• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN PIDANA

Dalam dokumen J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat (Halaman 44-114)

Pasal 100

(1) Barangsiapa dengan sengaj a merusak at au melakukan t indakan apapun yang mengakibat kan t idak berf ungsinya sarana bant u navigasi pelayaran dan f asilit as alur pelayaran di sungai dan danau di bawah yurisdiksi nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dipidana dengan pidana:

a. penj ara paling lama 12 (dua belas) t ahun j ika hal it u dapat mengakibat kan bahaya bagi kapal berlayar;

b. penj ara paling lama 15 (lima belas) t ahun, j ika hal it u dapat mengakibat kan bahaya bagi kapal berlayar dan perbuat an it u berakibat kapal t cnggelam at au t erdampar;

c. penj ara seumur hidup at au penj ara unt uk wakt u t ert ent u paling lama 20 (dua puluh) t ahun, j ika hal it u dapat mengakibat kan bahaya bagi kapat bcrlayar dan bcrakibat mat inya seseorang.

(2) Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan t idak berf ungsinya sarana bant u navigasi pelayaran dan f asilit as alur pelayaran di sungai dan danau di bawah yurisdiksi nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dipidana dengan pidana :

a. penj ara paling lama 4 (empat ) bulan 2 (dua) minggu at au hukuman kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah), j ika hal it u mengakibat kan bahaya bagi kapal berlayar;

b. penj ara paling lama 9 (sembilan) bulan at au kurungan paling lama 6 (enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 12. 000. 000, - (duabelas j ut a rupiah), j ika hal it u mengakibat kan kapal t enggelam at au t erdampar;

c. penj ara paling lama 1 (sat u) t ahun 4 (empat ) bulan at au kurungan paling lama 1(sat u) t ahun j ika hal it u mengakibat kan mat inya seseorang.

(3) Barangsiapa karena t indakannya mengakibat kan rusak at au t idak berf ungsinya t elekomunikasi pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dipidana sesuai dengan ket ent uan Undang-undang yang berlaku di bidang t elekomunikasi.

Pasal 101

Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak memat uhi at uran-at uran yang berkait an dengan t at a cara berlalu lint as, alur-alur pelayaran, sist em rut e, sarana bant u navigasi pelayaran dan t elekomunikasi pelayaran selama berlayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, -(enam j ut a rupiah).

Pasal 102

(1) Nakhoda at au pemimpin kapal yang memasuki perairan waj ib pandu, t et api t idak menggunakan t enaga pandu, t anpa izin dari pej abat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 4. 000. 000, -(empat j ut a rupiah).

(2) Barangsiapa yang melaksanakan pemanduan t idak memenuhi persyarat an at au kewcnangan yang t elah dit ent ukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 4. 000. 000, - (empat j ut a rupiah).

Pasal 103

Pemilik kapal dan/ at au nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak melaporkan kerangka kapalnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp 2. 000. 000, - (dua j ut a rupiah).

Pasal 104

(1) Pemilik kapal yang t idak menyingkirkan kerangka kapalnya dan/ at au muat annya yang mengganggu keselamat an berlayar sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp 24. 000. 000, - (duapuluh empat j ut a rupiah). (2) Pemilik kapal yang t idak melakukan kewaj iban mengasuransikan

t anggung j awab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

(3) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menycbabkan kapal lain mengalami kecclakaan at au menimbulkan kemat ian sescorang dipidana dengan pidana pcnj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun.

Pasal 105

(1) Barangsiapa membangun pelabuhan umum, t anpa izin sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara 10 paling lama 2 (dua) t ahun at au dcnda set inggi-t ingginya Rp 48. 000. 000, - (empat puluh delapan j ut a rupiah).

(2) Barangsiapa mengoperasikan pelabuhan umum t anpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) dipidana dengan

pidana pcnj ara paling lama 3 (t iga) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 72. 000. 000, - (t uj uh puluh dua j ut a rupiah).

