• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : GAMBARAN DATA

E. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Undang-undang No.12 Tahun 1985 sebagaimana diubah menjadi Undang-undang No.12 tahun 1994 terdapat pengertian dan pembagian mengenai PBB, antara lain :

1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indinesia.

2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan. b. Jalan tol.

c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga.

f. Galangan kapal, dermaga. g. Taman mewah.

h. Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

3. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data objek pajak menurut ketentuan undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Surat pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang kepada wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP wajib Pajak.

5. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual – beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.

Besarnya NJOP ditentukan berdasarkan klasifikasi : a. Objek Pajak Sektor Pedesaan dan Perkotaan b. Objek Pajak Sektor Perkebunan

c. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pengusahaan Hasil Hutan, Izin Pemanfaatan Kayu serta Izin Sah Lainnya selain Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

d. Objek Pajak Sektor Kehutanan atas Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

e. Objek Pajak Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi f. Objek Pajak Sektor Pertambangan Energi Panas Bumi

g. Objek Pajak Sektor Pertambangan Non Migas selain Pertambangan Energi Panas Bumi dan Galian C

i. Objek Pajak sector pertambangan yang dikelola berdasarkan Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama

j. Objek Pajak usaha bidang perikanan laut k. Objek Pajak Usaha bidang perikanan darat l. Objek Pajak yang bersifat khusus

6. Objek Pajak.

a. Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan atau bangunan

b. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terhutang.

Dalam menetukan klasifikasi bumi / tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

- Letak - Peruntukan - Pemanfaatan

- Kondisi lingkungan dan lain-lain

Dalam menetukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

- Bahan yang digunakan - Rekayasa

- Kondisi lingkungan dan lain-lain c. Pengecualian Objek Pajak.

Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah objek pajak yang :

- Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak mencari keuntungan, antara lain :

a. Dibidang ibadah, contoh : mesjid, gereja, vihara. b. Dibidang kesehatan, contoh : rumah sakit

c. Dibidang pendidikan, contoh : madrasah dan pesantren. d. Dibidang Sosial, contoh : panti asuhan.

e. Dibidang kebudayaan Nasional, contoh : Museum, Candi.

f. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.

- Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasain oleh desa, dan tanah Negara yang belim dibebani suatu hak.

- Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

- Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang dilakukan oleh menteri keuangan.

d. Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, penetuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Yang dimaksud dengan objek pajak adalah objek pajak yang dimilki / dikuasai / digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pmerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu wajar Pemerintah Pusat juga ikut membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Mengenai Bumi dan atau Bangunan milik perseorangan dan atau bukan yang digunakan oleh Negara, kewajiban perpajakannya, tergantung pada perjanjian yang diadakan.

e. Besarnya Nilai Jual Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk masing-masing kabupaten / kota dengan besar setinggi-tingginya Rp. 12.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP.

7. Subjek Pajak.

Yang menjadi Subjek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan

atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran / pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.

8. Tarif Pajak.

Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%. 9. Dasar Pengenaan Pajak.

a. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak (NJOP)

b. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama menteri

keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah Daerah) setempat

c. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

d. Besarnya persentase ditetapkan dengan Peraturan Pmerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah tiga tahun sekali. Namun demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibatkan kenaikan NJOP cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan satu tahun sekali.(Mardiasmo, 2005, 315-321)

10. Cara Menghitung Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. (Markus, 2005, 413) Besarnya pajak terhutang dihitung dengan cara mengkalikan tariff pajak dengan NJKP.

Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP

= 0,5% x [Persentase NJKP x (NJOP-NJOPTKP)] Contoh perhitungan PBB :

Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunan yang NJOP nya Rp 20,000,000 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut Rp 12,000,000 maka besarnya pajak yang terhutang adalah :

PBB = 0,5% x 20% x (Rp 20,000,000 – Rp 12,000,000) = Rp 8,000

11. Tahun Pajak, Saat, dan Tempat yang Menentukan Pajak Terutang.

a. Tahun pajak adalah jakngka waktu 1 tahun takwin, jangka waktu satu tahun takwin adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

b. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak tanggal 1 Januari.

c. Tempat pajak yang terutang :

- Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. - Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten atau Kota.

