• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. Keterbatasan Anggaran

Penganggaran memiliki beberapa kelemahan yang dapat mempegaruhi kondisi atau situasi yang buruk. Keterbatasan-keterbatasan ataupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki penganggaran tersebut, antara lain :

a. dalam banyak kejadian, anggaran cenderung terlalu menyederhanakan fakta-fakta dari situasi nyata di lapangan dan tidak benar-benar menunjukkan kompleksitas yang dihadapi oleh manajemen,

b. anggaran biasa saja terlampau menekankan hasil-hasil (yaitu, laba bersih sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah laba yang dianggarkan), namun bukan pada sebab-sebabnya (yaitu, penjelasan-penjelasan mengapa biaya pemasaran lebih tinggi daripada yang dianggarkan), manakala kedua faktor tersebut sama-sama pentingnya,

c. anggaran menuntut dukungan penuh dan keterlibatan manajemen. Apabila para manajer tidak begitu yakin akan manfaat-manfaat anggaran, kecil kemungkinannya mereka akan mencurahkan waktu untuk menggunakannya secara sukses,

d. anggaran dapat menghalangi perkembangan inisiatif dan langkah-langkah baru yang tidak tercakup didalam anggaran yang telah ditetapkan,

e. proses penganggaran bukanlah ilmu murni dan pertimbangan yang baik memainkan peran esensial.

C. Pusat Biaya sebagai Pusat Pertanggungjawaban

Seperti telah diuraikan sebelumnya ada beberapa jenis pusat pertanggungjawaban namun dalam penelitian ini hanya mengulas mengenai pusat biaya saja. Sebelum membahas mengenai pusat biaya, ada baiknya dahulu kita mengetahui pengertian dari biaya tersebut.

Menurut Tambunan (2005 : 1), mengatakan bahwa : ”...biaya didefinisikan sebagai pengorbanan sumber daya untuk mendapatkan sejumlah barang atau jasa”. Menurut Hansen and Mowen (2000 : 38), mengatakan bahwa : ”Biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi”. Menurut Mulyadi (2003 : 4), mengatakan bahwa : ”Biaya (expense) adalah kos sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu”. Menurut Tambunan (2005 : 144), mengatakan bahwa : ”Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban dimana cost/expenses (biaya/ongkos) merupakan data perencanaan dan pengawasan yang utama atau pokok”.

Jadi pusat biaya adalah unit organisasi yang bertanggung jawab atas biaya- biaya yang terjadi pada unit organisasi tersebut pada suatu periode tertentu. Semua biaya yang terjadi pada suatu periode tertentu akan dilaporkan dan dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban atau tidak adalah sebagai berikut :

1. jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut, 2. jika seorang manajer pusat biaya dapat secara signifikan mempengaruhi

jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut,

3. meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia juga dapat dibebani biaya tersebut. Jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

D. Sistem Pelaporan Pusat Biaya

Manajemen tidak hanya ingin mengetahui jumlah selisih antara hasil yang direncanakan dengan hasil yang sesungguhnya, namun yang lebih penting juga ingin mengetahui mengapa selisih tersebut terjadi. Selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasinya dilaporkan kepada manajemen melalui sistem pelaporan kinerja. Laporan kinerja merupakan ringkasan kegiatan tiap-tiap pusat pertanggungjawaban yang diwujudkan dalam ukuran biaya. Laporan ini merupakan sarana pertanggungjawaban terhadap tingkat manajemen yang membawahi pusat pertanggungjawaban tersebut.

Pelaporan atas hasil kerja pusat biaya mempunyai peranan yang sangat penting, sehingga sistem pelaporannya harus benar-benar diperhatikan. Hal ini

disebabkan apabila manajer dapat memperoleh informasi yang tepat, cepat dan akurat maka manajer mengetahui keunggulan-keunggulan dan kelemahan- kelemahan yang dimiliki masing-masing pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian, manajer dapat melakukan perubahan yang lebih baik lagi di dalam suatu perusahaan.

Menurut Mulyadi (2003 : 415), dasar-dasar yang melandasi penyusun laporan pertanggungjawaban biaya yaitu :

1. jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah tingkat manajer bagian, 2. manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang

berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya,

3. manajer jenjang di atasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawabannya sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer-manajer yang berada di bawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh masing-masing manajer yang bersangkutan,

4. semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin ringkas.

Dari dasar-dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban biaya tersebut, maka dapat diketahui bagaimana cara menyusun laporan pertanggungjawaban yang baik dan sesuai dengan aturan yang ada di dalam suatu perusahaan, sehingga kesalahan dalam pencatatan laporan pertanggungjawaban akan dapat dihindari. Pada akhirnya pencatatan laporan pertanggungjawaban ini diberikan kepada masing-masing manajer yang bersangkutan dan kemudian diberikan kepada kepala manajer. Jika struktur organisasi perusahaan telah disusun dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, maka sistem pelaporan kinerja akan dapat menghasilkan suatu laporan yang dapat dipergunakan oleh pimpinan untuk mengawasi jalannya perusahaan untuk mengambil tindakan perbaikan bila terdapat hal-hal yang di luar aggaran. Dan jika terdapat penyimpangan atau tidak sesuai dengan anggaran yang ditetapkan disuatu pusat

pertanggungjawaban, maka pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan harus dapat menjelaskan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut.

E. Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pertanggungjawaban Biaya

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya terjadi dan merangsang perilaku yang semestinya terjadi, melalui hasil kinerja yang tepat pada waktunya dan memberikan imbalan ataupun penghargaan kepada karyawan yang menghasilkan kinerja yang baik. Menurut Mulyadi (2003 : 415) bahwa “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional atau suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam menghasilkan penilaian kinerja yang baik dapat juga didukung oleh perusahaan dengan pendidikan dan pelatihan karyawan. Seperti yang dikatakan oleh Mulyadi (2001 : 54) bahwa : “Pelatihan karyawan ditujukan kepada karyawan yang akan mengoperasikan sistem akuntansi. Karyawan yang mengoperasikan sistem terdiri dari karyawan yang bertugas untuk menyiapkan masukan, mengolah data, dan mengoperasikan dan menjaga komponen fisik dan logis sistem akuntansi.

Informasi akuntansi yang dipakai sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah biaya. Banyak masalah yang muncul dalam pengukuran biaya sebagai ukuran kinerja, karena tidak ada biaya yang seratus persen dapat dikendalikan oleh manajer yang memiliki wewenang untuk mengendalikan pusat biaya.

Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya, antara lain: masalah perilaku biaya, masalah hubungan biaya dengan pusat biaya, masalah jangka waktu, dan masalah tanggung jawab ganda.

Dokumen terkait