• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umum Pasal 59

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui : a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan d. arahan pengenaan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pasal 60

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a disusun sebagai arahan dalam penyusunan peraturan zonasi.

(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zonasi pemanfaatan ruang.

a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang; b. ketentuan peraturan zonasi pola ruang; dan c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.

Paragraf 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pusat Pelayanan Pasal 61

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (4) huruf a meliputi : a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan; dan b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan sebagaimana disebut pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan :

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana dengan intensitas rendah;

b. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk RTH untuk mendukung sistem perkotaan;

c. diperbolehkan kegiatan perkotaan berskala kabupaten dengan fasilitas dan prasarana sesuai dengan skala pelayanan antar kecamatan;

d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan intensitas tinggi; dan

e. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perkotaan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan : a. diperbolehkan kegiatan penyediaan jaringan prasarana untuk

mendukung berfungsinya sistem perdesaan;

b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas dan infrastruktur dengan intensitas rendah; dan

c. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana.

Paragraf 2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 62

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (4) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi; c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan

telekomunikasi;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumberdaya air; dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan : a. pemanfaatan ruang di sepanjang jalan kolektor disusun dengan

ketentuan:

1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat kegiatan pada skala provinsi; 2. diperbolehkan bangunan di sepanjang kawasan sekitar

sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten sesuai dengan ketentuan garis sempadan jalan;

3. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten;

4. tidak diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang dalam DAMIJA di sepanjang sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten; dan

5. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan kolektor.

b. pemanfaatan ruang disepanjang jalan lokal disusun dengan ketentuan :

1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat kegiatan dalam wilayah pada skala kabupaten;

2. diperbolehkan dengan syarat pergerakan lokal dengan tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat kegiatan dalam wilayah;

3. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat menutup sebagian atau seluruh jalan, kecuali untuk kegiatan kepentingan umum dengan mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan lokal.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak dan gas.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan yang tidak intensif meliputi kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, RTH, perikanan, dan peternakan pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTET, SUTT SUTM, dan SUTR;

b. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan dalam kawasan sempadan jaringan listrik SUTET, SUTT, SUTM, SUTR yang dapat mengganggu keamanan jaringan listrik maupun orang dalam bangunan tersebut; dan

c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan di sekitar prasarana pembangkit listrik maupun gardu induk distribusinya yang dapat membahayakan berfungsinya prasarana energi tersebut. (5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan

bakar minyak dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan bahan bakar minyak dengan intensitas rendah;

b. diperbolehkan dengan syarat mendirikan bangunan untuk mendukung prasarana; dan

c. diperbolehkan dengan syarat peningkatan kualitas jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi secara optimal. (6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan

telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan rumah dengan ketentuan mempunyai radius minimum berjari-jari sama dengan tinggi menara;

b. diperbolehkan menggunakan menara telekomunikasi secara bersama-sama diantara penyedia layanan komunikasi; dan

c. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1 )huruf d meliputi :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber daya air;

b. diperbolehkan pemanfaatan sumber air wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;

c. tidak diperbolehkan membangun bangunan maupun melakukan kegiatan sekitar prasarana sumber daya air yang dapat mengganggu, mencemarkan, dan merusak fungsi prasarana sumber daya air.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pengembangan sistem prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana perikanan;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengembangan air minum;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan air limbah;

drainase;

f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jalur dan ruang evakuasi bencana.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pelabuhan perikanan;

b. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan air bersih sesuai ketentuan teknis yang berlaku; dan

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak lingkungan kawasan sekitarnya.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengembangan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan air minum;

b. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi sistem jaringan air minum; dan

c. tidak diperbolehkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf c dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan persampahan;

b. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diperbolehkan berupa kantor pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos keamanan, bangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan tempat mesin pengolah sampah seperti genset dan incinerator; dan

c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. (12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan

air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf d dengan ketentuan :

a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan limbah;

b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan pemanfaatan ruang di sekitar pengelolaan limbah; dan

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak system jaringan air limbah.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf e dengan ketentuan : a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan

drainase;

b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian

atau keseluruhan ruas saluran yang ada;

c. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;

d. tidak diperbolehkan memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan

e. tidak diperbolehkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.

