• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.2 Keterampilan Menulis

2.1.2.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Suparno dan Yunus 2010:1.3). Kemudian, Tarigan (2008:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Akhadiah (dalam Abidin 2013:181) memandang menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh. Selanjutnya, dalam jurnal yang dibuat oleh Sapkota (2012) dengan judul “Developing Students Writing Skill through Peer and Teacher

Correction: An Action Research”, dikemukakan bahwa menulis adalah tindakan meletakkan simbol grafis yang menyajikan bahasa untuk menyampaikan makna sehingga pembaca dapat memahami informasi yang ingin ditanamkan oleh penulis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan ide atau gagasan dalam bahasa tulis yang berfungsi sebagai penyampaian pesan dari penulis kepada pembaca. Menulis dilakukan untuk menghasilkan suatu karya tulis. Proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan satu sistem yang utuh.

2.1.2.2 Tujuan Menulis

Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Hartig (dalam Tarigan 2008:25-26) merangkumnya sebagai berikut.

1. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. 2. Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.

3. Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

5. Self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

6. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif disini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Kemudian, menurut Susanto (2014:253) tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam.

1. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif (informative discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif (persuasive discourse).

3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tulisan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literacy discourse). Tujuan penulisan untuk menyenangkan ini disebut juga tujuan altruistis (altruistic purpose), yaitu penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

4. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Sebagai gambaran, menulis puisi dapat termasuk menulis yang bertujuan untuk pernyataan diri dengan pencapaian nilai-nilai artistik.

Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap jenis tulisan memiliki tujuan masing-masing. Menulis dalam penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi atau penerangan (informational purpose) kepada pembaca. Informasi yang dimaksud yaitu berupa penjelasan untuk menggambarkan sesuatu dalam bentuk sebuah karangan deskripsi.

2.1.2.3 Manfaat Menulis

Dalam dunia pendidikan menulis sangat berharga, sebab menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah. Menulis sebagai suatu alat dalam belajar dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting. Dilihat dari

sudut pandang ini, Susanto (2014:254) merincikan kegunaan menulis yaitu sebagai berikut.

1. Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai suatu topik, merangsang pemikiran kita mengenai topik tersebut dalam membantu kita membangkitkan pengetahuan dari pengalaman masa lalu.

2. Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang kita untuk mengadakan hubungan, mencapai pertalian dan menarik persamaan (analogi) antara ide-ide yang tidak pernah akan terjadi, seandainya kita tidak menulis. 3. Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya

dalam suatu wacana yang berdiri sendiri.

4. Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi. Kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih objektif pada waktu kita siap menuliskannya.

5. Menulis membantu kita menyerap dan mengusai informasi baru. Kita akan dapat menyimpannya lebih lama, jika kita menuangkannya dalam bentuk tulisan.

6. Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji.

Suparno dan Yunus (2006:1.4) mengemukakan kegiatan menulis mempunyai banyak manfaat di antaranya dalam hal: (1) peningkatan kecerdasan;

(2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; serta (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis pada hakikatnya adalah sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang ada dalam pikiran melalui bahasa tulis. Menulis dapat membantu seseorang berpikir lebih mudah. Selain itu, menulis juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, kreativitas dan keberanian.

2.1.2.4 Tahapan Menulis

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase, yaitu prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan) (Suparno dan Yunus 2010:1.14). Masing-masing fase dari ketiga tahap penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis dalam proses tulis-menulis. Urutan dan batas antarfase itu sangatlah luwes, bahkan dapat tumpang tindih. Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis dari awal sampai akhir yakni sebagai berikut.

1. Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis. Tomkins dan Hosskinson (dalam Abidin 2013:185) menyebutkan bahwa tahap ini sebagai tahap penemuan menulis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi (1) memilih topik, (2) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiensi, (3) memanfaatkan dan

mengorganisasi gagasan-gagasan, dan (4) mengumpulkan data untuk menguraikan gagasan tersebut. Kemudian, Mulyati dkk. (2008:5.29) menyebutkan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat dipakai dalam pemilihan topik karangan. Kriteria pertama, topik yang dipilih untuk ditulis hendaklah yang menarik hati bagi penulis sendiri dan dikusai betul oleh penulis. Kriteria kedua, topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran. Kriteria ketiga, bahan-bahan yang diperlukan untuk menulis sehubungan dengan topik yang dipilih tersedia atau dapat dijangkau. Kriteria keempat, topik yang dipilih hendaklah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia.

2. Penulisan

Tahap ini merupakan fase untuk mulai mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Kerangka karangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi awal karangan, isi karangan dan akhir karangan (Suparno dan Yunus 2010:1.22).

3. Pascapenulisan

Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan draft karangan yang telah dihasilkan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu membaca keseluruhan karangan, menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan, serta melakukan

perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan (Suparno dan Yunus 2010:1.24).

Penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam proses menulis terdapat tiga tahapan, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Tahapan tersebut harus dikuasai dengan baik agar memperoleh tulisan yang baik. Dari keseluruhan tahapan tersebut tergambar kegiatan yang dilakukan dalam rangka membuat sebuah tulisan, yaitu menentukan topik, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan utuh mulai dari awal sampai akhir, mengoreksi dan merevisi karangan.

Dokumen terkait