• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

6.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi, adanya responden yang keluar dari waktu penelitian (4 minggu) atau disebut drop out, hal itu dikarenakan kebanyakan responden melakukan senam ergonomis di rumah masing-masing tanpa adanya observer/peneliti. Hal ini dapat memungkinkan responden dapat memanipulasi kegiatan senam ergonomis yang seharusnya dilakukan. Selain itu, keterbatasan penelitian terdapat pada tidak adanya sumber atau referensi dari

format lembar observasi senam ergonomis pada penelitian ini, supaya terdapat format yang lebih baku dan hasil yang tidak ganda.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

7.1.1 Usia responden pada kelompok perlakuan didapatkan bahwa proporsi responden berada pada usia 45-67 tahun, dan proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan, sedangkan pada kelompok kontrol proporsi responden berada pada usia 45-68 tahun dan proporsi jenis kelamin terbanyak adalah perempuan.

7.1.2 Kadar asam urat dalam darah pada lansia sebelum mengikuti senam, umumnya lebih tinggi dari keadaan kadar asam urat dalam darah lansia sesudah senam.

7.1.3 Dari analisa data diperoleh bahwa pada pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan perlakuan, pada hasil uji regresi linier menyatakan bahwa rata-rata kadar asam urat responden di minggu kedua pada kelompok kontrol kadar asam urat turun -1.766 mg/dl sedangkan rata-rata selisih kadar asam urat responden di minggu kedua pada kelompok perlakuan kadar asam urat turun -2.015. mg/dl. kadar asam urat responden di minggu ketiga pada kelompok kontrol kadar asam urat turun -0.551mg/dl dan rata-rata selisih kadar asam urat responden pada kelompok perlakuan kadar asam urat turun -1.600mg/dl, dan kadar asam urat responden di minggu ke-4 pada kelompok kontrol kadar asam urat

naik 0.494mg/dl sedangkan rata-rata selisih kadar asam urat responden pada kelompok perlakuan kadar asam urat turun 1.370 mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa kelompok yang diberikan intervensi senam ergonomis memiliki perbedaan yang signifikan daripada kelompok yang tidak diberikan senam ergonomis.

7.1.4 Ada pengaruh senam ergonomis terhadap kadar asam urat dalam darah pada lansia dengan gout setelah di kontrol variabel asupan makanan dan obat-obatan.

7.2 Saran

7.2.1. Bagi Masyarakat

Bagi lansia di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur diharapkan dapat aktif dalam kegiatan seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian penkes yang diadakan oleh Posbindu masing-masing. Karena kegiatan-kegiatan tersebut akan membantu lansia memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan yang tepat oleh tim medis maupun non medis. Sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh para lansia.

7.2.2 Bagi pelayanan kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan khususnya Posbindu sebagai pelayanan kesehatan tigkat awal diharapkan agar lebih lebih aktif dan meningkatkan program kesehatan khususnya untuk kegiatan senam ergonomis agar dapat dijadikan program rutin Posbindu,

karena senam salah satu olahraga yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh lansia.

7.2.3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian lanjutan penerapan senam ergonomis dengan sampel yang lebih banyak, tempat berbeda dan intevensi lain misalnya, kolesterol, diabetes, vertigo.

Adiputra (2008). Kesehatan Olah Raga. Available from:http://www.balihesg.org/index.php?option=com_content&task =view&id=360&Itemid=28. Accessed: Juli 20 th 2014

Anugrah (2010). “ pengaruh senam ergonomis terhadap tekanan darah (Hipertensi) pada penderita DM tipe 2. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2014.

Arifin, L. (2008). Teknik Akupresur pada Persalinan. Diakses 22 Februari 2014www.akperppni.ac.id/

Bandolier, team. (2002). An introduction to Gout. Bandolier

Brunner dan Suddarth.(2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bosco JS, Greenleaf JE, Kaye RL, Averkin EG. Reduction of serum uric acid in young men during physical training [Abstract]. USA: Physical Education Laboratory and Student Health Service” San Jose State College, San Jose, Calif. 1970. [cited 2014 June 20]

Available from:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/000291497090813

Chuang SY, Lee SC, Hsien. (2011). Hyperuricemia and Gout Prevalence : Nutrition and Health Survey in Taiwan from 1993-1996 to 2005-2008. Asia Pac ClinNutr. 20(2);301-8.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kesehatan.

