• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGEMBANGAN KETERAMPILAN AKADEMIK

E. Keterampilan Menulis

Menulis merupakan aktivitas menuangkan gagasan yang diwujudkan dengan lambang-lambang fonem. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan tidak semudah dalam bentuk lisan. Terkadang, ketika gagasan telah terhimpun di kepala, lalu hendak dituangkan ke dalam bentuk tulisan, banyak sekali hambatan yang muncul, misalnya saat akan membuat kalimat pertama. Mengapa? Karena belum terbiasa menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Menulis Bak Naik Sepeda..

Sesungguhnya, belajar menulis sama dengan belajar naik sepeda. Seseorang tidak akan bisa naik sepeda jika ia tidak pernah mencoba menaikinya. Belajar naik sepeda tidak membutuhkan teori

sepeda adalah naik dan kayuhlah. Mungkin, pada kayuhan pertama seseorang akan terjatuh. Jangan takut; karena semua orang yang belajar naik sepeda akan terjatuh dahulu. Lama-kelamaan dan karena seringnya mencoba atau giatnya berlatih, orang yang belajar naik sepeda pasti bisa menyeimbangkan badan di atas sepeda dan tidak akan jatuh lagi.

Begitu juga dengan belajar menulis, tidak memerlukan teori khusus. Teori yang paling mendasar adalah tulislah apa yang ada dalam pikiran atau apa yang sedang diingat. Karena belum terbiasa, mungkin tulisan pertama akan tersendat-sendat. Meski demikian, yang paling penting adalah hilangkan rasa takut tulisan akan menjadi jelek atau tidak bisa dimengerti. Biarkanlah, teruskanlah menulis dan menulis lagi. Jangan memikirkan teori menulis sebelum lancar menuangkan gagasan. Bagaimanapun mahirnya seseorang dalam teori menulis jika tidak pernah mempraktikkannya atau tidak pernah mencobanya, ia tetap tidak akan bisa menulis. Teori yang sangat mendasar dalam menulis adalah tulislah apa yang ada dalam pikiran. Kalau bingung harus bagaimana dan apa yang harus ditulis, tulislah “bingung” atau “aku bingung” lalu kemukakanlah alasan-alasan kebingungan tersebut. Dengan demikian, terbentuklah sebuah tulisan meskipun bukan tulisan yang dikehendaki.

Menentukan Topik dan Tema

Setelah beberapa kali latihan dan sudah mulai terbiasa menulis, barulah mulai menulis dengan secara lebih sistematis. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik tulisan atau ide tulisan. Topik tulisan adalah pokok bahasan atau hal utama yang akan dituangkan dalam tulisan. Topik tulisan ini bersumber dan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang

sudah dimiliki penulis sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Ide penulisan itu sesungguhnya terhampar dan berseliweran di sekitar penulis, tergantung bagaimana tingkat kepekaannya terhadap lingkungan.

Topik yang baik, pertama, adalah sesuatu yang menarik perhatian penulis. Jangan sekali-kali menulis sesuatu yang tidak disenangi atau tidak

menarik perhatian penulis. Topik yang menarik perhatian akan memotivasi penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan akan dituangkan dalam tulisannya.

Kedua, usahakan topik merupakan hal umum yang diketahui oleh penulis.

Hal ini penting sebagai bahan eksplorasi dan sangat berguna untuk mengembangkan tulisan.

Ketiga, topik hendaknya bukan hal yang terlalu luas atau terlalu

sempit. Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, tetapi tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, hubungan antarvariabel kurang jelas, tidak menarik untuk dibahas atau dibaca.