Tempat pajak yang terutang adalah Batam, di wilayah Propinsi Riau. 12. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Surat Pemberitahuan Pajak

a. dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi SPOP.

Dalam rangka pendataan, wajib pajak akan diberikan SPOP untuk diisi dan dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah dikenakan IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali kalau ia menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan mengembalikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.

b. SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat waktu serta ditandatangani den disampaikan kepada Dirjen Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak.

Yang dimaksud dengan jelas dan benar adalah :

Jelas dimaksudkan agar penulisan data yang diterima dalam SPOP dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun wajib pajak sendiri.

Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperi luas tanah dan atau bangunan, tahun dan harga perolehan dan sesuai dengan kolom-kolom/pertanyaan yang ada pada Surat PemberitahuanObjek Pajak(SPOP).

c. Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterimanya.

SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu wajib pajak SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang telah ada pada Direktorat Jenderal Pajak.

d. Dirjen Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut :

- Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran. - Apabila berdasarkanhasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata

jumlah pajak yang terutang (seharusnya) lebih besar dari jmlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak. Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP pada waktunya, walaupun sudah ditegur secara tertulis juga tidak menyampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran itu, Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) secara jabatan.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak dala SPPT yang dihitung atas dasar SPOP yang disampainkan wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SKP secara jabatan.

e. Jumlah pajak yang terhutang dalam SKP sebagaimana dimaksud dalam huruf d point pertama adala pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.

Sanksi administrasi yang dikenakan terhadapa wajib pajak yang tidak menyampainkan SPOP, dikenakan sanksi sebagai tambahan terhadap pokok pajak yaitu sebesar 25% dari pokok pajak.

SKP ini bedasarkan data yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak memuat penetapan objek pajak dan besarnya pajak yang terhutang beserta denda administrasi yang dikenakan kepada wajib pajak.

f. Jumlah pajak yang terhutang dalam SKPKB sebagaimana dimaksud dalam huruf d point kedua, adalah selisih pajak yang terhutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terhutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang terhutang.

13. Tata Cara Pembayaran Dan Penagihan

a. Pajak yang terhutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

b. Pajak yang terhutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak.

c. Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.

d. Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c di atas, ditambah dengan utang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib Pajak. e. Pajak yang terutang dapat di bayar di BANK, Kantor Pos, dan Giro, dan

tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

f. Tata cara pembayaran dan penagihan pajak di atur oleh Menteri Keuangan.

g. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Tagihan Pajak (SPT) merupakan dasar penagihan pajak.

h. Jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP yang tidak dibayarkan pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.

Dalam hal tagihan pajak yang terutang dibayar setelah jatuh tempo yang telah ditentukan, penagihannya dilakukan dengan surat paksa yang saat ini berdasarkan UU no.19 tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU no.19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan surat paksa.

14. Pembagian Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan Negara (dalam hal ini Pemerintah Pusat) dan disetor sepenuhnya ke rekening kas Negara. Namun demikian, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan akan dibagi untuk pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan sebagai berikut :

b. 90% (sembilan puluh persen) untuk Perintah Daerah

Jumlah 10% bagian Pemerintah Pusat dibagikan kepada seluruh wilayah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan dengan imbangan sebagai berikut :

a. 65% dibagikan secara merata kepada selurh wilayah kabupaten dan kota, dan

b. 35% dibagikan secara intensif kepada daerha kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sector tertentu

Jumlah 90% bagian Pemerintah daerah dibagi dengan rincian sebagai berikut :

a. 16,5% untuk daerah Provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening Kas Umum Daerah Provinsi

b. 64,8% untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota

c. 9% untuk Biaya Pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah

Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 90% dari hasil penerimaan tersebut merupakan penerimaan bagian Daerah yang dibagikan dengan rincian sebagai berikut :

- 30% untuk biaya pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan disalurkan melalui rekening khusus dana pendidikan

- 70% untuk Daerah Provinsi dan disalurkan melalui Rekening Kas Daerah Provinsi

b. 64% untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan, yang dibagi dengan imbangan :