Pasal 106

Barangsiapa membangun dan mengoperasikan pelabuhan khusus t anpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dipidana dengan pidana penj ara paling lama 2 (dua) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 48. 000. 000, - (empat puluh delapan j ut a rupiah).

Pasal 107

Barangsiapa menggunakan pelabuhan khusus unt uk kepent ingan umum t anpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda se-t inggi-t ingginya Rp. 24. 000. 000, - (dua puluh empat j ut a rupiah).

Pasal 108

Barangsiapa yang t idak melaporkan kepada pej abat pemerint ah yang berwenang t ent ang perubahan yang dilakukan t erhadap sebuah kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 24. 000. 000, - (dua puluh j ut a rupiah).

Pasal 109

Nakhoda at au pemimpin kapal yang melayarkan kapalnya melam- paui daerah pelayaran yang dit ent ukan sesuai dengan kelaiklaut an kapalnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 110

(1) Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak memat uhi perat uran-perat uran unt uk menj aga ket ert iban dan kelancaran lalu lint as kapal di pelabuhan sebagaimana dimaksud Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

(2) Nakhoda at au pemimpin kapal yang berlayar t anpa memiliki Surat Izin Berlayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 24. 000. 000, - (dua puluh empat j ut a rupiah).

Pasal 111

Barangsiapa menggunakan pet i kemas sebagai bagian dari alat angkut yang t idak memenuhi persyarat an kelaikan pet i kemas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 112

Pemilik kapal yang t idak memasang t anda pendaf t aran pada kapal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda

set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 113

Barangsiapa menerima pengalihan hak milik at as kapal dan t idak melakukan balik nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, dalam

bat as wakt u yang dit et apkan sesuai perat uran perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana denda set inggi-t ingginya 10 (sepuluh) kali lipat dari biaya balik nama yang dit ent ukan.

Pasal 114

Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak memenuhi ket ent uan mengenai pengibaran bendera kebangsaan kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Pasal 54 ayat (1), dipidana dengan pidana penj ara paling lama 1 (sat u) t ahun 4 (empat ) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 32. 000. 000, - (t iga puluh dua j ut a rupiah).

Pasal 115

(1) Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak berada di at as kapal at au meninggalkan kapalnya t anpa alasan yang sangat memaksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1), dipidana dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun 6 (enam) bulan.

(2) Nakhoda at au pemimpin kapal yang melayarkan kapalnya sedangkan yang bersangkut an menget ahui bahwa kapal t ersebut t idak laiklaut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

(3) Pemilik at au operat or kapal yang menghalang-halangi keleluasaan nakhoda at au pemimpin kapal unt uk melaksanakan kewaj ibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (5) dipidana dengan pidana, kurungan paling lama 9 (sembilan) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 18. 000. 000, -(delapan belas j ut a rupiah).

Pasal 116

menyelenggarakan buku harian at au t idak melaporkan buku harian kapal kepada pej abat pemerint ah yang berwenang at au t idak memper-lihat kan kepada pihak-pihak yang berwenang at as permint aan dan unt uk memperolch salinannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1)dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, -(enam j ut a rupiah).

Pasal 117

(1) Pemilik at au operat or kapal yang mempekerj akan awak kapal di kapal t anpa disij il dan t anpa memiliki kemampuan sert a dokumen pelaut yang dipersyarat kan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat 91) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 12. 000. 000, - (duabelas j ut a rupiah).

(2) Nakhoda at au pemimpin kapal yang mempekerj akan anak buah kapal di kapal t anpa disij il dan t anpa memiliki kemampuan sert a dokumen pelaut yang dipersyarat kan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 118

Anak buah kapal yang t idak menaat i perint ah nakhoda at au pemimpin kapal at au meninggalkan kapal t anpa izin nakhoda at au pemimpin kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara paling lama a (sat u) t ahun 4 (empat ) bulan.

Pasal 119

dari kapal yang t idak memenuhi persyarat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara paling lama 5 (lima) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 120. 000. 000, - (scrat us dua puluh j ut a rupiah).

