• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Belajar

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ANUGRAH MALIK (Halaman 20-42)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

2. Keterampilan Belajar

a. Pengertian Keterampilan Belajar

Menurut Salinger, 1983) definisi tentang keterampilan belajar seringkali didasarkan pada daftar keterampilan yang spesifik seperti mengorganisasi, memproses, dan menggunakan informasi yang diperoleh dari aktivitas membaca. Moh. Surya (1992 : 28) mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan

kegiatan-kegiatan yang bersifat neuromuscular, artinya menurut kesadaran yang tinggi. Dibandingkan dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan yang

lebih membutuhkan perhatian serta kemampuan intelektualitas, selalu berubah dan sangat disadari oleh individu.

Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquires skills) oleh seorang individu melalui proses latihan yang berkesinambungan dan mencakup aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun psikomotorik. Namun demikian komponen utama latihan keterampilan belajar dalam konsepsi learning how to learn difokuskan pada individu itu sendiri sebagai learner, sehingga setiap individu dilatih untuk mengembangkannya dan karakteristik belajarnya sendiri dan bukan “dipaksa” untuk mengikuti gaya belajar yang one size fits for all ( satu cara yang sama untuk semua orang).

Secara umum keterampilan belajar menitik beratkan pada strategi

pembelajaran untuk membantu peserta didik menjadi lebih baik dan lebih mandiri dalam belajar. Peserta didik akan belajar bagaimana mengembangkan dan

menerapkan belajar keterampilan manajemen pribadi, dan interpersonal dan keterampilan kerja sama tim untuk meningkatkan pembelajaran dan prestasi di sekolah. Program pembelajaran ini membantu siswa untuk membangun

kepercayaan diri dan motivasi untuk mengejar peluang untuk sukses di sekolah dan jenjang pendidikan selanjutnya.

Secara khusus, keterampilan belajar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh, mempertahankan, serta mengungkapkan pengetahuan dan merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan (Marshak &

Burkle, 1981 dalam Maher & Zins, 1987). Dalam memperoleh keterampilan belajar, siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang terbaik sehingga menjadi lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya.

b. Karakteristik Siswa yang Memiliki Keterampilan Belajar

Beberapa karakteristik siswa yang memiliki keterampilan belajar, antara lain:

1) Percaya diri (Self-Esteem)

2) Tidak menyandarkan diri pada orang lain (independence) 3) Mampu merekonstruksi belajar sesuai dengan dirinya

(mengorganisasikan belajar) 4) Mampu berinisiatif sendiri

5) Bertanggung jawab (responsibility)

6) Mampu berfikir logis dalam mengarahkan tujuan belajar

7) Mempunyai kemampuan fleksibilitas dan adaptabilitas yang tinggi terhadap lingkungan

8) Selalu mempunyai gagasan baru (kreatif)

c. Aspek-aspek Keterampilan Belajar

Keterampilan bahasa (language skills) mencakup empat keterampilan berikut:

1. Keterampilan menyimak (listening skills) 2. Keterampilan berbicara (speaking skills) 3. Keterampilan membaca (reading skills) 4. Keterampilan menulis (writing skills)

Keempat keterampilan bahasa itu saling berkait satu sama lain, sehingga untuk mempelajari salah satu keterampilan berbahasa, beberapa keterampilan berbahasa lainnya juga akan terlibat. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa

kecil, kita belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah.

Keempat aspek keterampilan bahasa berhubungan satu sama lain. 1. Keterampilan menyimak (listening skills)

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat

meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.

2. Keterampilan berbicara (speaking skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

3. Keterampilan membaca (reading skills)

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara.

Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.

4. Keterampilan menulis (writing skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

d. Hubungan Antar aspek Keterampilan berbahasa 1. Hubungan antara Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak(mendengarkan) dan berbicaraberlangsung dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini merupakan proses yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan sebuah media yang disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.

Hubunganya adalah:

a) Keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung duaarah.

c) Kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan desa tau kota).

d) Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat.

e) Anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya.

f) Meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara.

g) Ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar.

h) Berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi.

