• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketika Jalur Politik Makin Diminati

Sebagai negara yang usia demokrasinya masih muda, Indonesia selayaknya menjadi lahan yang subur bagi para aktornya untuk memberi pilihan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dan poltik yang dihadapi. Para aktor pro-demokrasinya karenanya memiliki peranan penting sebagai penyeimbang bagi peran dan pengaruh yang dimiliki oleh para aktor berpengaruh (elit dominan). Dalam bab 3 kita telah menunjukkan kiprah para elit dominan yang terkonsolidasi dan memonopoli politik. Dalam kondisi seperti ini tentu diperlukan peran aktor alternatif yang mampu memperjuangkan pembagian kekuasaan secara lebih seimbang. Peran yang sesungguhnya bisa dimainkan oleh para aktor pro-demokrasinya. Lalu bagaimana peran dan kapasitas para aktor demokrasi sebagai aktor alternatif saat ini?

Studi terbaru kami melihat beberapa kemajuan yang dicapai para aktor alternatif ini. Kemajuan tersebut terutama berkaitan dengan makin aktifnya mereka di jalur politik.57 Di tengah perdebatan apakah lembaga-lembaga masyarakat sipil tetap setia dengan perannya di lingkup civil society atau terlibat langsung dalam lembaga-lembaga politik saat ini, gairah berpolitik yang diperlihatkan orang-orang selama masa reformasi juga ternyata ditunjukkan para aktor pro-demokrasinya. Banyak para aktivisnya yang mulai masuk dan terlibat dalam politik formal. Selain upaya-upaya individual para aktor dengan ikut mencalonkan diri dalam pemilihan baik untuk lembaga-lembaga eksekutif maupun

Gerakan Sosial Menjadi Tindakan Politik” (laporan survei Demos, akan dipublikasikan). Studi tentang transformasi gerakan sosial politik ini dapat juga dilihat pada Laporan Eksekutif Terpadu Survei-survei Topikal Demos (2007),

http://demosindonesia.org/downloads/1199781729_Laporan_Eksekutive_Survei_2007.pdf, atau Olle Tornquist (2007), “Problems and Options of Scalling-up and Building Democratic Representation”, dan Olle Törnquist, Kristian Stokke and Neil Webster (eds.), (2008), Rethinking Popular Representation.

57 Kami membagi pilihan aktif di jalur politik pada empat cara; (1) melalui kompetisi electoral seperti mencalonkan diri dalam pilkada, (2) non-electoral seperti membangun aliansi antar- organisasi masyarakat sipil untuk penguatan politik, (3) melalui dan menggunakan proses-proses formal seperti melakukan tekanan ke DPR atau pejabat eksekutif, serta (4) upaya-upaya informal dengan melakukan lobi dengan para politisi. Lihat laporan eksekutif survei topical Demos (2007), op.cit.

legislative, beberapa lembaga civil society juga mulai melakukan upaya-upaya politik untuk bermetamorfosis menjadi lembaga politik.58

Data survei kami pun menunjukkan, meski masih didominasi dari kalangan NGO atau LSM dan para tokoh informal atau kalangan professional, komposisi para aktor pro-demokrasi yang berperan sebagai aktor alternatif saat ini juga banyak diisi oleh para anggota dewan dan partai politik serta kalangan pemerintahan dan birokrasi. Untuk jelasnya bisa dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini.59

Tabel 4.1. Komposisi aktor alternatif

No. AKTOR ALTERNATIF Proporsi (%) 1. Pemerintah 10 2. Polisi, militer 1 3. Politisi dan parlemen 20 4. Pengusaha 4 5. NGO 31 6. Tokoh informal (tokoh agama/etnis, lembaga adat) 16 7. Profesional (akademisi, pengacara, jurnalis, dll) 18 Persentase berdasarkan jumlah aktor alternatif yang diidentifikasi informan (N=1.590)

Demikian halnya dengan wilayah aktivitas para aktor alternatif. Dibanding survei kami putaran sebelumnya, terjadi peningkatan keaktifan para aktor pro-demokrasi di institusi-institusi pemerintahan dan partai politik. Untuk institusi-institusi seperti partai politik, pemerintahan terpilih, birokrasi dan lembaga peradilan peningkatannya mencapai hampir 100%. Kita bisa melihatnya dalam Tabel 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4.2. Wilayah aktivitas aktor alternatif: Perbandingan hasil survei 2003-04 dan 2007