(2) Apabila t indak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibat kan rusaknya lingkungan hidup at au t ercemarnya lingkungan hidup dipidana dengan pidana penj ara paling lama 10 (sepuluh) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp 240. 000. 000, - (dua rat us empat puluh j ut a rupiah).

Pasal 120

Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak melaksanakan kewaj ibannya unt uk melakukan penanggulangan pencemaran yang bersumber dari kapalnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara paling lama 2 (dua) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 48. 000. 000, - (empat puluh delapan j ut a rupiah).

Pasal 121

Pemilik at au operat or kapal yang t idak mengasuransikan t anggung j awabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 12. 000. 000, - (dua belas j ut a rupiah).

Pasal 122

Barangsiapa menyelenggarakan usaha angkut an di perairan, kegiat an angkut an, at au usaha penunj ang angkut an t anpa memiliki izin scbagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1), Pasal 70 ayat (2), Pasal 71 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 123

Barangsiapa t idak mengasuransikan t anggung j awabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

Pasal 124

(1) Set iap orang yang ada di at as kapal yang menget ahui dikapal-nya t erj adi kecelakaan, dalam bat as-bat as kemampuannya t idak memberikan pert olongan dan melaporkan kecelakaan t ersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 4. 000. 000, - (empat j ut a rupiah).

(2) Nakhoda at au pemimpin kapal yang menget ahui adanya bahaya bagi keselamat an bcrlayar dan t idak mengambil t indakan pencegahan at au menyebarluaskan berit a kepada pihak-pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat ) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 8. 000. 000, - (delapan j ut a rupiah).

Pasal 125

(1) Nakhoda at au pemimpin kapal yang sedang berlayar, t et api t idak memberikan pert olongan sesuai dengan kemampuannya kepada set iap orang at au kapal yang dit emukan berada dalam bahaya di perairan dan orang-orang yang berada di menara suar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, - (enam j ut a rupiah).

(2) Nakhoda at au pemimpin kapal yang kapalnya t erlibat dalam t ubrukan dengan kapal lain dan dengan sengaj a t idak

memberikan pert olongan kepada penumpang, awak kapal, dan kapal yang t erlibat dalam t ubrukan t ersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) dipidana dengan pidana penj ara paling lama 4 (empat ) t ahun.

Pasal 126

Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak melaporkan set iap keadaan yang mungkin merupakan bahaya t erhadap keselamat an berlayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan at au dcnda set inggi-t ingginya Rp. 4. 000. 000, - (empat j ut a rupiah).

Pasal 127

Nakhoda at au pemimpin kapal yang t idak melaporkan set iap kecelakaan yang melibat kan kapalnya at au kapal lain yang diket ahuinya, yang t elah mengakibat kan at au dapat mengakibat kan kerusakan pada alur at au bangunan di perairan at au yang dapat mengakibat kan bahaya t erhadap keselamat an berlayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (t iga) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 6. 000. 000, -(enam j ut a rupiah).

Pasal 128

Set iap orang at au badan hukum yang mcngoperasikan kapal at au pesawat udara yang t idak membant u usaha pencarian dan pert olongan t erhadap set iap orang yang mengalami musibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2), walaupun t elah diberit ahukan secara pat ut oleh pej abat pemerint ah yang berwenang, dipidana dengin pidana kurungan paling lama 1(sat u) t ahun at au denda set inggi-t ingginya Rp. 24. 000. 000, - (dua puluh empat j ut a rupiah).

Pasal 129

(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1), ayat (2)huruf c dan ayat (3), Pasal 104 ayat (3), Pasal 105, Pasal 106, Pasal 114, Pasal 115 ayat (1), Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, dan Pasal 125 ayat (2) adalah kej ahat an.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (2) huruf a dan b, Pasal 101, Pasal 102, Pasal 103, Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 107, Pasal 108, Pasal 109, Pasil 110, Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 115 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 116, Pasal 117, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125 ayat (1), Pasal 126, Pasal 127, dan Pasal 128 adalah pelanggaran.

