• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh

1. Pengertian Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh

Cash dan Pruzinsky (2002) mendefinisikan bahwa ketidakpuasan terhadap tubuh merupakan sebuah pemikiran dan perasaan negatif mengenai tubuh sendiri. Grogan (1999) menambahkan bahwa fenomena psikologi tersebut tidak terlepas dari faktor lingkungan. Tidak hanya melihat pengalaman individu dengan

21

tubuhnya sendiri, tetapi juga dengan budaya yang dimiliki. Seseorang membandingkan diri dengan figur menarik sehingga menimbulkan evaluasi pada penampilan yang dimiliki (Vonderen dan Kinnally, 2012). Ketidakpuasan terhadap citra tubuh penting untuk dipertimbangkan dari beberapa aspek adalah secara afektif, kognitif dan perilaku.

Dari pemaparan di atas disimpulkan bahwa ketikdakpuasan terhadap citra tubuh merupakan sebuah pikiran, perasaan dan perilaku individu yang cenderung negatif terhadap penampilan tubuh yang dimiliki.

2. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan terhadap Citra Tubuh

Menurut Grogan (1999), beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan terhadap citra tubuh adalah:

a. Budaya

Di budaya barat, tubuh yang ideal diasosiasikan dengan kebahagiaan, kesuksesan, keremajaan dan penerimaan secara sosial. Budaya barat sangat mempengaruhi budaya timur dengan seiring berkembangnya modernisasi. Tubuh yang berotot diasosiasikan dengan kekuatan dan memiliki energi daya tahan tubuh yang lebih. Perempuan yang memiliki

penampilan yang menarik adalah mereka yang memiliki kemolekan tubuh yang ideal dengan kelangsingan.

Menurut Cash (2012) pemilik berat badan yang berlebihan telah terstigma negatif dari kecil hingga dewasa awal. Mereka cenderung diasosiasikan dengan kurang aktif, kurang pintar, kurang bekerja keras, kurang sukses, kurang atletik dan kurang popular daripada mereka yang memiliki tubuh yang ideal. Menurut Cash (2012), pertumbuhan badan merupakan salah satu bukti dari hasil dari genetika. Namun, banyak individu yang hidup dalam budaya yang cenderung bertahan pada keyakinan yang keliru. Individu sering menyesuaikan diri dengan kesesuaian budaya dan ideologis yang berlaku di masyarakat.

b. Media Sosial

Banyak teori yang mengatakan bahwa media sangat berpengaruh pada laki-laki dan perempuan untuk memperhatikan bagian tubuhnya. Khususnya dalam ketidakpuasan citra tubuh, media seringkali memusatkan pada model yang langsing sebagai iklan penurun berat badan dan peninggi badan (Peter dan Baker, 1994).

Iklan seperti inilah yang membuat individu berpikir bahwa tubuh ideal sangat diapresiasi oleh masyarakat, terutama ketika bentuk tubuh yang dimiliki seperti model yang

23

ditampilkan. Media sangat memberi sarana dalam menciptakan sebuah ketidakpuasan citra tubuh. Seperti halnya contoh mengenai “iklan” yang merupakan bentuk dari media sosial yang melukiskan tubuh yang ideal (Grogan, 1999).

Media sosial bermacam-macam di era modernisasi ini. Tidak hanya televisi yang menjadi pusat iklan tetapi juga koran, majalah, radio dan internet. Pada dewasa awal, individu sangat aktif dalam penggunaan media sosial seperti facebook, twitter, line, ataupun media sosial lain yang banyak menampilkan iklan ataupun cuplikan gambar dan video dengan berbagai model.

c. Usia

Banyak penelitian yang memfokuskan pada laki-laki dan perempuan dengan usia tertentu, mulai dari remaja awal, remaja tengah, remaja akhir hingga dewasa awal. Masing-masing usia memiliki karakteristik tersendiri dalam menanggapi ketidakpuasan citra tubuh (Grogan, 1999). Jelas sekali bahwa perubahan bentuk tubuh dan perkembangan secara sosial, psikologis dan seksual mulai berbeda. Pada individu dewasa awal akan menampilkan fisik yang menarik untuk mendapatkan pasangan. Pada individu dewasa awal, sudah terlihat jelas pada setiap bagian tubuh yang berubah secara sempurna dari masa puberitas.