Dahlan Sopiyudin, M. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Salemba Medika.

Dincer, H.E., Dincer, A.P., & Levinson, D.J, (2002). Asymptomatic Hyperuricemia To treat or not to treat, Cleveland Clinic Journal Of Medicine, 69 (8): 594-608.

Depkes RI.(2006). Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga

Doherty, Michael; 2009, New insights into the epidemiology of gout, Available from: rheumatology.oxfordjournals.org [Accessed May 17, 2014]

Edward, NL. (2008). Gout: Clinical features. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, WhitePH, Editors. 3ed. New York: Springer; p.241-9. Enneking, William F, dkk.(2009). Clinical Musculoskletal Pathology

Seminar. University of Florida Orthopaedic Association.

Erliana, E.,Haroen, H.,Susanti, R.D. (2008). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif di

BPSTW Ciparay Bandung. Diambil tanggal 7 Juli 2014 dari

www.pustaka.unpad.ac.id

Fauzia, Yuniko. (2013).“Hubungan Indeks masa tubuh dan usia dengan Kadar asam urat pada remaja pra-Obese dan Obese Di purwokerto.” Diunduh pada tanggal 10 Maret 2014.

http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/

Fajarina, E. (2011). Analisis pola konsumsi dan pola aktivitas fisik dengan kadar asam urat pada lansia wanita peserta pemberdayaan lansia di Bogor. Bogor: Diunduh pada tanggal 8 Agustus 2014. Institut Pertanian Bogor.

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Kesehatan UM Surabaya.

Gayatri,Saraswati. (2012). “pengaruh senam ergonomis terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi di Kelurahan Bendan Kota Pekalongan.” Diakses tanggal 25 Februari 2014

http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e

skripsi/index.php?p=show_detail&id=115

Harliawati, Khomsun. (2008). Terapi Jus untuk rematik dan Asam Urat, Cetakan V. Jakarta :Puspa Swara, Anggota IKAPI.

Hawkins D.W., Rahn D.W. (2005). Gout and Hyperuricemia, Pharmacotherapy ,A pathophysiological Approach, McGraw-Hill Hidayat, A. Aziz Alimul. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A. Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi2. Jakarta :Salemba Medika.

Hidayat, A. A.Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Hidayat, R., 2009, Gout dan Hiperurisemia, Medicinus, Vol. 22, No.1. Herliana, (2013).penyakit asam urat kandas berkat herbal. Jakarta:

Fmedia

Juandy J. Gout dan Diet.2009 http://www.depkes.go.id. diakses 31 November 2013

Juandy, Gout and Diet, http//www. Depkes.go.id, 2007 diakses 26 Juni2014.

Junaidi, I. (2012). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

and chronic gouty arthritis – present state of the art. Drugs 2004;64:2399‐2416

Kertia, N.(2009). Asam Urat, Yogyakarta: Bintang Pustaka

Krisnatuti, Rina Yenrina. (2006). Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat, Jakarta: PenebarSwadaya.

LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. (2010). Nursing research: methods & critical appraisal for evidence-based practice. (7th ed). St. Luois: Mosby Elsevier

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta :PPLU

Marwoto, Jarot. (2008). Pengenalan macam-macam senam dan manfaatnya.Semarang.

Misnadiarly. AS, 2008. Mengenal Penyakit Arthritis. Mediakom XII:57 Mujianto, (2013). Cara cepat Mengatasi 10 besar kasus Muskuloskeletal

dalam praktek klinik Fisioterapi. Jakarta: CV Trans Info Media. Nafifah, H. Kurniawati, I. Rusmariana, A. Wirotomo, T . S. (2013).

pengaruh senam 10 menit terhadap skala nyeri pada penderita gout di wilayah kerja puskesmas jenggot kota pekalongan”diakses pada

tanggal 10 Mei 2014 http://www.digilib.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-pdf&fid=361&bid=416

Notoatmodjo, S.(2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni, Jakarta: PT.RinekaCipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Pittman J.R., Bross M.B. (1999). Diagnosis and Management of Gout, American Family Physician , The American Academy of Family Physicians , April

Polit, Dense F Hunger.(2006). Data Analisa dan statistik For Nursing Research. New York : Appleton and Lange.

