerintah;

3. bantuan dalam menyusun analisis mengenai dampak lingkungan;

4. kemudahan dalam proses perijinan; dan/atau

5. pengurangan biaya perijinan dan kekuatan hukum untuk mengendalikan gangguan/ pencemaran.

(3) Ketentuan disinsentif sebagamana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sebagai berikut :

a. Dalam mengendalikan perkembangan di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah, terutama pada wilayah dengan risiko bencana yang tinggi, disinsentif yang diberikan adalah, terdiri atas :

1. tidak dikeluarkan izin lokasi baru;

2. tidak dibangun akses jalan baru; dan/atau

3. tidak dibangun jaringan prasarana baru terutama prasarana vital yang meliputi DAM, bendungan, jembatan, pelabuhan/bandara, pemancar elektronik.

b. Dalam mengendalikan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa, disinsentif yang diberikan, terdiri atas :

1. pengenaan retribusi perubahan guna lahan;

2. kewajiban penyediaan pelayanan umum pada lokasi yang sama atau lokasi yang lain;

3. kewajiban membayar development impact fees; dan/atau

4. pembatasan KDB dan KLB lebih rendah dari yang telah ditetapkan bagi kawasan tertentu.

c. Dalam mengendalikan perkembangan di sekitar pusat kota, disinsentif yang diberikan terdiri atas :

1. pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih besar daripada di bagian wilayah lain; dan/atau

2. pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak negatif bagi publik seperti gangguan keamanan, kenyamanan dan keselamatan.

d. Dalam mengendalikan perkembangan kawasan industri, disinsentif yang diberikan adalah berupa kekuatan hukum untuk mencabut izin operasional industri tersebut dengan terlebih dahulu memberikan peringatan tertulis.

e. Dalam mengembangkan ruang terbuka hijau,disinsentif yang diberikan terdiri atas :

1. penetapan hukum yang jelas bagi pelanggaran pemanfaatan lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau; dan/atau

2. pengenaan pajak yang lebih tinggi pada lahan-lahan yang dialokasikan bagi ruang terbuka hijau.

Bagian Kelima Arahan Sanksi

Pasal 45

(1) Arahan sanksi merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.

(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;

b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan rtrw kabupaten;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

Pasal 46

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pembongkaran bangunan;

f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau g. denda administratif.

Pasal 47

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII KELEMBAGAAN

Pasal 48

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor/antar daerahbidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Dokumen terkait