2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca

a) Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi,

b) Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca dari sumber tertulis,

c) Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif, d) Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan,

e) Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak, f) Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada

membaca pemahaman,

g) Ada korelasi antara baca dan kosakata simak.

a) Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak.

b) Menyimak dapat menimbulkan kreatifitas menulis

c) Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan baik

d) Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir dalam kegiatan menyimak

4. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

a) Performansi atau penampilan membaca berbeda dengankecakapan bahasa lisan

b) Ujaran tunaaksara atau buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca bagi anak

c) Ujaran membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca membantu meningkatkan bahasa lisan

d) Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktifitas membaca

5. Hubungan antara Berbicara dan Menulis

a) Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna b) Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis

c) Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum dikuasainya

d) Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan

e) Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada pendengar

6. Hubungan antara Membaca dan Menulis

Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan proses awal yang melatih dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai berikut :

a) Membaca (reseptif) dan menulis (produktif).

b) Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan.

c) Sebelum menulis, seringkali penulis melakukan aktifitas membaca. d) Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat

e. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa adalah salah satu kebutuhan pokok di antara sejumlah kebutuhan manusia sehari-hari, betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi yang primer yang dapat dirasakan oleh setiap pengguna bahasa (Junus dan Fatimah Junus, 2012: 1). Mengingat fungsi yang diemban oleh bahasa Indonesia sangat banyak, maka kita perlu mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap bahasa Indonesia sehingga peserta didik dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurut Arifin (1986: 1), bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah tata bahasa Indonesia baku. Jadi, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Tanpa adanya pembinaan dan pengembanagan tersebut, bahasa Indonesia tidak akan dapat berkembang sehingga dikhawatirkan bahasa Indonesia tidak dapat mengemban fungsi-fungsinya. Salah satu cara dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia itu adalah melalui mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya di sekolah dasar. Pembinaan dan pengembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang diupayakan di sekolah berorientasi pada empat jenis keterampilan berbahasa yaitu, keterampilan menyimak,

Keempat keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat satu dengan yang lain.

Pembelajaran adalah proses yang secara kreatif menuntut siswa melakukan sejumlah kegiatan sehingga siswa benar-benar membangun pengetahuannya secara mandiri dan berkembang pula kreatifitasnya (Abidin, 2012: 3). Komara (2014: 30) menarik kesimpulan sebagai berikut.

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.”

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses unuk membantu peserta didik agar dapat berjalan dngan baik, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar sehingga tugas-tugasya dapat terselesaikan tepat waktu. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses dan upaya yang diatur sedemikian rupa oleh pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar sehingga tercipta hubungan timbal balik antara pendidik dan peserta didik, serta peserta didik dengan lingkungan belajarnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulis. Di samping itu, pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Munirah, 2012: 2). Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang seimbang.

f. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk

meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan sebagai salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu program yang bertujuan untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Menurut Munirah (2012: 3) tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar yaitu :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

3. Metode Pembelajaran Kooperatife

1. Pengertian model pembelajaran kooperatif

Metode merupakan salah satu segi dari dasar-dasar penyusunan sistem pengajaran. Metode adalah cara yang teratur dan sistimatis untuk pelaksanaan sesuatu atau cara kerja. Simandjuntak dan Pasaribu (1983: 14 ) mengungkapkan bahwa: “Metode bukanlah tujuan melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya” . Hal senada dikemukakan oleh Sudjana (2000: 76) menyatakan bahwa: “Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Penggunaan metode yang tepat sangat dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai yaitu perubahan tingkah laku.

Lie (2002: 12) menyamakan belajar kooperatif dengan sistem pembelajaran gotong-royong. Sistem pembelajaran gotong-royong yang

dimaksud adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada murid untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh, Lie (2002: 3) menyebutkan lima unsur pembelajaran gotong-royong yang ditetapkan dalam pembelajaran kooperatif, yakni (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

Eggen dan Kauchak (1996: 277) menyatakan bahwa:

Belajar kooperatif adalah sekelompok metode pembelajaran yang melibatkan murid belajar secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjaut dinyatakan bahwa belajar kooperatif bertujuan meningkatkan partisipasi murid, memberi pelajaran kepemimpinan dan pengalaman, membuat keputusan kelompok, dan memberi kesempatan untuk berinteraksi dan belajar dengan murid lain yang berasal dari latar belakang budaya dan kemampuan yang berbeda.

