• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Keterkaitan Struktur komunitas dengan Karakteristik habitat

Pada bagian ini, pengelompokan habitat didasarkan atas keberadaan larva ikan masing-masing di stasiun yang telah dipisahkan similaritasnya (Gambar 16 dan 17 Lampiran 8) dan juga berdasarkan kepadatan antar stasiun (Gambar 14 dan 15). Secara umum sekitar 23 spesies tertangkap di daerah muara dan di stasiun yang dekat dengan pelabuhan (stasiun 1, 2, 3, 8 dan 9). Tujuh spesies selebihnya tertangkap di stasiun yang tersebar di tengah muara (stasiun 4, 5, 6 dan 7).

4.5.1. Habitat Muara

4.5.1.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Muara

Family dan spesies yang banyak tertangkap di habitat muara adalah Congridae, Siganus spp., Liza spp. kemudian Megalops cyprinoides, Mugil sp, Gobidae, Xenodermicthys, Siganus spinus dan Ostracion. Spesies ini lebih banyak didapatkan di stasiun muara, pada umumnya spesies ini sangat tergantung keberadaannya pada fluktuasi salinitas atau input terhadap sistem di daerah ini. Karakteristik lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap populasi larva adalah fisik dan kimia air arus dan kandungan organik. Arus memberikan dampak langsung terhadap struktur sedimen, pasokan nutrien dan pasokan oksigen.

4.5.1.2. Kelimpahan Larva Muara

Hasil perhitungan kelimpahan larva ikan selama pengamatan didapatkan tertinggi di habitat muara 12-14 ind/m3 dengan keseluruhan rata-rata setiap bulannya lebih dari 13 ind/m3. Hasil perhitungan kelimpahan larva ikan terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data hasil perhitungan kelimpahan larva ikan setiap bulan pengamatan (ind/m3).

Kelimpahan (ind/m3)   

Muara        Laut lepas     Transisi 

Bulan  st1  st2  st3  st4  st5  st6  st7  st8  st9  Nov  13  5  6  1  0  0  1  4  12  Des  14  2  3  1  1  1  0  16  28  Jan  12  4  3  0  1  1  1  2  3  Feb  12  3  2  1  1  0  2  3  3  Mar  14  4  3  3  0  0  1  3  99  Apr  14  4  2  1  0  0  0  2  7  Rata‐rata  13.17  3.667  3.17  1.17  0.5  0.3  0.83  5  25.3 

Kelimpahan spesies yang lebih tinggi di stasiun muara dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain faktor arus, salinitas dan nutrien. Stasiun ini memiliki karakteristik salinitas yang tidak stabil dan selalu fluktuatif, dan nutrien yang cukup melimpah.

4.5.1.3. Stadia Larva Ikan Muara

Hasil pengelompokan ukuran dan stadia larva ikan menunjukkan bahwa di habitat muara pada semua bulan pengamatan didominasi oleh ukuran post larva terutama dari spesies Congridae, Gobidae, Megalops cyprinoides, Mugil

Sp., Pomatomus saltarix, Siganus spinus, Xenodermicthys, Nemadactylus macropterus (Semua bulan); Kuhlia marginata dan Siphamia cephalothes

(November); Terapon terapon, Serranidae (Januari – April), Liza sp (Desember, Januari dan Maret) dan Ambassis marianus (Desember) Sedangkan stadia juwana ditemukan Platycephalidae dan Leiognathus spp disemua bulan,

Ostracion (November, Februari dan Maret),Siganus javus (Desember, Maret dan April). Stadia prolarva ditemukan Pocicthydae (November), Nemadactylus macropterus (Desember, Januari dan April), Cygnoglassidae (Desember, Februari-April), Siganus spinus dan Mugil sp. (Maret dan April). Dan satu-satunya spesies yang ditemukan dalam stadia yolk sac di habitat muara adalah

Abudefduf sp. pada Bulan Februari (Lampiran 4).