No WILAYAH AKTIVITAS POLITIK AKTOR ALTERNATIF 2003-04(%) (1) 2007(%) (2) 1. Bisnis dan industri 7 6 2. Usaha kecil 6 3 3. Unit swakelola 64 54 4. Partai politik dan pemerintahan terpilih 12 23 5. Birokrasi dan lembaga peradilan 7 14 6. Militer dan polisi 4 2

(1) Persentase berdasarkan jumlah respon informan. Setiap informan boleh menjawab 5 pilihan.

(2) Persentase berdasarkan jumlah respon informan. Setiap informan boleh menjawab 3 pilihan.

Kenyataan meningkatnya intensitas kegiatan para aktor alternatif di ranah negara tersebut diperkuat dengan peta aliansi yang dibangun dalam upaya-upaya mereka mempengaruhi dinamika dan menguasai proses politik. Meski kecenderungan membangun aliansi dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil masih dominan, para aktor alternatif saat ini juga tampak mulai melihat pentingnya membangun aliansi dengan para politisi dan anggota parlemen. Di samping itu aliansi juga dilakukan

58 Lihat misalnya upaya-upaya yang dilakukan oleh POR (Pemberdayaan Otonomi Rakyat) di Kalimantan Barat, KP3R

(Konsorsium Perluasan Partisipasi Politik Rakyat) di Sulawesi Tenggara, dan partai yang dibentuk dari beberapa kalangan organisasi masyarakat sipil, PPR (Partai Perserikatan Rakyat). AE. Priyono, dkk., dalam laporan “Link Project” (2008), op.cit.

59 Identifikasi latarbelakang para aktor alternatif ini didasarkan pada keterangan para informan kami dalam mengidentifikasi

siapa saja para aktor yang memiliki peranan penting dalam memperjuangkan pembagian kekuasaan yang lebih setara di samping aktor lain yang memiliki pengaruh dominan. Bagaimanapun, meski telah berupaya untuk meminimalisir pilihan informan untuk tidak lagi didominasi oleh para aktivis NGO, kemungkian bias latarbelakang aktivisme para informan dalam memberikan jawaban mungkin saja tidak terhindarkan.

dengan para tokoh baik tokoh informal maupun kalangan profesional seperti akademisi, pengacara maupun media. Lihat Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Aliansi aktor alternatif 2007

No. ALIANSI AKTOR ALTERNATIF Proporsi (%) 1. Pemerintah 16 2. Polisi, militer, milisia 2 3. Politisi dan parlemen 17 4. Pengusaha 4 5. NGO 31 6. Tokoh informal (tokoh agama, etnis, lembaga adat) 13 7. Profesional (akademisi, pengacara, jurnalis, dll) 17 Persentase berdasarkan jumlah jawaban yang diberikan informan.

Pilihan untuk aktif di jalur politik tampaknya juga berhubungan dengan peningkatan kapasitas para aktor alternatif dalam hal relasi dan posisi mereka terhadap perangkat-perangkat demokrasi. Perangkat tersebut terutama yang berkaitan dengan jalur-jalur politik seperti pemilu yang bebas dan adil, representasi yang berkualitas termasuk soal partai, partisipasi langsung, dan partisipasi politik masyarakat sipil.60 Dalam hal ini terjadi peningkatan kapasitas para aktor dibanding temuan kami pada survei terdahulu. Bila pada survei kami sebelumnya para aktor pro-demokrasi tampak tidak memiliki kekuatan yang cukup dalam mempengaruhi pemajuan beberapa perangkat demokrasi yang penting, data kami saat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki peningkatan kapasitas dalam memanfaatkan sekaligus memajukan perangkat-perangkat demokrasi dengan posisi yang cukup kuat.

Tabel 4.4. Relasi dan posisi aktor alternatif dalam menggunakan dan memajukan perangkat demokrasi61

Aktor menggunakan dan memajukan perangkat

demokrasi (%)

Aktor memiliki posisi kuat terhadap perangkat

demokrasi (%) No. PERANGKAT DEMOKRASI

2003-04 2007 2003-04 2007 1. Pemilu yang bebas dan adil 52 63 57 66 2. Representasi yang berkualitas 35 57 36 64 3. Partisipasi politik masyarakat sipil 57 64 57 73 4. Partisipasi langsung 43 63 43 71 Rata-rata 46 66 44 68 (1) Persentase berdasarkan jumlah jawaban yang diberikan informan.

