BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Bertanya
level kognitif dan dimensi pengetahuan yang dianalisis secara terpisah. 2. Pertanyaan berdasarkan level kognitif mencakup pertanyaan lisan dan
tertulis.
3. Keterampilan bertanya siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah dibatasi pada hasil keseluruhan pertanyaan berdasarkan level kognitif dan dimensi pengetahuan.
4. Materi yang digunakan pada pembelajaran dibatasi pada konsep sistem gerak.
5. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah strategi Question Student Have.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah kuantitas dan kualitas bertanya siswa kelas XI IPA 1 MAN Tangerang tahun ajaran 2015/2016 keseluruhan dan kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi dengan menerapkan strategi Question Student Have
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian mempunyai tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukannya penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas dan kualitas bertanya siswa kelas XI IPA 1 MAN Tangerang tahun ajaran 2015/2016 keseluruhan dan kelompok siswa (tinggi, sedang, dan rendah) berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi dengan menerapkan strategi Question Student Have pada konsep sistem gerak.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan pengembangan kegiatan belajar mengajar di kelas yang dapat melatih keterampilan bertanya siswa.
2. Bagi Instansi
Hasil penelitian dapat dijadikan dokumentasi ilmiah bagi mahasiswa yang memerlukan referensi mengenai strategi Question Student Have dan keterampilan bertanya siswa.
3. Bagi Peneliti Lainnya
Dapat dijadikan literatur untuk perbandingan mengenai hasil keterampilan bertanya siswa berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi.
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan Bertanya a. Definisi Bertanya
Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya.1 Aktivitas bertanya di dalam kelas berada dalam ruang lingkup yang luas, yaitu dapat terjadi kepada siapapun yang memungkinkan munculnya aktivitas bertanya.
Bertanya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan atau mengandung kata tanya (apa, mengapa, bagaimana, siapa, kapan, mana, di mana, ke mana, berapa, atau kata tanya lainnya), dan kemudian diakhiri dengan tanda tanya (?).2 Bertanya itu sendiri harus mengandung kata tanya, jika tidak mengandung kata tanya maka dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan bukanlah sebuah pertanyaan.
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang berbasis konstekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang
1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 11, h. 89.
2
Rizkianingsih, M. Sukisno, dan Susilo, Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Kelas VIII MTs, Unnes Physics
belum diketahuinya.3 Dari pernyataan tersebut kegiatan bertanya menjadi unsur penting dalam pembelajaran siswa karena dengan bertanya siswa belajar untuk dapat menambah wawasannya dengan cara menggali informasi yang belum diketahuinya melalui guru. Menurut Cholifah, dkk., bertanya bagi siswa merupakan salah satu cara untuk memahami pelajaran, menambah wawasan baru dan memantapkan apa yang tadinya masih ragu-ragu atau belum jelas.4
Menggunakan pertanyaan yang merangsang pikiran bisa membuat siswa berpikir.5 Siswa dapat menggunakan kerja otaknya secara lebih maksimal ketika mereka dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat mereka berpikir. Mereka juga dapat mengkonstruksikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru didapatkan melalui sebuah pertanyaan.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (b) Mengecek pemahaman siswa; (c) Membangkitkan respons kepada siswa; (d) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (g) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) Menyegarkan kembali pengertahuan siswa.6
Kegiatan bertanya sesungguhnya adalah salah satu cara untuk dapat menambah pengetahuan siswa, mengetahui ketidakmengertian siswa terhadap suatu pelajaran, serta melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi pelajaran tersebut.
3
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2013),
Cet. 6, h. 115.
4
Siti Cholifah, Wince Hendri, & Lisa Deswati, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Siswa dalam Mengungkapkan Pertanyaan pada Proses Pembelajaran Biologi Kelas VII SMP Bunda Padang, E-Journal Universitas Bung Hatta, Vol. 2, No. 4, 2013, h. 2.
5
Hellen Ward, Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak, Terj. dari Using Their
Brains in Science oleh Endah Sulistyowati dan Agus Suprapto,(Jakarta: PT Indeks, 2010), h. 24.