(14) Ketentuan umum peraturan zonasi ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf f dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang ruang evakuasi bencana; dan

b. tidak diperbolehkan menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi bencana.

Paragraf 3

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung Pasal 63

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (5) huruf a meliputi : a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan

e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.

f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan bagi kepentingan pendidikan, penelitian, wisata dengan syarat tidak mengubah bentang alam dan tidak menggangu fungsi lindung;

b. diperbolehkan kegiatan budidaya kehutanan hasil hutan bukan kayu bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan dan dibawah pengawasan ketat;

c. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan

d. tidak diperbolehkan kegiatan berpotensi mengurangi luas kawasan hutan.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan :

a. dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya;

b. permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namum memenuhi syarat :

1. KDB maksimum 20% dan KLB maksimum 40%; dan

2. perkerasan permukaan menggunakan bahan berdaya serap air tinggi.

c. dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sekitar mata air;

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau waduk; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dengan ketentuan : a. diperbolehkan dalam kawasan sempadan sungai,

pemanfaatannya untuk RTH;

b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi pengamanan sempadan; dan

c. tidak diperbolehkan kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan sungai.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dengan ketentuan :

a. diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air; b. diperbolehkan pemanfaatan sempadan mata air untuk air minum

atau irigasi;

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang menyebabkan pencemaran kualitas air dan daerah tangkapan air; dan

d. tidak diperbolehkan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas sumber air.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dengan ketentuan :

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. diperbolehkan kegiatan bangunan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak minimal 50-100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. (8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan RTH kawasan

perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dengan ketentuan :

a. tidak diperbolehkan kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH;

b. diperbolehkan seluruh kegiatan untuk menambah RTH agar mencapai 30% (tiga puluh persen); dan

pendidikan, penelitian dan rekreasi.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pelestarian alam; dan b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk cagar budaya dan ilmu

pengetahuan alam.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pelestarian alam sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf a dengan ketentuan : a. diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam dan

kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan;

b. diperbolehkan pembangunan prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah bencana alam.

c. diperbolehkan dalam kawasan taman nasional dilakukan kegiatan penelitian dan wisata alam sepanjang tidak merusak lingkungan.

d. tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan suakan alam;

e. tidak diperbolehkan ada kegiatan budidaya yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan; dan

f. tidak diperbolehkan dilakukan penebangan pohon dan perburuan satwa dalam kawasan taman nasional yang dilindungi Undang-Undang.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk cagar budaya dan ilmu pengetahuan alam sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf b dengan ketentuan :

a. diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata budaya yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan;

b. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak kearifan lokal kawasan cagar budaya.

(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan :

a. diperbolehkan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;

b. diperbolehkan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam & early warning sistem;

c. diperbolehkan dengan syarat kawasan permukiman terbangun dengan intensitas rendah di dalam kawasan rawan bencana alam dan diterapkan building code, dilengkapi jalur evakuasi;

d. diperbolehkan dengan syarat adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan untuk mengurangi resiko akibat bencana alam; dan

e. tidak diperbolehkan kegiatan yang berdampak resiko akibat bencana alam.

(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan penunjang pelestarian air tanah;

b. diperbolehkan dengan syarat bangunan yang beresiko rendah bencana tsunami dengan intensitas rendah; dan

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang merusak fungsi kawasan lindung geologi.

Paragraf 4

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya Pasal 64

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (5) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi;

b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian;

c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan perikanan;

d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertambangan;

e. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri;

f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan pariwisata;

g. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman; dan

h. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan budidaya lainnya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan :

a. kawasan budidaya hutan produksi, dibedakan menjadi hutan dibatasi untuk menjaga kestabilan sumberdaya hutan;

b. kawasan hutan produksi yang dapat dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut dimanfaatkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. dalam kawasan hutan produksi, pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil hutan;

d. diperbolehkan dirubah fungsi menjadi hutan berfungsi lindung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. tidak diperbolehkan aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang dapat mengurangi luas kawasan hutan; dan

f. diperbolehkan dibangun prasarana untuk kepentingan pemanfaatan hasil hutan dan pencegahan serta penanggulangan bencana.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan tanaman pangan dengan ketentuan :

1. diperbolehkan bangunan prasarana yang bersifat mendukung kegiatan pertanian tanaman pangan;

3. diperbolehkan kegiatan dengan syarat untuk kegiatan wisata alam, penelitian dan pendidikan;

4. diperbolehkan dengan syarat kegiatan alih fungsi lahan pertanian lahan kering tidak produktif; dan

5. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan selain untuk kepentingan umum dengan berpedoman peraturan perundang-undangan.