- 30% untuk biaya pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan disalurkam melalui rekening khusus dana Pendidikan

- 70% untuk Daerah Kabupaten/Kota dan disalurkanmelalui rekening kas Daerah Kabupaten/Kota

c. 9% untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah

BAB IV

EVALUASI DAN ANALISIS DATA

A. Evaluasi

1. Penjelasan Tentang Sistem Pendataan

Pendataan objek pajak PBB dilakukan karena data grafis pada peta desa, peta garis dan peta foto mengalami banyak perubahan, seperti batas desa, kelurahan, batas persil atau bidang objek pajak.

Sistem Pendataan Objek Pajak dapat dilakukan dengan 4 (empat) alternative, yaitu :

a. Penyebaran SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak)

Sistem ini hanya dapat dilakukan pada daerah / wilayah yang tidak / belum mempunyai peta, terpencil dan mempunyai potensi PBB yang relatif kecil. b. Identifikasi Objek Pajak

Sistem ini dilakukan pada daerah / wilayah yang sudah memiliki peta garis / peta foto yang dapat menetukan posisi relative objek pajak, namun tidak mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan 3 (tiga) tahun terakhir secara lengkap.

c. Verifikasi Obejk Pajak

Sistem ini dilakukan pada daerah / wilayah yang sudah memiliki peta garis / peta foto dan sudah mempunyai data administrasi pembukuan PBB hasil pendataan 3 (tiga) tahun terakhir.

d. Pengukuran Bidang Objek Pajak

Sistem ini dilakukan pada daerah / wilayah yang hanya memiliki sket desa / kelurahan, sehingga belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak, namun letaknya strategis dan mempunyai potensi PBB yang pesat.

2. Sistem Pendataan Yang digunakan Dalam PKLM

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Meulaboh pada tahun anggaran 2009 akan terus melanjutkan kegiatan Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka menyediakan Nilai Jual Objek PAjak (NJOP) yang berkualitas di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut merupakan antisipasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan wilayah perkotaan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya Kabupaten Aceh Barat, Aceh Jaya dan Nagan Raya. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Meulaboh wilayah kerjanya meliputi kab. Aceh Barat, kab. Aceh Jaya dan kab. Nagan Raya yang telah memiliki Basis Data SISMIOP (Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak) sejak tahun 1993 / 1994 baik berupa data atributik, maupun data grafis yang telah diterapkan dalam penetapan PBB hingga saat ini.

Daerah Aceh Barat, Nagan Raya serta Aceh Jaya merupakan kota kecil di Indonesia, pertumbuhan ekonomi serta perkembangan perkotaannya tidak begitu pesat. Wilayah pedesaannya lebih luas dibanding perkotaan. Jumlah Populasi penduduknya sedikit. Masih banyak wilayah di pedesaan yang belum ditempati.

Sehingga perubahan dan peralihan kepemilikan, peruntukan tanah dan bangunan sangat jarang terjadi.

Atas pertimbangan-pertimbanngan diatas maka alternatif kegiatan pendataan yang dipilih adalah Pendataan dengan Pengukuran Objek Pajak.

Pengukuran Objek Pajak yaitu pendataan yang dilakukan pada daerah / wilayah yang hanya memiliki sket desa / kelurahan, sehingga belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak, namun letaknya startegis dan mepunyai potensi PBB yang pesat. (http://www.layanan pajak.com)

Yaitu melihat target dan realisasi Objek Pajak di desa-desa tertentu. Disamping memperbaiki / memutahirkan data sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini, melalui kegiatan ini juga dapat meningkatkan kualitas NJOP-PBB dan meningkatkan penghasilan pajak dibagian PBB. Dan telah dibuktikan pendataan dengan cara pengukuran bisa menambah penerimaan Negara lebih besar.