6
b. Keterampilan Bertanya
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya.7 Keterampilan biasa diartikan sebagai kegiatan yang bersifat fisik seperti pengertian keterampilan tersebut. Menurut Muhibbin, keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.8 Berdasarkan pengertian mengenai keterampilan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan bukan hanya sesuatu hal yang melibatkan fisik untuk melakukannya, melainkan juga sesuatu yang bersifat kognitif.
Sanjaya, membagi keterampilan menjadi dua, yaitu bisa berupa keterampilan fisik dan keterampilan nonfisik. Keterampilan fisik adalah keterampilan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot; sedangkan keterampilan nonfisik adalah keterampilan seseorang dalam menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu persoalan.9 Maka dapat dikatakan bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan menggunakan otak juga dapat dikatakan sebagai suatu keterampilan yang bersifat nonfisik.
Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Dari pertanyaan yang diajukan dapat
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 117.
8 Ibid.
9
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), Cet. 6, h. 41-42.
diketahui sejauh mana siswa dapat menggunakan pemikirannya, sejauh mana pemahaman yang dimilikinya.10
Menurut Zulfiani, dkk., keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Untuk sampai pada keterampilan ini, guru harus terlebih dahulu menunjukkan pola
berpikir “Apa” –“Mengapa” –dan “Bagaimana” dalam setiap
mengupas suatu masalah bersama-sama dengan siswa. 11
Dari kedua penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran karena berguna untuk mendorong siswa mempelajari suatu masalah lebih lanjut dan pertanyaan yang diajukan siswa dapat menjadi ukuran penilaian guru untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa.
Keterampilan bertanya menjadi salah satu cara untuk dapat mengorganisasikan informasi yang didapatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Preessley et al.(1990) dalam Slavin mengatakan bahwa salah satu strategi yang membantu siswa belajar dari naskah tertulis, pengajaran, dan sumber informasi lain ialah penyertaan pertanyaan yang mengharuskan siswa berhenti dari waktu ke waktu untuk menilai pemahaman mereka sendiri tentang apa yang dikatakan naskah atau guru.12 Oleh karena itu memiliki keterampilan dalam bertanya menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Keterampilan bertanya tidak hanya harus dimiliki oleh guru tetapi siswa juga harus memiliki keterampilan dalam bertanya.
10
Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Cet. 1, h. 96.
11
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 55.
12
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jilid 1, Terj. dari Educational
Mengajukan pertanyaan berarti menunjukkan pola fikir yang dimiliki oleh seseorang, dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh penanya, kita sebagai guru akan dapat mengukur “apakah pertanyaan siswa memiliki sistematika atau tidak?”, “apakah pertanyaannya terstruktur atau tidak?”, “apakah pertanyaannya
memiliki muatan atau tidak?”, “apakah pertanyaannya rasional,
emosional?”. Guru memiliki kesempatan yang banyak memperbaiki,
melatih cara mengajukan pertanyaan siswa, bimbingan yang akan diberikan itu akan berpengaruh positif bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.13 Pernyataan di atas menunjukkan bahwa peran siswa dalam mengajukan pertanyaan merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Guru dapat mengambil kesempatan untuk mengetahui pola pikir siswa berdasarkan pertanyaan yang mereka ajukan.
Keterampilan bertanya bertujuan untuk: (a) merangsang kemampuan berpikir siswa; (b) membantu siswa dalam belajar; (c) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri; (d) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (c) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.14
Menurut Sagala, dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; (2) mengecek pemahaman siswa; (3) membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru; (7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi
13
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), Cet. 3, h. 89-90.
14
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. 4, h. 170.
pertanyaan dari siswa; (8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.15
Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa, di antaranya: (a) Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran; (b) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri pada hakikatnya bertanya; (c) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk menentukan jawaban; (d) Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.16
Berdasarkan ketiga pemaparan mengenai tujuan ataupun dampak positif mengenai keterampilan bertanya terhadap siswa ditemukan adanya tiga persamaan. Pertama adalah bahwa keterampilan bertanya dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Kedua adalah bahwa dengan keterampilan bertanya dapat membantu suswa mencapai tujaun pelajaran yaitu memusatkan atau memfokuskan siswa pada masalah yang sedang dibahas. Ketiga adalah dapat membangkitkan dan mengetahui rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dibahas.