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan holtikultura dengan ketentuan :

1. diperbolehkan bangunan prasarana yang bersifat mendukung kegiatan pertanian holtikultura;

2. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas;

3. diperbolehkan kegiatan pertanian lahan basah dan kering; 4. diperbolehkan dimanfaatkan untuk fungsi perkebunan

rakyat; dan

5. tidak diperbolehkan kegiatan budi daya yang dapat merusak kualitas tanah.

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan : 1. diperbolehkan adanya bangunan dan jaringan prasarana

yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan; 2. diperbolehkan kegiatan konservasi lahan;

3. diperbolehkan kegiatan alih fungsi lahan terlantar untuk kegiatan non perkebunan;

4. tidak diperbolehkan penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di lokasi hulu/kawasan resapan air;

5. tidak diperbolehkan merubah jenis tanaman perkebunan bagi kawasan perkebunan besar yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan.

d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan. 1. diperbolehkan adanya bangunan dan jaringan prasarana

yang bersifat mendukung kegiatan peternakan;

2. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana peternakan;

3. tidak diperbolehkan kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan perikanan;

b. diperbolehkan dengan syarat kegiatan wisata pada peruntukan kegiatan perikanan; dan

c. tidak diperbolehkan pemanfaatan kawasan perikanan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan ketentuan:

a. diperbolehkan pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan;

pertambangan;

c. tidak diperbolehkan penambangan di dalam kawasan lindung; d. tidak diperbolehkan penambangan menimbulkan kerusakan

lingkungan; dan

e. tidak diperbolehkan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam kawasan pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur ruang kabupaten.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan :

a. diperbolehkan pengembangan aktivitas pendukung kegiatan industri;

b. diperbolehkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau (green belt) dan RTH;

c. diperbolehkan menyediakan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) industri;

d. diperbolehkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu bermukim di kawasan peruntukan industri, tetapi dengan pembatasan kegiatan agar tidak mengakibatkan kecelakaan industri;

e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan permukiman baru pada kawasan peruntukan industri, dengan pembatasan hanya untuk permukiman yang menunjang kegiatan industri dan kegiatan buffer zone yang mampu meminimkan dampak bagi warga di kawasan permukiman dari kecelakan industri; dan

f. tidak diperbolehkan kegiatan yang memberikan dampak menurunkan dan merusak lingkungan.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntuknan kegiatan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruh f dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan potensi alam dan budaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

b. diperbolehkan kegiatan pengembangan aktivitas komersil sesuai dengan daya tarik kawasan pariwisata;

c. diperbolehkan kegiatan pengembangan kawasan pariwisata dengan memperhatian kelestarian fungsi lindung;

d. diperbolehkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk menunjang pariwisata; dan

e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan aktivitas perumahan dan permukiman di luar zona utama pariwisata.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang dengan memperhatikan tingkat pemanfaatan ruang yang diukur dari daerah perencanaan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Blok Peruntukan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Blok Peruntukan, dan Koefisien Dasar Hijau (KDH);

b. diperbolehkan otimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak diusahakan;

c. diperbolehkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai skalanya; dan

permukiman.

(9) ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf a dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat mendukung fungsi kawasan pertahanan dan keamanan;

b. tidak diperbolehkan kegiatan didalam dan atau disekitar kawasan pertahanan dan kemanan yang dapat mengganggu fungsi kawasan; dan

c. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merubah fungsi kawasan utama.

(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf b dengan ketentuan :

a. diperbolehkan kegiatan untuk pengembangan pariwisata dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. diperbolehkan kegiatan pengembangan aktivitas komersil sesuai

Dokumen terkait