3. Lokasi yang dipilih dalam kegiatan pendataan dengan pengukuran objek pajak dan subjek pajak yaitu di kab. Aceh Barat adalah sebagai Berikut :

Tabel 2

No Kecamatan Kelurahan Keterangan

1 Kawai XVI Pasi Teungoh

Tanjong Bunga Pasie Ara Pasie Kumbang Teladan Sawang Teubee Padang Sikabu

2 Pante Ceureumen Tegal Sari

Krueng Beukah Gunong Tarok Suak Awe

Babah Krueng Teplep Lhok Sari

Sawang Rambot Lhok Guci Keude Suak Awe Meunuang Kinco Seumara

Manjeng

Pante Ceureumen Pulo Teungoh

3 Panton Reu Gunong Mata Ie

Lek-lek Gampong Baro Manggie

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Meulaboh

Pelaksanaan pendataan dengan pengukuran objek pajak di desa-desa yang direncanakan, telah memiliki administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan hasil SISMIOP yang dilaksanakan pada tahun 1993.

4. Data Tentang Rencana pencapaian Objek Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2008

Tabel 3

No Kelurahan

Objek Pajak Luas

Ke t Sebelum Rencana Bumi

(m2) Banguna n (m2) 1 Pasie Teungoh 295 450 561,930 250 2 Tanjong Bunga 188 450 1,478,075 1,241 3 Pasie Ara 206 525 504,705 1,208 4 Pasie Kumbang 269 550 1,594,660 5,644 5 Teladan 85 400 122,255 - 6 Sawang Teubee 292 550 886,094 3,454 7 Padang Sikabu 258 575 923,045 2,953 8 Tegal Sari 196 375 588,894 56 9 Krueng Beukah 162 400 1,072,090 438 10 Gunong Tarok 94 375 206,915 1,857 11 Suak Awe 168 400 525,592 -

12 Babah Krueng Teplep 224 475 1,453,412 2,549

13 Lhok Sari 122 350 151,740 145

14 Sawang Rambut 196 400 618,651 -

15 Lhok Guci 231 500 681,675 54

16 Keude Suak Awe 87 400 134,500 -

17 Meunuang Kinco 384 600 1,190,833 216 18 Seumara 209 400 719,922 218 19 Manjeng 254 450 727,060 180 20 Pante Ceureumen 218 475 692,239 428 21 Pulo Teungoh 505 650 1,352,240 - 22 Gunong Mata Ie 133 350 971,023 - 23 Lek-lek 170 400 849,711 96 24 Gampong Baro 281 425 1,954,915 96 25 Manggie 296 450 1,542,842 311

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Meulaboh

Dari gambaran data tersebut di atas, rencana pencapaian objek pajak sangat tinggi. Dan rencana pencapaian target tersebut sangat diharapakan tercapai. Agar dapat meningkatkan kualitas NJOP-PBB. Oleh karena itu ditetapkan terhadap desa-desa tersebut diprioritaskan untuk diadakan pengukuran Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2008/2009 berdasarkan basis data SISMIOP

5. Klasifikasi NJOP PBB

Tahun anggaran 2008/2009 hanya diadakan Analisa dan penyempurnaan Zona Nilai Tanah (ZNT) untuk 25 Desa di Kabupaten Aceh Barat termasuk desa-desa yang diajukan dalam Rencana Kerja Pendataan Objek dan Subjek PAjak Bumi dan Bangunan 2008

6. Data Tentang Rencana Kenaikan Jumlah Objek Pajak Sebelum Pengukuran

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yang menjadi sasaran pendataan melalui pengukuran di Kabupaten Aceh Barat untuk tahun 2008 adalah 25 desa yang terdapat di 3 kecamatan di kab. Aceh Barat tersebut.