Keterampilan bertanya merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam pembelajaran IPA, keterampilan mengajukan pertanyaan termasuk ke dalam salah satu keterampilan proses sains. Menurut Chin, pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan siswa merupakan aspek penting dalam sains karena dapat merangsang siswa untuk terlibat dalam proses berpikir seperti hipotesa, memprediksi, dan menjelaskan.17
15
Sagala, op. cit., h. 88-89.
16
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 5, h. 34.
17Christine Chin, Learning in Science: What do Students’ Questions Tell Us About Their Thinking?, Education Journal, Vol. 29, No. 2, 2001, h. 100.
Menurut Carin dan Sund dalam Dahar (1992) yang dikutip oleh Kinkin mengelompokkan jenis pertanyaan dalam sains pada tiga kategori, yaitu: (1) Pertanyaan kovergen dan divergen, (2) Pertanyaan berdasarkan taksonomi Bloom, (3) Pertanyaan yang mengarah kepada keterampilan proses sains (KPS).18 Sedangkan menurut Widodo, pertanyaan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Pertanyaan akademik dan non akademik, (2) Pertanyaan tertutup dan terbuka, (3) Pertanyaan terkait proses kognitif.19
Kata taksonomi, diambil dari bahasa Yunani tassein yang mengandung arti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokkan suatu hal berdasarkan hierarki tertentu. Posisi taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.20 Taksonomi yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Taksonomi Bloom.
Taksonomi Bloom sebelum dilakukan revisi memiliki enam aspek kognitif yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi. Sementara Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl mencakup aspek: (1) Mengingat, (2) Memahami, (3) Menerapkan, (4) Menganalisis, (5) Mengevaluasi, dan (6) Menciptakan yang dapat dilihat dari Tabel 2.1.
18Kinkin Suartini, “Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode Discovery-Inquiry”, dalam Gelar Dwirahayu & Munasprianto Ramli (eds), Pendekatan Baru
dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar: Sebuah Antologi, (Jakarta: PIC UIN
Jakarta, 2007), Cet. 1, h. 108.
19
Ari Widodo, Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 2, 2006, h. 3-4.
20
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 8-9.
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom Revisi Dimensi
Pengetahuan
Dimensi Proses Kognitif 1. Mengingat 2. Memahami 3. Meng-aplikasikan 4. Meng-analisis 5. Meng-evaluasi 6. Men-cipta A. Pengetahuan Faktual B. Pengetahuan Konseptual C. Pengetahuan Prosedural D. Pengetahuan Metakognitif
Sumber: Anderson & Krathwol
Berdasarkan Anderson & Krathwol, mengingat berarti mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Memahami berarti mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Mengevaluasi berarti mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. Dan yang terakhir, mencipta berarti memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.21
Sedangkan pada dimensi pengetahuan, ada empat kategori, yaitu sebagai beriku: a) Faktual (factual knowledge): berisi unsur-unsur dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan
21
Lorin W. Anderson & David R. Krathwohl, Kerangka Landasan Untuk: Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1, h. 44-45.
diperkenalkan dengan satu mata pelajaran tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction); b) Kosep (conceptual knowledge): meliputi skema, model mental atau teori dalam berbagai model psikologi kognitif; c) Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah-langkah yang harus diikuti; d) Metakognitif (motacognitive knowledge): pengetahuan tentang pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan pemahaman pribadi seseorang.22
Taksonomi Bloom diorganisasikan dari yang sederhana hingga rumit, beberapa orang menafsirkannya sebagai pemeringkatan tujuan dari sesuatu yang sepele hingga yang penting. Namun, hal ini bukanlah maksud taksonomi. Tingkat tujuan yang berbeda adalah sesuai bagi tujuan yang berbeda dan bagi siswa pada tahap perkembangan yang berbeda pula. Peran penting utama taksonomi Bloom adalah bahwa taksonomi itu mengingatkan bahwa kita menginginkan siswa mempunyai banyak tingkat kemampuan.23
Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengklasifikasikan keterampilan bertanya dapat menggunakan taknosomi Bloom revisi dengan dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan untuk melihat tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa dan dimensi proses kognitif untuk melihat kemampuan kognitif siswa.
22
Eveline Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011,), Cet. 2, h. 9-10.
23
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik, Jilid 2, Terj. Dari
Educational Pshychology: Teory and Practice, 9th ed oleh Marianto Samosir, (Jakarta: PT Indeks,
2. Strategi Pembelajaran Aktif