Price, S. A., Wilson L. M. (2006). Patofisiologi – Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC.

Rahmawati, Lely. (2013) “Pengaruh Terapi Aktivitas Senam Ergonomis Terhadap Kualitas Tidur pada Lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran”. Diakses tanggal 25 Februari 2014ز Rudy S, Sergen JS, editors. Kelley’s Textbook of Rheumatology. 8 ed.

Philadelphia:Saunders; p.1481-506.

Sagiran.(2012). Mukjizat Gerakan Sholat. Edisi ke-2. Jakarta: Qultum Media

Sani,A. Winarsih . (2013). “Perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin terhadap skala nyeri pada klien gout di Wilayah Kerja Puskesmas Batang III Kabupaten Batang”. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e

Sari, M. (2010). Sehat dan Bugar tanpa Asam Urat, cetakan 1.Nopember, Araska Publisher

Shetty, S., Bhandary, R. R., & Kathyayini. (2011). Serum uric acid as obesity related indicator in young obese adults. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 2(2), 1-6.

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; hal.1213-17.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

So, Alex .(2009). Imaging of Gout : Finding and Utility. The Arthritis Reseach and Therapy journals. Available at: http://arthritis-research.com/series/gout

Sulaiman, Shubhi (2008). Hidup Sehat dengan Habbatus Sauda’. Penerbit; Al Qowam

Sustrani, L., Alam, S., & Broto, I. H. (2006). Asam urat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

.

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: GrahaIlmu.

Setiyohadi, Bambang.(2006).Ilmu Penyakit Dalam Reumatologi. Ed.4. Jakarta: FKUI.

Setter S.M, Sonnet T.S. (2005). New Treatment Option in the Management of Gouty Arthritis, US. Pharmacist Nov1.

Talbot, John H. (1958). Selected Aspects of Acute and Chronic Gouty Arthritis An Internist's Interpretation of an Orthopaedist's Experiences with Gout and Gouty Arthritis. Journal Bone Joint Surg Am, Oct 01;40(5):994-1002

Tehupeiroy ES. (2006). Artrtritis pirai (artritis gout). Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisike-4. Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; hal.1218-20

Weaver, A. L., Edwards, N. L., & Simon, L. S. (2010). The gout clinical companion:The latest evidence and patient support tools for the primary care physician. The France Foundation: an educational grant fromTakeda Pharmaceuticals North America, Inc

Wood J, (1999).Gout and its Management, The Pharmaceutical Journal vol 262. June 5.

Wortmann RL. (2009). Gout and hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, Harris ED,

Wratsongko, Madyo. 2006).Mukjizat Gerakan Sholat.Depok: Qultum Media Wratsongko, Madyo. (2006). 205 Resep Pencegahan dan Penyembuhan

a. Gerakan : dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan menjuntai kebawah, kemudian dimulai gerakan memutar lengan.

1) Tangan diangkat lurus kedepan, lalu keatas, terus kebelakang, dan kembali menjuntai kebawah. Satu puturan, disambung dengan putaran berikutnya sehingga seperti baling-baling.

2) Posisi kaki di jinjitkan-diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

b. Pernapasan: pola napas dengan sendiirinya akan mengikuti gerakan putaran lengan.

dalam ukuran paling lebar, tekanan udara napas didalam menjadi negatif, udara segar dari luar mengalir masuk, sedangkan pada saat tangan bergerak ke belakang dan turun, rongga dada kembali mengecil, udara akan keluar.

c. Dosis: untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali putaran. Satu gerakan memutar butuh waktu kira-kira 4 detik, sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan 40 kali putaran akan selesai dalam waktu 4 menit.

d. Manfaat: gerakan ini akan mengaktifkan fungsi organ, karena seluruh sistem saraf menarik tombol-tombol kesehatan yang tersebar di seluruh tubuh.

e. Putaran lengan adalah sebagaimana putaran generator listrik sehingga gerakan memutar lengan ke belakang adalah gerakan membangkitkan BIOLISTRIK di dalam tubuh sekaligus terjadi sirkulasi oksigen yang cukup, sehingga tubuh akan terasa segar dan adanya tambahan energi.