Secara keseluruhan stadia post larva dan juwana menempati proporsi terbesar untuk semua spesies di habitat muara secara spasial maupun temporal.

4.5.2. Habitat Transisi

4.5.2.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Transisi

Bagian Habitat transisi memiliki karakteristik lingkungan yang paling menyolok diantara 9 stasiun lainnya karena memiliki karakteristik lingkungan yang paling fluktuatif, bahkan kisaran fluktuatifnya selalu melebihi habitat muara. Secara umum spesies yang ditemukan pada habitat transisi sama dengan spesies yang terdapat di habitat muara. Namun demikian memiliki kelimpahan dan biomassa yang lebih rendah dari hasil sampling dibanding jumlah setiap spesies yang ditemukan di habitat muara. Spesies yang ditemukan antara lain

Pomatomus saltarix; Congridae dan Mugil. Spesies kebanyakan berasal dari jenis yang bersifat eurihaline dan biomassa terbesar dimiliki oleh Congridaeyang bersifat anadromous. Beberapa jenis larva ikan laut dan sejumlah telur ikan didapatkan di stasiun Ini larva tersebut antara lain dari famili Carangidae, Megalopidae dan Bregmacentrotidae.

Selain karena faktor fisik lingkungan, larva ikan juga mengadakan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya, karena jika secara fisiologis tidak sesuai untuk bermigrasi, maka larva tidak akan mudah ditemukan pada kondisi salinitas

yang berbeda. Perubahan salinitas tersebut akan mempengaruhi pengaturan osmotik ikan dan menentukan daya apung dari telur-telur ikan pelagis. Menurut McMulen dan Middaugh (1985) menyatakan bahwa beberapa spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang hanya dapat hidup pada salinitas tertentu

.

4.5.2.2. Kelimpahan Larva Ikan Transisi

Hasil perhitungan kelimpahan larva ikan selama pengamatan didapatkan kisaran tertinggi pada Bulan Desember dengan kisaran tertinggi sekitar 14 ind/m3 dan Bulan Maret pada kisaran tertinggi mencapai 99 ind/m3. Kelimpahan rata- rata tertinggi setiap bulan di peroleh pada habitat transisi lebih dari 15 ind/m3 (Tabel 3).

Perbedaan habitat juga akan mempengaruhi jumlah kelimpahan spesiesnya karena setiap spesies berbeda freferensinya terhadap kebutuhan lingkungan. Menurut Nagelkerken (1981) kedalaman bukan merupakan faktor pembatas bagi distribusi vertikal ikan, tetapi habitat yang sesuai memegang peranan yang penting bagi keberadaan suatu jenis. dikemukakan juga bahwa pada daerah yang terbuka atau yang terlindung mendapat masukan jenis dan jumlah larva ikan yang sama, tetapi karena adanya perbedaan tipe habitat maka pada akhirnya jenis larva yang dapat bertahan menjadi berbeda.

4.5.2.3. Stadia Larva Ikan Transisi

Secara keseluruhan, habitat transisi memiliki stadia larva yang bergam dibadingkan kedua habitat lainnya. Stadia larva ikan yang didapatkan setiap stasiun dari spesies yang sama (Lampiran 4)

Spesies dengan stadia juwana yang ditemukan di habitat transisi antara lain Kuhlia marginata dengan jumlah yang terbesar ditemukan pada Bulan November, dan beberapa ekor pada Bulan Maret dan April.

Spesies yang ditemukan stadia prolarvanya dihabitat transisi antara lain dari famili Megalopidae pada Bulan November spesies ini didominasi oleh stadia post larva di habitat muara dengan kisaran panjang antara 20 – 28 mm, beratnya antara 0.17 g – 0.28 g. Gobidae, Megalops cyprinoides, Mugil Sp., Pomatomus saltarix, Siganus spinus dan Xenodermicthys stadia post larvanya hampir ditemukan di setiap bulan. Nemadactylus macropterus (November, Desember dan Maret), Serranidae dan Lutjanus (November), dan Siganus canaliculatus

(November dan Desember); Terapon terapon, (November dan Maret), Liza sp (Desember) dan Ambassis marianus (Desember, Januari dan Maret) .

