• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian Kesatu

Umum Pasal 49

1. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan secara terkoordinasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 2. Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilakukan oleh Bupati. 3. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui:

a. Peraturan zonasi; b. Perizinan;

c. Pemberian insentif dan disinsentif; dan d. Pengenaan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Peraturan Zonasi Kabupaten Pasal 50

1. Peraturan zonasi Kabupaten merupakan penjabaran dari ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten.

2. Peraturan zonasi Kabupaten merupakan dasar dalam pemberian insentif dan disinsentif, pemberian izin, dan pengenaan sanksi di tingkat Kabupaten.

3. Peraturan Zonasi Kabupaten memuat ketentuan tentang:

a. Kegiatan dan penggunaan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan yang tidak diperbolehkan;

b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;

c. Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan yang mendukung berfungsinya zona secara optimal;

d. Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan keselamatan operasi penerbangan, dan kawasan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Peraturan zonasi Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten.

- 31 - Pasal 50

a. Peraturan zonasi Peraturan zonasi Kabupaten/Kota disusun sebagai kelengkapan dari rencana tata ruang wilayah Kabupaten.

b. Peraturan zonasi Kabupaten disusun berdasarkan: 1. Rencana rinci tata ruang Kabupaten;

2. Arahan peraturan zonasi pada zona ruang sistem nasional dan arahan peraturan zonasi pada zona ruang sistem Provinsi, yang berlaku di Kabupaten;

3. Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a merupakan rencana tata ruang kawasan strategis Kabupaten dan atau rencana detail tata ruang. c. Peraturan zonasi Kabupaten disusun pada kawasan-kawasan:

1. Kawasan perkotaan yang meliputi kawasan Kota Saumlaki dan Larat; 2. Kawasan strategis Kabupaten.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan Pasal 51

1. Ketentuan Perizinan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang dan dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap penataan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.

2. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

3. Ketentuan perizinan pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut:

a. Perizinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang meliputi sistem pusat kegiatan, sistem prasarana wilayah serta fasilitas dan utilitas wilayah;

b. Perizinan pemanfaatan ruang diberlakukan terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, udara serta pemanfaatan ruang bawah tanah;

c. Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berizin, harus segera mengurus izin, dengan dikenai denda;

d. Pemanfaatan yang tidak sesuai tapi telah memiliki izin dapat diteruskan sampai waktu yang ditentukan.

4. Jenis-jenis perizinan terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain meliputi: a. Izin prinsip;

b. Izin lokasi;

c. Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT); d. Izin mendirikan bangunan;

- 32 -

5. Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang pemerintah Kabupaten mencakup pengaturan keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam setiap perizinan yang diterbitkan.

Bagian Keempat

Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif Pasal 52

1. Insentif dan disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan memberikan/membatasi dalam penataan ruang.

2. Ketentuan insentif dan disinsentif mencakup kegiatan: a. Mengembangkan pusat kawasan strategis;

b. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan sekunder;

c. Mengembangkan dan menjaga kelestarian bangunan bersejarah yang ditentukan; d. Mengendalikan perkembangan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang

sebagian besar dari wilayah tersebut merupakan wilayah dengan risiko bencana yang tinggi;

e. Mengendalikan pengembangan di sekitar pusat kota; f. Pengembangan ruang hijau terbuka;

g. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa; h. Pengembangan kawasan industri;

i. Pengembangan permukiman.

3. Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain dalam bentuk: a. Keringanan pajak;

b. Pemberian kompensasi; c. Imbalan;

d. Sewa ruang;

e. Penyediaan infrastruktur;

f. Kemudahan prosedur perizinan;

g. Penghargaan.

4. Ketentuan pemberian disinsentif adalah ketentuan yang mengaturtentang pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang;

5. Ketentuan pemberian disinsentif berfungsi sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang (atau pada non-promotedarea);

6. Pemberian disinsentif dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa dalam wilayah Kabupaten dan kepada pemerintah daerah lainnya, dapat diberikan dalam bentuk:

a. Pengenaan retribusi yang tinggi; dan/atau b. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.

7. Pemberian disinsentif dari pemerintah Kabupaten kepada masyarakat umum (investor, lembaga komersial, perorangan, dan lain sebagainya), dapat juga diberikan dalam bentuk: 1. Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;

- 33 -

2. Pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan; 3. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur.

8. Ketentuan rinci mengenai insentif dan disinsentif yang berasal dari pemerintah Kabupaten diatur dengan peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Ketentuan Pengenaan Sanksi

Pasal 53

1. Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendaliaan pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.

2. Tindakan penertiban perlu mempertimbangkan jenis pelanggaran rencana tata ruang sebagai berikut:

a. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang, sanksi yang diberikan berupa: 1. Peringatan/teguran;

2. Penghentian kegiatan;

3. Pencabutan sementara izin yang telah diterbitkan; 4. Pencabutan tetap izin yang diberikan.

b. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang, sanksi yang diberikan berupa:

1. Penghentian kegiatan;

2. Pembatasan kegiatan pada luasan rencana yang ditetapkan.

c. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang menyimpang; sanksi yang diberikan berupa:

1. Penghentian kegiatan;

2. Penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang.

3. Arahan pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk peringatan tertulis:

a. Penghentian sementara kegiatan;

b. Penghentian sementara pelayanan umum; c. Penutupan lokasi;

d. Pencabutan izin; e. Pembatalan izin;

f. Pembongkaran bangunan;

g. Pemulihan fungsi ruang.

- 34 - BAB IX KETENTUAN PIDANA

Pasal 54

1. Setiap orang yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan diancam dengan pidana atau denda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Setiap orang yang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang sehingga mengakibatkan ketidaksesuaian fungsi ruang sesuai rencana tata ruang diancam pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Dokumen terkait