2. Gerakan ke-2, Tunduk Syukur

a. Gerakan: dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas, kemudian badan membungkuk, tangan kemudian meraih mata kaki, dipegang kuat, cengkram seakan-akan kita mau mengangkat tubuh kita.

Posisi kaki tetap seperti semula. Pada saat itu kepala mendongak dan pandangan diarahkan kedepan, setelah itu kembali ke posisi berdiri dengan lengan menjuntai.

b. Pernapasan : Saat memulai menggerakkan tangan hingga tangan ke atas, tarik napas dalam-dalam.

1) Saat mulai membungkukkan badan, buang napas sedikit demi sedikit, tapi jangan dihabiskan hingga tangan mencengkram dan menarik pergelangan kaki ketika kepala mendongak, kita masih menyimpan kira-kira separuh napas.

2) Pada posisi terakhir ini napas ditahan di dada, sampai sekuatnya. Napas dibuang saat kembali ke posisi berdiri,

c. Dosis: gerakan kedua ini dilakukan sebanyak 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk jeda napas. Keseluruhan 5 gerakan akan selesai dalam 4 menit. d. Manfaat: gerakan tunduk syukur merupakan gerakan memasok

oksigen ke kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung supaya tegak. Gerakan ini melonggarkan otot-otot punggung bagian bawah, paha dan betis.

Gerakan ini juga akan mempermudah untuk persalinan bagi ibu-ibu hamil yang melakukan nya secara rutin, juga dapat membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit yang menyerang tulang belakang yang meliputi ruas tulang punggung, ruas tulang leher, ruas tulang pinggang dan tulang tungging. Bagi yang terkena sinusitis dan asma sesudah melakukan gerakan ini bisa langsung dirasakan manfaatnya. 3. Gerakan ke-3, Duduk Perkasa

a. Gerakan: dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut ke lantai, posisi kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari kaki tertekuk mengarah ke depan.

Tangan mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan sujud tetapi kepala mendongak, pandangan ke depan, jadi dagu hampir menyentuh lantai. Setelah beberapa saat (satu tahanan napas) kemudian ke posisi duduk perkasa.

b. Pernapasan: sesaat sebelum memulai gerakan sujud, ambil napas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang napas sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai, kita masih menyimpan kira-kira separuh napas.

1) Pada posisi terakhir ini napas ditahan di dada, selama mungkin. Jangan mencoba bernapas normal pada posisi ini, karena akan ada rasa nyeri di sekat rongga badan.

2) Napas dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil napas baru 3-4 kali sebelum melanjutkan gerakan.

Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4 menit.

d. Manfaat : gerakan ini untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan keperkasaan. Sujud dengan posisi jari-jari ditekuk. 1) Gerakan sujud ini akan membuat otot dada dan sela iga

menjadi kuat, sehingga rongga dada menjadi lebih besar dan paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat menghirup oksigen lebih banyak.

2) Lutut yang membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot perut berkembang dan mencegah kegomyoran di bagian tengah.menambah aliran darah kebagian atas tubuh, terutama kepala, mata, telinga, hidung serta paru-paru. Memungkinkan toksin-toksin dibersihkan oleh darah, bermanfaat mempertahankan posisi benar pada janin (bagi ibu hamil), mengontrol tekanan darah tinggi serta menambah elastisitas tulang itu sendiri.

3) Sujud dengan posisi duduk perkasa jari-jari kaki ditekuk akan membantu yang menderita migran, vertigo, pusing, mual dan lain-lain. Saat jari-jari ditekuk seluruh tombol kesehatan aktif membuang sampah biolistrik, bagi yang menderita seperti sakit diatas, akan terasa sakit sekali awalnya tapi lama kelamaan akan hilang.

juga bagi yang sulit BAB karena pencernaan akan terbantu. Gerakan ini membuang egoisme dan kesombongan, meningkatkan kesabaran dan kepercayaan kepada Allah SWt, menaikkan kekuatan rohani dan menghasilkan energi batin yang tinggi diseluruh tubuh. Posisi ini menunjukkan posisi puncak ketundukan dan kerendahan hati atau pasrah.

4. Gerakan ke-4, Duduk Pembakaran

a. Gerakan : dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki dihamparkan ke belakang sehingga kita duduk beralaskan telapak kaki (bersimpuh, duduk sinden).