Larva Congridae lebih banyak ditemukan stadia prolarvanya pada Bulan Desember dan April dan beberapa ekor pada Bulan Februari dan Maret dengan kisaran panjang 11 mm – 31 mm atau berat sekitar 1.15 – 1.52 g. sekalipun stadia prolarva lebih banyak dijumpai pada Bulan April, awal pemijahan spesies ini telah berlangsung sejak awal musim barat, sehingga stadia prolarvanya masih ditemukan di habitat transisi yaitu stasiun yang berada di depan muara. Sudah umum diketahui bahwa jenis spesies ini beruaya dari hilir sungai menuju laut dalam untuk memijah, larva yang telah dipijahkan akan bermigrasi kembali ke hilir melalui sungai dan muara sungai merupakan tempat transport adaptasi yang paling baik untuk adaptasi fisiologis terutama terhadap perubahan salinitas, dari tinggi menuju salinitas rendah. Sehingga larva sidat akan lebih banyak dijumpai di daerah muara dan transisi.

Menurut Grenberg dan Dahl (1998) Selain berkorelasi dengan mikrohabitatnya, juwana beberapa spesies ikan juga memiliki hubungan yang sangat kuat antara ukuran dan kedalaman. Juga diperkuat oleh pendapat Nagelkerken dan Velde (2002) bahwa Ukuran dan struktur populasi ikan di habitat yang dangkal menunjukkan besaran yang bersifat sementara dan banyak variasi ruang. Beberapa faktor akan mempengaruhinya setelah presettlement dan postsettlement. Masa presetlemen meliputi stadia larva dan tingkat masukan larva, sedangkan post setlemen mengikuti tingkat perekrutan, migrasi awal postsetlemen, persaingan intraspesifik, predasi dan kematian serta komplesitas habitat. Pada tahap postsetlemen, utilisasi habitat sering dihubungkan oleh waktu pencarian makanan, perlindungan dari pemangsaan ataupun untuk reproduksi.

Variasi dan komposisi ukuran dari setiap spesies larva yang diperoleh sangat berbeda karena ini dimungkinkan oleh waktu terjadinya reproduksi dari setiap spesies ikan berbeda. Stadia larva yang ditemukan pada setiap stasiun setiap bulannya dapat dilihat dari ukuran dan perkembangan morfologisnya. Ukuran dan perkembangan morfologis dari setiap spesies juga berbeda untuk penentuan tingkatan stadia.(Lampiran 4).

Secara analogi dapat dijelaskan berdasarkan contoh yang dipaparkan oleh Jungwirth, et al. (2000) yaitu tentang siklus hidup dari grayling (Thymallus thymallus L.) yang merupakan spesies dominan yang berasal dari zona braidle yang sangat jelas menunjukkan peranan penting secara longitudinal. Spesies ini memiliki jarak daerah pemijahan sekitar 5-15 km. Pada ikan dewasa, migrasi musim panas dan dingin dibedakan dengan adanya pergeseran habitat dan

juwana di bagian skala mikro- dan mesohabitat. Intinya, secara langsung di awal hidup setelah kemunculan larva dari substrat, setelah mengapung secara pasif, mereka akan berkumpul dalam microhabitat di daerah dangkalan sekitar 2 – 3 minggu kemudian juwana akan bermigrasi kehabitat yang lebih dalam mengikuti arus kemudian kembali ke awal habitatnya lagi.

Dari segi karakteristik substrat, Teluk Palabuhan Ratu sifatnya pasir berlumpur yang didominasi oleh lumpur liat, karakteristik substrat dasar ini hampir sama di semua kedalaman (PRTK & Dep ITK 2004), sehingga pemijahan spesies ikan apapun ke daerah demersal tidak akan dibatasi oleh perbedaan karakteristik substrat secara mendasar.

