DAFTAR LAMPIRAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.4.2. Ketergantungan Antar Spesies
Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan alat penangkapan purse seine yang utama adalah jenis-jenis ikan pelagis yang biasa membentuk kelompok (pelagic schooling species). Lapisan pelagis merupakan lapisan yang paling banyak memperoleh cahaya matahari, sehingga ikan-ikan yang biasanya berada di lapisan pelagis mempunyai daya, kemampuan, dan kekuatan penglihatan yang sangat baik. Selain itu juga memiliki indera pendengar, pencium dan peranan gurat sisi yang baik pula. Adanya organ gurat sisi yang berkembang dengan baik mampu mempertahankan posisinya terhadap ikan-ikan sejenis dari kelompoknya yang ada disekitarnya, indera pendengar mampu mendeteksi adanya gelombang, getaran maupun tekanan yang berbeda dari biasanya. Hal ini antara lain dapat membantu ikan untuk dengan segera bisa mendeteksi kehadiran predator maupun benda-benda asing lainnya termasuk kapal ikan alat penangkap yang berada dekat atau datang menghampiri mereka. Ikan-ikan pelagis umumnya dikenal sebagai ikan yang memiliki kemampuan renang yang hebat. Kemampuan tersebut umumnya diperlukan untuk memburu mangsa mereka, menghindar dan menyelamatkan diri dari predator-predator mereka, mencari lingkungan yang sesuai bagi mereka sehubungan dengan pergantian musim, cuaca dan keadaan lingkungan lainnya, melakukan ruaya-ruaya sehubungan dengan masa pemijahan mereka.
Multispesies sumberdaya perikanan pelagis yang umumnya terdapat di Perairan Selat Bali adalah spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies ikan lainnya sehingga pada penelitian ini diasumsikan terdapat lima spesies tersebut. Spesies ikan lainnya tidak dibahas lebih detail karena dalam spesies ikan lainnya ini terdapat beberapa spesies yang tidak dapat dipilah-pilah.
Apabila sumberdaya perikanan pelagis yang hidup dalam suatu perairan mempunyai rata-rata pertumbuhan alami (intrinsic growth rate) yang sama maka model tidak dapat digunakan untuk memprediksi kepunahan masing-masing spesies dalam perairan tersebut. Kelima spesies pada penelitian ini memiliki
intrinsic growth rate yang berbeda-beda. Menurut Clark (1990), jika intrinsic growth rate lebih besar maka dapat diprediksikan bahwa spesies tersebut terancam punah atau tingkat kelangkaan spesies tersebut akan lebih cepat. Berdasarkan perhitungan parameter biologi dengan menggunakan model Walters dan Hilborn seperti telah dijelaskan pada sub bab diatas diperoleh nilai intrinsic growth rate, yang dapat ditulis kembali seperti disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Nilai Intrinsic Growth Rate Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali
No. Spesies Nilai Intrinsic Growth Rate (r)
1. Lemuru 1.8072
2. Tongkol 1.1264
3. Layang 1.2498
4. Kembung 1.0305
5 Ikan Lainnya 1.0181
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah).
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa nilai intrinsic growth rate spesies Lemuru lebih besar bila dibandingkan dengan nilai intrinsic growth rate spesies Kembung, Layang, Tongkol dan spesies ikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa spesies Lemuru tingkat pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan spesies lainnya sehingga spesies Lemuru pun lebih cepat dapat ditangkap. Tingkat kepunahan spesies yang intrinsic growth rate lebih tinggi akan semakin tinggi karena lebih cepat besar dan cepat tertangkap. Terdapat interaksi-interaksi yang dapat terjadi antar spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies
Ikan Lainnya yang tentunya akan saling berpengaruh satu dengan yan lainnya. Perlu diketahui hubungan ketergantungan antar multispesies sumberdaya perikanan pelagis agar dalam kegiatan eksploitasi atau penangkapan tidak hanya terfokus pada spesies tunggal. Apabila kegiatan penangkapan hanya berorientasi pada spesies tunggal maka tingkat kepunahan spesies tunggal tersebut akan terjadi lebih cepat seperti saat ini kegiatan eksploitasi atau penangkapan di Perairan Selat Bali hanya berorientasi pada spesies tunggal yaitu spesies Lemuru. Jika hal ini dibiarkan terjadi terus menerus maka dapat terjadi kelangkaan dari spesies Lemuru itu sendiri. Dengan mengetahui interaksi antar spesies maka dapat merubah bagaimana pengelolaan stok akibat adanya kegiatan penangkapan. Hasil perhitungan koefisien ketergantungan antar spesies disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Koefisien Ketergantungan Antar Spesies Multispesies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali
No. Spesies Koefisien Ketergantungan
1. Lemuru -51.4072E-22 2. Tongkol -3.5047E-22 3. Layang -2.7171E-22 4. 5. Kembung Ikan Lainnya -0.2654E-22 -3.7124E-22 Sumber : Statistik Perikanan Tangkap Provinsi Jawa Timur dan Bali, 1990-2009 (diolah).
Tabel 20 adalah pemecahan persamaan (4.28), nilai koefisien ketergatungan adalah nilai a, b, c, d, dan e pada persamaan tersebut. Berdasarkan Tabel 20 nilai koefisien ketergantungan bertanda negatif yang menunjukkan bahwa spesies Lemuru, Tongkol, Layang, Kembung dan spesies ikan lainnya yang ditangkap dengan alat tangkap purse seine dua perahu di Perairan Selat Bali saling berkompetisi. Hal ini dapat terjadi karena semua spesies memakan jenis makanan yang sama yaitu phytoplankton dan krustacea kecil. Upwelling yang terjadi pada
Perairan Selat Bali setiap musim Timur menyebabkan Perairan Selat Bali menjadi perairan yang subur sehingga banyak sumber makanan terdapat didalamnya terutama phytoplankton sehingga spesies-spesies ikan ini bermigrasi untuk memperoleh makanan.
Oleh karena tingkat pertumbuhan alami spesies Lemuru lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya maka diduga spesies Lemuru memiliki kemampuan berkompetisi lebih tinggi daripada yang lain karena ukuran spesiesnya lebih besar. Akan tetapi belum tentu juga spesies yang pertumbuhannya rendah tingkat kepunahannya lebih kecil karena seringnya dilakukan kegiatan penangkapan maka spesies tersebut juga dapat segera punah. Dalam lingkungan alami, bagaimanapun juga populasi-populasi didistribusikan diseluruh ruang dan ruang sangat tidak bersifat homogen. Sebuah populasi yang secara total berada diluar persaingan dengan populasi lain mungkin menemukan beberapa pelarian sebagai tempat untuk bertahan hidup paling tidak dalam jumlah kecil. Secara rinci perhitungan ketergantungan antar spesies disajikan pada Lampiran 5. Estimasi parameter biologi pada penelitian ini bisa saja kelebihan estimasi (over estimate) atau kekurangan estimasi (under estimate) karena sumberdaya perikanan bersifat bergerak atau tidak tetap. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan pula analisis ekonomi karena dengan analisis ini hasilnya dapat dilihat dengan kasat mata.
6.5. Analisis Pendekatan Model Ekonomi Multispesies Sumberdaya