1) Tangan berkecak pinggang. Mulai gerakan seperti akan sujud tetapi kepala mendongak, pandangan ke depan, dan dagu hampir menyentuh lantai.

2) Setelah beberapa saat (satu tahanan napas) kemudian kembali ke posisi duduk pembakaran.

b. Pernapasan: sesaat sebelum memulia gerakan akan sujud, ambil napas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan badan, buang napas sedikit-sedikit, hingga saat dagu hampir menyentuh lantai kita masih menyimpan kira-kira separuh napas. Pada posisi terakhir ini napas di tahan di dada sekuatnya. Napas dibuang saat kembali ke posisi duduk. Segera ambil napas baru 3-4 kali sebelum menlajutkan gerakan.

c. Dosis : Gerakan kelima ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4 menit. d. Manfaaat : gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang dan

memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk pembakaran atau dengan alas punggung kaki akan membakar lemak dan racun dalam tubuh. Saat duduk pembakaran tombol pembakran di punggung kaki diaktifkan. bagi yang menderita asam urat,

1) Gerakan ini sebaiknya dilakukan setiap saat misal sambil menyetrika baju, nonton TV, sambil belajar bagi anak akan mencerdaskan serta meningkatkan daya tahan tubuh, bagi yang asam urat dan bengkak kakinya, atau penderita radang persendian agar dilakukan lebih lama, beberapa saat kemudian bengkaknya akan berkurang.

2) Gerakan ini akan memperkuat pinggang bagian bawah dan memperlancar aliran darah di tungkai dalam arti fungsi kolateralnya akan meningkat.

5. Gerakan ke-5, Berbaring Pasrah

a. Gerakan : dari psoisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh kebelakang.

1) Berbaring dengan tungkai pada posisi menekuk dilutut, ini harus hati-hati mungkin harus dengan cara bertahp, kalau perlu pada awalnya dengan

menempel badan.

3) Pada saat itu tangan memegang betis, tarik seperti mau bangun dengan rileks, kepala bisa didongakkan dan digerak-gerakan kekanan-kiri.

b. Pernapasan : napas dibiarkan mengalir dengan sendirinya, karena gerakan ini relaksasi terakhir, sekaligus memaksimalkan kelenturan tubuh.

c. Dosis : Gerakan kelima ini sebaiknya dilakukan minimal 5 menit. Sudah termasuk variasi gerakan kepala dan leher serta ayunan tangan keatas, samping maupun bawah. Sekali lagi, jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya maupun bangunnya.

d. Manfaat : gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat otot-otot bagian bawah dan bermanfaat untuk diet. Tidur terlentang dengan posisi kaki dilipat, lengan di atas kepala dan bertumpu pada punggung atas.

1) Gerakan ini adalah gerakan yang sukar dilakukan tetapi apabila dapat dilakukan dengan sempurna maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, antara lain melapangkan dada, sehingga bagi yang menderita asma akan merasa lega, melenturkan tulang punggung sehingga seluruh saraf akan bekerja secara optimal terutama aliran biolistrik sangat cepat.

sakit saat menstruasi dan saat melahirkan, karena di dalam gerakan ini juga memperkuat otot pinggang bagian bawah. Bahkan dalam senam rutin, gerakan ini harus menjadi puncak relaksasi tubuh kita dari keseluruhan ketegangan fisik dan mental.

Rangkaian gerakan-gerakan senam ergonomis tersebut dilakukan secara berangkai sebagai latihan senam rutin setiap hari, atau sekurang-kurangnya 2-3 kali seminggu. Masing-masing gerakan juga dapat dilakukan secara terpisah, disela-sela kegiatan atau bekerja sehari-hari.