Individu dewasa awal sangat memperhatikan penampilannya karena penuaan dini yang menimbulkan keresahan. Mereka cenderung tidak percaya diri dengan penampilannya dan meningkatkan aktivitas fisik untuk memperlambat penuaan.

d. Kelas Sosial

Menurut Grogan (1999) kelas sosial berpengaruh terhadap ketdakpuasan terhadap citra tubuh. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Wardle dan Marsland (dalam Grogan, 1999), bahwa individu dengan kelas sosial yang tinggi cenderung tidak puas dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu yang memiliki kelas sosial tinggi mudah mengakses segala bentuk informasi. Sedangkan pada kalangan kelas sosial yang lebih rendah cenderung terbatas dalam mengakses informasi yang modern.

e. Hubungan Interpersonal

Dalam kelompok, individu mudah terpengaruh dan cenderung tergantung dengan pendapat kelompok. Ketergantungan ini terjadi pada idealisme individu dan kelompok mengenai citra tubuh. Menurut Cash dan Purzinsky (2002), pendapat kelompok mengenai penampilan individu mempengaruhi individu dalam berpikir mengenai tubuh yang dimiliki. Di sisi lain, pengaruh kepercayaan mengenai tubuh

25

yang ideal dari orang tua, teman sebaya dan saudara juga berkontribusi dalam meningkatkan ketidakpuasan terhadap citra tubuh (Odgen dan Taylor, 2000).

f. Kepribadian

Masing-masing individu hidup dalam lingkungan dan pengasuhan yang berbeda, hal ini pula yang menyebabkan individu memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian ini juga sangat mempengaruhi pola pikir individu mengenai citra tubuhnya. Individu yang memiliki kepercayaan diri, lebih mudah berpikir positif pada tubuhnya.

Semua ini tidak terlepas dari pola asuh orang tua yang aman atau tidak aman. Pola asuh yang tidak aman membuat individu merasa tertolak, mencari penerimaan orang lain. Pola asuh ini menumbuhkan perasaan negatif pada orang lain dan pada diri sendiri termasuk citra tubuh yang dimiliki. Serupa dengan pernyataan Cash dan Purzinky (2002) yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang berpengaruh pada padangannya mengenai citra tubuh.

3. Aspek ketidakpuasan terhadap citra tubuh

Banyak peneliti yang telah membuat skala mengenai ketidakpuasan citra tubuh dalam bentuk kuisoner antara lain The Body Cathexist, The Body Areas Satisfaction, The Body Shape

Quistionnaire dan The Body Attitudes Quistionnaire di mana dalam skala-skala ini mengindikasikan mengenai kepuasan dan ketidakpuasan pada masing-masing bagian tubuh (Grogan, 1999). Masing-masing bagian tubuh tersebut meliputi tinggi badan, berat badan, lemak pada tubuh dan penampilan secara keseluruhan yang direspon secara perasaan, persepsi, dan perilaku.

Menurut Banfield dan McCabe (2002), beberapa aspek ketidakpuasan terhadap citra tubuh adalah:

a. Kognitif

Secara kognitif individu lebih menekankan persepsi yang dimiliki terhadap citra tubuhnya. Tidak mereka membandingkan tubuh yang dimiliki dengan tubuh orang lain. Berpikir bahwa dengan memiliki tubuh langsing ataupun berotot membuat individu diterima oleh masyarakat. Semakin individu percaya bahwa tubuhnya tidak ideal, semakin tidak puas pula pada citra tubuh yang dimiliki. Terdapat empat hal yang diukur yaitu penampilan keseluruhan, tubuh atau badan, tinggi badan dan berat badan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Grogan (1999).

b. Afektif

Pada aspek ini, individu cenderung memiliki perasaan subjektif mengenai penampilan yang dimiliki. Individu merasa gelisah, merasa tidak puas, tidak nyaman, tidak senang

27

dengan penampilan secara keseluruhan ataupun pada bagian tubuh yang dimiliki. Individu juga minder dan cemas karena sering memperhatikan penampilan yang dimiliki. Perhatian tersebut sering membuat individu merasa bahwa penampilannya tidak diharapkan. Hal tersebut memicu perasaan subjektif dalam diri, bisa positif ataupun negatif dan tidak puas dengan citra tubuh yang dimiliki.

c. Perilaku

Salah satu cara untuk mengevaluasi bentuk dan berat badan dapat dilihat pada perilaku individu. Pada aspek perilaku terlihat indikator yang mencerminkan individu memiliki ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya yaitu diet extreme, menggunakan pil pelangsing, olahraga yang berlebihan, bahkan bedah plastik. Selain itu, perilaku lain yang sering terjadi adalah pemilihan baju untuk menutupi lemak pada beberapa bagian tubuh.

Dokumen terkait