4.5.3. Habitat Laut Lepas

4.5.3.1. Komposisi Larva Ikan Habitat Laut Lepas

Di stasiun laut lepas yaitu spesies: Xenodermicthys, Siganus spinus, Kuhlia marginata, Signoglassidae, Ambassis marianus; Nemadactylus macropterus, Leiognathus sp, Siganus linneatus. Secara umum dikeseluruhan stasiun laut lepas lebih banyak didapatkan spesies Apogon sp., Pocicthidae, Kyphosus sp, Bregmacerotidae, Aseraggodes sp, dan urolophus sp.

Selanjutnya spesies laut lepas yang bersifat stenohaline pada kisaran salinitas tinggi adalah Megalops cyprinoides, Pomatomus saltarix, Nemadactylus, Lutjanus, Microcanthus, Siphamia cephalotes, Bregmaceros dan Aserogedes sp,

Abudefduf sp, Apogon sp., Kyposus, Bregmaceros japonicus, Urolophus sp.

Xenodermicthys, Siganus spinus, Sphaeramia sp, Lutjanus, siganus javus,

Pocicthidae.

Spesies-spesies tersebut membutuhkan kestabilan salinitas untuk bertahan hidup, kaitannya dengan kemapuan osmoregulasinya. Adapun spesies muara yang ditemukan di stasiun laut lepas ini dikarenakan habitat pemijahannya memang di laut dalam dan beruaya ke sungai dengan bantuan arus juga dikarenakan kemampuannya sebagai spesies yang bersifat eurihaline sehingga jenis spesies ini juga banyak ditemukan di stasiun laut lepas.

4.5.3.2. Kelimpahan Larva Ikan Laut Lepas

Kelimpahan terendah diperoleh pada habitat laut lepas. Rata-rata kelimpahan stiap bulannya hanya sekitar 2 ind/m3. Kelimpahan paling besar di habitat laut lepas didapatkan pada bagian stasiun yang masih dekat dengan daratan dan semakin kecil kelimpahannya seiring bertambahnya jarak stasiun dari darat. Karakteristik fisik permukaan pada stasiun ini hampir sama dengan

stasiun lainnya kecuali kandungan nutrien, terlepas dari itu, stasiun ini memiliki kedalaman yang sangat besar yaitu antara 100 hingga > 400 meter. Secara teoritis kedalaman dibawah 100 meter memiliki kecepatan arus yang sangat lambat sehingga ichthyoplankton di daerah ini kemungkinan tidak hanyut jauh dari wilayah mereka dipijahkan, sedangkan pada kedalaman di atas 50 meter dari kolom air, arus semakin cepat sehingga ichthyoplankton akan mudah terbawa oleh arus. (Hinckley et al. 1991, diacu dalam Olii, 2003).

4.5.3.3. Stadia Larva Ikan Laut Lepas

Secara keseluruhan, stadia larva di laut lepas tidak terlalu bervariasi. Umumnya stadia didominasi oleh prolarva selain itu stadia yolk sac paling banyak ditemukan pada habitat ini. Stadia yolk sac yang jarang ditemukan di kedua habitat (muara dan transisi) adalah berasal dari spesies Urolophus sp. (Desember-Februari) dan Abudefduf sp.

Pada Bulan Maret. Beberapa spesies yang ditemukan di habitat muara dan transisi masih ditemukan di habitat laut lepas dengan stadia postlarva ini dimungkinkan oleh beberapa stasiun dalam pengelompokannya masih dekat dengan daratan. Spesies yang umum ditemukan di muara dan transisi inilah yang memperkaya tingkatan stadia yang ditemukan di habitat laut lepas, karena spesies laut lepas yang bersifat stenohaline tinggi, yang ditemukan, umumnya masih berada dalam fase prolarva dan beberapa diantaranya masih stadia yolk sac (Lampiran 4).

Dokumen terkait