Pratiwi (2002: 2) menguraikan beberapa ciri belajar kooperatif. Adapun ciri-ciri belajar kooperatif, yaitu (1) guru mengupayakan interaksi antarmurid dalam kelompok, (2) menciptakan interdependensi positif di kalangan anggota kelompok, (3) kemampuan setiap anggota diperhitungkan, (4) menekankan pencapaian tujuan bersama, dan (5) jumlah anggota kelompok dibatasi antara empat sampai dengan enam orang.

Ibrahim, dkk., (2000: 6) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Pencapaian pembelajaran ini dapat dilakukan

dengan cara maksimal melalui tujuh unsur pembelajaran. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif, yakni:

1) Murid dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenaggungan bersama;

2) Murid bertangung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri;

3) Murid haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;

4) Murid harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya;

5) Murid akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang akan juga dikenakan untuk semua anggota kelompok;

6) Murid berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajamya; 7) Murid akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan metode yang diterapkan dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada penempatan murid dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen ditinjau dari segi kemampuan, jenis kelamin, dan etnisnya. Selama proses pembelajaran, kelompok-kelompok itu bekerja sama melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Dalam metode belajar kooperatif, kelompok-kelompok kecil seperti itu menjadi wadah bagi murid dalam memecahkan masalah pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim, dkk. (2000: 7). Untuk lebih jelasnya, tampak pada uraian berikut ini.

Pembelajaran kooperatif bertujuan meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul untuk membantu murid memahami konsep-konsep yang sulit. Slavin (dalam Ibrahim, dkk., 2000: 7) percaya bahwa memusatkan perhatian pada kelompok pembelajaran kooperatif dapat mengubah budaya anak muda dan membuat budaya lebih dapat menerima prestasi menonjol dalam tugas-tugas pembelajaran akademik.

2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada murid yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain (Allport dalam Ibrahim, dkk., 2000: 8). Tujuan lain model pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan.

3) Pengembangan Keterampilan Sosial

Pengembangan keterampilan sosial bertujuan mengajarkan kepada murid tentang keterampilan kerja sama dan berkolaborasi, membantu murid memahami konsep yang sulit. Model ini sangat berguna untuk membantu murid menumbuhkan kerja sama. Keterampilan sosial amat penting dimiliki oleh masyarakat banyak. Berdasarkan hal tersebut, Ibrahim, dkk. (2000) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan murid tentang keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Menurut Eggen dan Kemp (dalam Lie, 2002: 42-47), setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakikat setiap langkah sebagai berikut:

1) Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana metode pembelajarannya. Guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh murid, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini, murid diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan murid, tetapi pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

2) Kerja Kelompok

Pada tahap ini murid melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang

memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.

Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab setiap anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Misalnya, murid diharapkan dapat mengembangkan media tepat guna dalam pembelajaran. Untuk itu, murid secara bersama-sama perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen pembelajaran seperti kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi apa yang dipelajari, metode pembelajaran yang digunakan, serta bentuk evaluasinya. Murid juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan media tepat guna.

3) Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua murid telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian setiap murid menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan keterampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Murid dapat juga diminta membuat prototype media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran, dan sebagainya.

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan skor tes individual. Menghitung skor yang didapat setiap kelompok dengan cara menjumlahkan skor yang didapat murid di dalam kelompok tersebut kemudian dihitung ratanya. Selanjutnya, berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan penghargaan setiap kelompok. Misalnya, bagi kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat penghargaan sebagai

Good Team.

Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20 mendapat penghargaan Great Team, sedangkan kenaikan skor lebih dari 20 sampai 30 mendapat penghargaan sebagai Super

Team. Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar sehingga dalam satu

satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka guru memberikan simpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga terdapat kesamaan pemahaman pada semua murid.

5) Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar murid, baik individu maupun kelompok. Selama

Dalam dokumen SKRIPSI OLEH ANUGRAH MALIK (Halaman 20-42)

Dokumen terkait