Adapun perincian masing-masing dan rencana peningkatan jumlah objek pajaknya yang menjadi sasaran pekerjaan pengukuran adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Perkiraan Rencana Kenaikan Jumlah Objek Pajak, Luas Bumi, Luas Bangunan, dan Pokok Ketetapan Sebelum Pelaksanaan Pengukuran Objek Pajak dan Subjek Pajak Tahun 2008

No Desa

Sebelum Pendataan

Objek Pajak Luas Pokok Ketetapan

PBB

Sebelum Rencana Bumi Bangunan

1 Pasie Teungoh 295 450 561,930 250 253,397 2 Tanjong Bunga 188 450 1,478,075 1,241 6,162,332 3 Pasie Ara 206 525 504,705 1,208 164,644 4 Pasie Kumbang 269 550 1,594,660 5,644 690,959 5 Teladan 85 400 122,255 - 49,931 6 Sawang Teubee 292 550 886,094 3,454 1,135,155 7 Padang Sikabu 258 575 923,045 2,953 1,180,596 8 Tegal Sari 196 375 588,894 56 214,249 9 Krueng Beukah 162 400 1,072,090 438 371,572 10 Gunong Tarok 94 375 206,915 1,857 92,270 11 Suak Awe 168 400 525,592 - 177,969 12 Babah Krueng Teplep 224 475 1,453,412 2,549

490,183 13 Lhok Sari 122 350 151,740 145 99,912 14 Sawang Rambot 196 400 618,651 - 254,868 15 Lhok Guci 231 500 681,675 54 315,080

16 Keude Suak Awe 87 400 134,500 -

62,771 17 Meunuang Kinco 384 600 1,190,833 216 570,628 18 Seumara 209 400 719,922 218 365,620 19 Manjeng 254 450 727,060 180 349,542 20 Pante Ceureumen 218 475 692,239 428 1,075,088 21 Pulo Teungoh 505 650 1,352,240 - 547,638 22 Gunong Mata Ie 133 350 971,023 - 305,269 23 Lek-lek 170 400 849,711 96 330,505 24 Gampong Baro 281 425 1,954,915 96 719,059 25 Manggie 296 450 1,542,842 311 625,713 Total 5,523 11,375 21,505,018 21,394 16,604,950

Dari table di atas dapat diketahui jumlah Objek Pajak sebelum Pendataan berkisar 5,523 ; Target atau rencana Pencapaian Objek Pajak 11,375 ; Luas Bumi 21,505,018 ; Luas Bangunan 21,394 ; da jumlah Pokok Ketetapan PBB adalah sebesar 16,604,950.

7. Data Tentang Kenaikan Jumlah Objek Pajak Setelah Pengukuran

Tabel 6

Perkiraan Rencana Kenaikan Jumlah Objek Pajak, Luas Bumi, Luas Bangunan, dan Pokok Ketetapan PBB Setelah Pelaksanaan Pengukuran Objek Pajak dan Subjek

Pajak Tahun 2008

No Desa

Objek Pajak Luas Bumi Luas Bangunan Pokok Ketetapan PBB

Sebelum Rencana Realisasi % Sebelum Realisasi % Sebelum Realisasi % Sebelum Realisasi % 1 Pasie Teungoh 295 450 467 4 561,930 691,145 23 250 5,182 1,973 253,397 3,301,905 1,203 2 Tanjong Bunga 188 450 313 (30) 1,478,075 629,052 -57 1,241 2,519 103 6,162,332 4,725,193 (23) 3 Pasie Ara 206 525 416 (21) 504,705 2,171,655 330 1,208 3,870 220 164,644 3,329,906 1,922 4 Pasie Kumbang 269 550 440 (20) 1,594,660 1,469,352 -8 5,644 5,132 (9) 690,959 3,111,003 350 5 Teladan 85 400 107 (73) 122,255 67,941 -44 - 4,213 - 49,931 756,539 1,415 6 Sawang Teubee 292 550 497 (10) 886,094 2,433,961 175 3,454 9,695 181 1,135,155 4,377,730 286 7 Padang Sikabu 258 575 507 (12) 923,045 2,386,071 159 2,953 7,275 146 1,180,596 4,465,813 278 8 Tegal Sari 196 375 309 (18) 588,894 890,767 51 56 6,607 11,698 214,249 2,184,772 920 9 Krueng Beukah 162 400 233 (42) 1,072,090 580,405 -46 438 3,418 680 371,572 2,320,854 525 10 Gunong Tarok 94 375 117 (69) 206,915 392,212 90 1,857 2,520 36 92,270 827,224 797 11 Suak Awe 168 400 273 (32) 525,592 604,862 15 - 6,739 - 177,969 1,930,236 985 12 Babah Krueng Teplep 224 475 203