BAB XIV

KETENUAN PERALIHAN

Pasal 130

Pada t anggal mulai berlakunya Undang-undang ini, semua perat uran Pelaksanaan mengenai pelayaran dinyat akan t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 131

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka :

1. Indische Scheepvaart swet , St aat sblad Tahun 1936 Nomor 700; 2. Loodsdienst Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1927 Nomor 62;

3. Scheepmeet ings Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1927 Nomor 210; 4. Binnenscheepen Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1927 Nomor 289; 5. Zeebrieven en Scheepspassen Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1935

Nomor 492;

6. Scheepen Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1935 Nomor 66;

7. Bakengeld Ordonnant ie, St aat sblad Tahun 1935 Nomor 468; dinyat akan t idak berlaku.

Pasal 132

Undang-undang ini mulai berlaku 2 (dua) t ahun sej ak t anggal diundangkan.

Agar Set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakart a

pada t anggal 17 Sept ember 1992 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO Diundangkan di Jakart a

pada t anggal 17 Sept ember 1992 MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

t t d

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1992

TENTANG PELAYARAN

UMUM

Bahwa berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Republik Indonesia t elah dianugerahi sebagai negara kepulauan yang t erdiri dari. beribu pulau, t erlet ak memanj ang di garis khat ulist iwa, di ant ara dua benua dan dua samudera, oleh karena it u mempunyai posisi dan peranan yang sangat pent ing dan st rat egis dalam hubungan ant ar bangsa.

Unt uk mencapai t uj uan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, t ransport asi memiliki posisi yang pent ing dan st rat egis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus t ercermin pada kebut uhan mobilit as seluruh sekt or dan wilayah.

Transport asi merupakan sarana unt uk memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persat uan dan kesat uan bangsa, dalam rangka memant apkan perwuj udan wawasan nusant ara dan meningkat kan ket ahanan nasional, sert a mempererat hubungan ant ar bangsa.

Pent ingnya t ransport asi t ersebut t ercermin pada penyelenggaraannya yang mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara sert a semakin meningkat nya kebut uhan j asa angkut an bagi mobilit as manusia dan barang di dalam negeri sert a dari dan ke luar negeri.

Di samping it u, t ransport asi j uga berperan sebagai penunj ang, pendorong, dan penggerak bagi pert umbuhan daerah yang berpot ensi namun belum berkembang, dalam upaya peningkat an dan pemerat aan

pembangunan sert a hasil-hasilnya.

Menyadari peranan t ransport asi, maka pelayaran sebagai salah sat u moda t ransport asi, penyelenggaraannya harus dit at a dalam sat u kesat uan sist em t ransport asi nasional secara t erpadu dan mampu mewuj udkan penyediaan j asa t ransport asi yang seimbang dengan t ingkat kebut uhan dan t ersedianya pelayanan angkut an yang selamat , aman, cepat , lancar, t ert ib, t erat ur, nyaman, dan ef isien dengan biaya yang waj ar sert a t erj angkau oleh daya beli masyarakat .

Pelayaran yang mempunyai karakt erist ik dan keunggulan t ersendiri perlu dikembangkan dengan memperhat ikan sif at nya yang padat modal, sehingga mampu meningkat kan pelayanan yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun ke dan dari luar negeri.

Mengingat pent ing dan st rat egisnya peranan pelayaran yang menguasai haj at hidup orang banyak, maka pelayaran dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerint ah.

Dalam kenyat aannya berbagai perat uran perundang-undangan yang merupakan produk Pemerint ah Hindia Belanda yang t ersebar di berbagai bent uk perat uran ant ara lain di bidang kenavigasian, perkapalan, kepelabuhanan, dan angkut an sudah t idak sesuai lagi dengan kebut uhan dan perkembangan zaman, ilmu penget ahuan dan t eknologi.

At as dasar hal-hal t ersebut di alas, maka disusunlah Undang-undang t ent ang Pelayaran, yang merupakan penyempurnaan dan kodif ikasi, agar penyelenggaraan pelayaran dapat memberikan manf aat yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat , bangsa dan negara, memupuk dan mengembangkan j iwa bahari, dengan mengut amakan kepent ingan umum, dan kelest arian lingkungan, koordinasi ant ara pusat dan daerah sert a ant ara inst ansi, sekt or, dan ant ar unsur t erkait sert a pert ahanan keamanan negara.