Status Pemberian Intervensi * Jenis Kelamin Responden Crosstabulation

Jenis Kelamin Responden

Total Laki-Laki Perempuan

Status Pemberian Intervensi Tidak Mendapat Intervensi Count 5 30 35

% within Status Pemberian Intervensi

14.3% 85.7% 100.0%

Mendapat Intervensi Count 6 14 20

% within Status Pemberian Intervensi

30.0% 70.0% 100.0%

Total Count 11 44 55

% within Status Pemberian Intervensi

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 51.93 Upper Bound 56.36 5% Trimmed Mean 53.95 Median 53.00 Variance 41.538 Std. Deviation 6.445 Minimum 45 Maximum 68 Range 23 Interquartile Range 10 Skewness .375 .398 Kurtosis -.985 .778

Mendapat Intervensi Mean 52.15 1.459

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 49.10 Upper Bound 55.20 5% Trimmed Mean 51.72 Median 49.00 Variance 42.555 Std. Deviation 6.523 Minimum 45 Maximum 67

Kurtosis -.383 .992 Indeks Massa Tubuh

Responden

Tidak Mendapat Intervensi Mean 25.4809 .65990 95% Confidence Interval for

Mean Lower Bound 24.1398 Upper Bound 26.8219 5% Trimmed Mean 25.2297 Median 25.3000 Variance 15.242 Std. Deviation 3.90405 Minimum 19.91 Maximum 36.76 Range 16.85 Interquartile Range 6.65 Skewness .709 .398 Kurtosis .637 .778

Mendapat Intervensi Mean 24.8980 .78788

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 23.2490 Upper Bound 26.5470 5% Trimmed Mean 24.8944 Median 25.1550 Variance 12.415 Std. Deviation 3.52349 Minimum 18.00 Maximum 31.86

Usia Responden Mean 53.42 .875

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 51.66 Upper Bound 55.17 5% Trimmed Mean 53.14 Median 52.00 Variance 42.063 Std. Deviation 6.486 Minimum 45 Maximum 68 Range 23 Interquartile Range 11 Skewness .514 .322 Kurtosis -.918 .634

Indeks Massa Tubuh Responden

Mean 25.2689 .50533

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 24.2558 Upper Bound 26.2820 5% Trimmed Mean 25.1268 Median 25.3000 Variance 14.045

Maximum 36.76 Range 18.76 Interquartile Range 5.96 Skewness .416 .322 Kurtosis .513 .634 Descriptives

Selisih minggu ke-1 dan ke-2

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Tidak Mendapat Intervensi 35 -1.7657 1.76167 .29778 -2.3709 -1.1606 -7.30 3.30

Mendapat Intervensi 20 -2.0150 1.82649 .40842 -2.8698 -1.1602 -7.30 -.10

Selisih minggu ke-1 dan ke-2

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .791 1 .791 .248 .620

Within Groups 168.904 53 3.187

Total 169.695 54

Descriptives

Selisih minggu ke-2 dan ke-3

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Tidak Mendapat Intervensi 35 -.5514 1.79679 .30371 -1.1686 .0658 -3.70 3.20

Mendapat Intervensi 20 -1.6000 .96245 .21521 -2.0504 -1.1496 -4.10 -.20

Total 55 -.9327 1.61796 .21817 -1.3701 -.4953 -4.10 3.20

ANOVA

Selisih minggu ke-2 dan ke-3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13.994 1 13.994 5.823 .019

Within Groups 127.367 53 2.403

Selisih minggu ke-4 dan ke-3

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Tidak Mendapat Intervensi 35 .4943 1.92429 .32527 -.1667 1.1553 -4.10 4.40

Mendapat Intervensi 20 -1.3700 .76715 .17154 -1.7290 -1.0110 -2.90 -.20

Total 55 -.1836 1.83240 .24708 -.6790 .3117 -4.10 4.40

ANOVA

Selisih minggu ke-4 dan ke-3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 44.234 1 44.234 17.102 .000

Within Groups 137.081 53 2.586

Pair 1 Kadar Asam Urat Minggu ke-1 8.2343 35 1.70569 .28831

Kadar Asam Urat Minggu ke-2 6.4686 35 1.97630 .33406

Pair 2 Kadar Asam Urat Minggu ke-2 6.4686 35 1.97630 .33406

Kadar Asam Urat Minggu ke-3 5.9171 35 1.67481 .28309

Pair 3 Kadar Asam Urat Minggu ke-3 5.9171 35 1.67481 .28309

Kadar Asam Urat Minggu ke-4 6.4114 35 1.88270 .31823

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper

Pair 1 Kadar Asam Urat Minggu ke-1 - Kadar Asam Urat Minggu ke-2

Dokumen terkait