Keempat, topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi

akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Kelima, topik bukanlah sesuatu yang terlalu baru, terlalu teknis, dan terlalu kontroversial. Bagi penulis pemula, topik yang terlalu baru akan menyulitkannya dalam mencari referensi karena memang belum ada. Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya. Topik yang terlalu kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

Membuat Kerangka Tulisan

Adakalanya, kita kesulitan untuk mengembangkan sebuah gagasan tulisan. Entah karena kehabisan ide, malas, atau sekian banyak alasan lain. Jika sudah demikian, kita hanya bisa kesal, kemudian tidak berkeinginan lagi untuk meneruskan menulis. Sebenarnya, ada sebuah upaya untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi masalah tersebut, yaitu dengan cara membuat kerangka tulisan.

Kerangka, seperti namanya, adalah sebuah bentukan belum sempurna sebuah benda yang akan berproses menjadi lebih sempurna setelah ditambah dan dipoles sedemikian rupa. Sebuah kerangka tulisan tidak bisa menjelaskan secara gamblang keseluruhan tulisan, namun dapat digunakan sebagai pemandu bagi penulis untuk selalu menuliskan semua hal yang masih tercakup di dalam kerangka tersebut. Dengan demikian, penulis akan dapat selalu mengontrol tulisan dan alur cerita sesuai dengan ide semula.

Membuat kerangka tulisan tidaklah sulit, meskipun juga bukan sebuah hal mudah. Pada intinya, kerangka tulisan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Pengantar atau pendahuluan 2. Isi tulisan

3. Pembahasan dan kesimpulan

Mengembangkan Kerangka Tulisan

Fungsi pengantar adalah memberikan penjelasan tentang sebuah masalah (sesuai ide awal penulisan). Bagian ini biasanya dianggap sebagai bagian tulisan yang paling sulit ditulis, karena bagian inilah yang menentukan menarik tidaknya artikel yang kita tulis. Para penulis pemula biasanya kebingungan untuk menuliskan sebuah pengantar yang mengawali tulisannya.

Bagian isi tulisan mengandung penjabaran lebih lanjut dari hal¬hal yang sudah dituliskan pada pengantar, disertai dengan penjelasan dari penulis-penulis terdahulu (referensi pustaka). Pada bagian ini, kita bisa menjelaskan pula sebuah metode yang digunakan untuk “mengupas” hal¬hal atau pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di bagian pengantar, sekaligus juga beberapa hasil yang kita peroleh.

Pembahasan berisi argumen kita untuk menjelaskan hal-hal yang sudah “dipermasalahkan” dalam pengantar dan dibahas oleh penulis lain pada isi tulisan. Dalam bagian ini, kita dapat memberikan pandangan¬pandangan atau ide-ide berdasarkan hasil-hasil yang sudah kita

peroleh, ditambah dengan bahasan oleh penulis sebelumnya. Dalam hal ini, keluasan wawasan keilmuan kita diuji. Jika kita banyak membaca, wawasan keilmuan kita pun cukup mumpuni, maka biasanya menuliskan pembahasan bukanlah hal yang cukup sulit.

Kesimpulan digunakan untuk menjelaskan secara singkat rajutan pemikiran di pengantar (pertanyaan atau ide awal), metode yang dipakai dalam menjawab pertanyaan (di bagian isi), dan bahasan-bahasan atas hasil yang diperoleh. Kesimpulan tidak perlu panjang lebar, tetapi singkat, padat, dan jelas.

Referensi :

Sumadiria, Haris. 2010. Menulis Artikel danTajuk Rencana :Panduan Praktis

Penulis & Jurnalis Profesional. Jakarta : Sibiosa Rekatama Media

Rahardjo, Budi. 2005. Panduan Menulis dan Mempresentasikan Karya Ilmiah : Thesis, Tugas Akhir, dan Makalah

Putra, Nugroho S. “Membuat Kerangka Tulisan lmiah Populer adalah Wajib!”.

http://nulisilmiahpopuler.wordpress.com/2011/07/13/membuat ¬kerangka-tulisan-ilmiah-populer-adalah-wajib/

DePorter, Bobbi. 2009. Quantum Writer; Menulis dengan Mudah, Fun, dan Hasil

Memuaskan. Bandung: kaifa