Dengan diundangkannya Undang-undang t ent ang Pelayaran ini maka ket ent uan-ket ent uan yang t erdapat dalam undang-undang lain yang berkait an dengan pelayaran ant ara lain Kit ab Undang-undang Hukum Dagang (Wet Bock Van Koophandel), Undang-undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 t ent ang Perairan Indonesia, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 t ent ang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 t ent ang Pengesahan Unit ed Nat ions Convent ion on t he Law of t he Sea (Konvensi Perserikat an Bangsa Bangsa t ent ang Hukum Laut ), Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan, Ordonansi Laut Terit orial dan Lingkungan Marit im Tahun 1939, merupakan Undang-undang yang mempunyai kait an yang sangat erat dengan undang-undang ini.

Di samping it u berbagai konvensi int ernasional lainnya yang t elah dirat if ikasi oleh Indonesia, merupakan ket ent uan yang harus dilaksanakan sesuai dengan kepent ingan nasional.

Dalam Undang-undang ini diat ur hal-hal yang bersif at pokok, sedangkan yang bersif at t eknis dan operasional akan diat ur dalam Perat uran Pemerint ah dan perat uran pelaksanaan lainya.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Angka 1

Pengert ian t ent ang angkut an di perairan meliput i angkut an laut , angkut an sungai dan danau, dan angkut an penyeberangan.

Angkut an laut meliput i angkut an laut dalam negeri t ermasuk pelayaran rakyat , dan angkut an laut dari dan ke luar negeri.

Angkut an sungai dan danau meliput i angkut an di waduk, rawa, anj ir, kanal, dan t erusan.

Angkut an Penyeberangan adalah angkut an yang berf ungsi sebagai j embat an bergerak yang menghubungkan j aringan j alan at au j aringan j alur keret a api yang t erput us karena adanya perairan. Dalam pengert ian angkut an di perairan t erdapat angkut an yang

bersif at perint is. Angka 2

Yang dimaksud dengan:

a. kapal yang digerakkan dengan t enaga mekanik adalah kapal yang mempunyai alat penggerak mesin, misalnya kapal mot or, kapal uap, kapal dengan t enaga mat ahari, dan kapal nuklir;

b. kapal yang digerakkan oleh angin adalah kapal layar;

c. kapal yang dit unda adalah kapal yang bergerak dengan menggunakan alat penggerak kapal lain;

d. kendaraan berdaya dukung dinamis adalah j enis kapal yang dapat dioperasikan di permukaan air at au di at as permukaan air dengan menggunakan daya dukung dinamis yang diakibat kan oleh kecepat an dan/ at au rancang bangun kapal it u sendiri, misalnya j et f oil, hidro f oil, hovercraf t , dan kapal-kapal cepat lainnya yang memenuhi krit eria t ert ent u;

e. kendaraan di bawah permukaan air adalah j enis kapal yang mampu bergerak di bawah permukaan air;

f . alat apung dan bangunan t erapung yang t idak berpindah-pindah adalah alat apung dan bangunan t erapung yang t idak mempunyai alat penggerak sendiri, sert a dit empat kan di suat u lokasi perairan t ert ent u dan t idak berpindah-pindah unt uk wakt u yang lama, misalnya hot el

t erapung, t ongkang akomodasi (accomodat ion barge) unt uk penunj ang kegiat an lepas pant ai dan t ongkang penampung minyak (oil st orage barge), sert a unit -unit pemboran lepas pant ai berpindah (mobile of f shore drilling unit s/ MODU).

Angka 3

Yang dimaksud perairan darat an ant ara lain sungai, danau, waduk, kanal, dan t erusan.

Angka 4 Cukup j elas Angka 5

Dalam dokumen J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat (Halaman 44-114)

Dokumen terkait