(57) 1,453,412 732,097 -50 2,549 3,037 19 490,183 1,435,303 193 13 Lhok Sari 122 350 205 (41) 151,740 258,419 70 145 1,330 817 99,912 1,449,444 1,351 14 Sawang Rambot 196 400 385 (4) 618,651 1,429,084 131 - 2,985 - 254,868 2,722,127 968 15 Lhok Guci 231 500 304 (39) 681,675 1,626,425 139 54 275 409 315,080 2,149,420 582 16 Keude Suak Awe 87 400 305

(24) 134,500 875,595 551 - 294 - 62,771 2,156,490 3,335 17 Meunuang Kinco 384 600 588 (2) 1,190,833 4,501,996 278 216 6,246 2,792 570,628 5,179,286 808 18 Seumara 209 400 464 (16) 719,922 2,904,649 303 218 3,131 1,336 365,620 4,013,429 998 19 Manjeng 254 450 410 (9) 727,060 1,633,942 125 180 4,970 2,661 349,542 2,898,889 729 20 Pante Ceureumen 218 475 403 (15) 692,239 1,173,907 70 428 14,239 3,227 1,075,088 4,297,741 300 21 Pulo Teungoh 505 650 597 (8) 1,352,240 2,597,298 92 - 5,266 - 547,638 2,392,196 337 22 Gunong Mata Ie 133 350 156 (55) 971,023 1,777,568 83 - 274 - 305,269 1,663,642 445 23 Lek-lek 170 400 424 6 849,711 5,378,637 533 96 2,505 2,509 330,505 4,521,693 1,268 24 Gampong Baro 281 425 440 4 1,954,915 4,025,632 106 96 2,685 2,697 719,059 4,692,322 553 25 Manggie 296 450 411 (9) 1,542,842 2,319,142 50 311 4,978 1,501 625,713 2,504,282 300 5,523 11,375 8,974 (21) 21,505,018 43,551,814 103 21,394 109,385 411 16,604,950 73,407,439 342

Setelah dilakukan pendataan jumlah target objek Pajak yang tercapai adalah 8,974 ; Luas Bumi 43,551,814 ; Luas Bangunan 109,385 ; Pokok Ketetapan PBB 73,407,439.

Penerimaan Negara tahun 2008 yaitu 73,407,439. Target penerimaan yaitu 16,604,950. Dapat dilihat penerimaan Negara melebihi target yang direncanakan. Keuntungan Negara berkisar 56,802,489.

B. Analisa Data

Pada Tabel 4 diketahui jumlah Objek Pajak 5,523 ; target pencapaian Objek Pajak 11,375 ; Luas Bumi 21,505,018 ; Luas Bangunan 21,394 ; dan pokok ketetapan PBB 16,604,950. Setelah pendataan jumlah target Objek Pajak yang tercapai adalah 8,974 ; Luas Bumi 43,551,814 ; Luas Bangunan 109,385 ; Pokok Ketetapan PBB 73,407,439.

Setelah dilakukan pendataan jumlah target objek Pajak yang tercapai adalah 8,974 ; Luas Bumi 43,551,814 ; Luas Bangunan 109,385 ; Pokok Ketetapan PBB 73,407,439.

Penerimaan Negara tahun 2008 yaitu 73,407,439. Target penerimaan yaitu 16,604,950. Dapat dilihat penerimaan Negara melebihi target yang direncanakan. Keuntungan Negara berkisar 56,802,489.

Dari kedua table diatas dapat dianalisa bahwa target yang dicapai melebihi target yang direncanakan. Hal ini dapat kita lihat dari perubahan table, dimana setelah pihak Fiskus mengadakan pendataan langsung ke lapangan untuk mengukur

kebenaran dari data yang diperoleh. Sehingga dapat dilihat jumlah objek pajak yang direncanakan melebihi target. Hal ini sangat menguntungkan bagi Negara, karena pemasukan yang direncanakan melebihi target.

Dari data tersebut diatas juga dapat disimpulkan bahwa sistem pendataan

Dokumen terkait