(2) Pada survei 2003-04, pertanyaan mengenai relasi dan posisi dirinci ke dalam 40 perangkat demokrasi. Sedangkan pada survei 2007, pertanyaan mengenai relasi dan posisi kelompokkan menjadi 11 jenis perangkat demokrasi.

Peningkatan relasi dan posisi kuat tersebut sesungguhnya bisa jadi bekal para aktor alternatif dalam kiprahnya aktif di jalur politik. Kekuatan posisi tersebut juga tidak kalah kurang bila dibandingkan dengan relasi dan posisi yang dimiliki oleh para aktor berpengaruh/dominan sebagaimana bisa dilihat

60 Sejumlah perangkat yang termasuk dalam partisipasi politik masyarakat sipil adalah (1) partisipasi warga negara di dalam

organisasi masyarakat yang independen; (2) transparansi, pertanggungjawaban dan praktek demokratis dalam organisasi-organisasi masyarakat; (3) akses dan partisipasi yang luas dari semua kelompok sosial terhadap kehidupan publik. Sementara untuk partisipasi langsung, perangkat-perangkatnya terdiri dari; kontak langsung masyarakat kepada pejabat publik, konsultasi pemerintah dengan masyarakat, serta adanya partisipasi publik secara langsung dalam pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan publik.

61 Opsi jawaban terhadap relasi aktor terdiri dari; menggunakan dan memajukan, menggunakan, menggunakan dan

menyalahgunakan, serta mengabaikan atau mencari alternatif lain. Tabel diatas hanya menampilkan data terhadap opsi jawaban menggunakan dan memajukan. Demikian halnya dengan posisi aktor. Terdapat opsi jawaban kuat dan lemah. Data yang ditampilkan hanya posisi kuat aktor.

pada Bab 3 laporan ini. Modal tersebut juga dapat dimanfaatkan bila dihubungkan dengan ragam pilihan yang bisa dilakukan bila seseorang tertarik untuk terlibat dalam politik. Terhadap pertanyaan ini informan kami juga telah memberikan pilihan yang beragam mulai dari membangun blok politik atau bergabung dengan partai politik baik di partai besar dan mapan, partai kecil yang berhak mengikuti pemilu maupun membangun partai politik baru berbasis local.

Tabel 4.5. Penilaian informan mengeni jalur yang paling tepat untuk terlibat dalam proses politik

No JALUR YANG DIPILIH UNTUK TERLIBAT DALAM PROSES POLITIK Proporsi (%) 1 Bergabung dengan partai politik nasional yang besar 32 2 Bergabung dengan partai politik kecil yang berhak mengikuti pemilu 15 3 Membangun partai politik baru yang berbasis lokal 13 4 Membangun kekuatan non partai atau blok politik 37 5 Aktif dalam diskusi politik 3 Persentase berdasarkan jumlah informan (N=876)

Ragam pilihan yang tersebar mulai dari membangun blok politik atau membentuk partai politik baru berbasis local tersebut semakin menunjukkan kegairahan para aktor alternatif untuk tidak sekedar menjadi aktor yang berada di pinggiran dalam dinamika politik saat ini. Sebagaimana disinggung pada bagian awal bab ini, beberapa survei lain yang dilakukan Demos juga telah melihat beberapa upaya yang dilakukan oleh para aktor prodem untuk terlibat dalam politik dengan ragam strategi yang diambil. Beberapa di antaranya dengan memberikan prioritas pada organisasi popular dan memberi perhatian pada jalur-jalur politik tambahan.62

Peningkatan posisi para aktor dan percobaan-percobaan yang telah dilakukan tersebut tampak seperti menunjukkan adanya kabar baik bagi perubahan sistem politik yang saat ini tengah berjalan. Benarkah demikian? Apakah aktor alternatif benar-benar telah mampu menjadi kekuatan penyeimbang bagi dominannya kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki para elit berpengaruh saat ini? Untuk mengetahuinya tampaknya kita masih harus bersabar melihat beberapa data berikut ini.