• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

2.1.5 Ketuntasan Belajar

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) ditentukan oleh masing-masing sekolah berdasarkan keadaan sekolah itu berada. Dalam hal ini sekolah yang satu dengan yang lain mempunyai standar ketuntasan minimal (SKM) yang berbeda. Kriteria Ketuntasan minimal ditetapkan diawal tahun pelajaran oleh forum MGMP sekolah. Akan tetapi, dalam menetukan KKM haruslah dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya dukung. Berdasarkan KKM yang ditetapkan di sekolah yang digunakan untuk penelitian, yaitu SMP Negeri 1 Kranggan, ditetapkan seorang siswa dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan dan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran jika siswa tersebut memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 71, sedangkan keberhasilan kelas tercapai jika sekurang-kurangnya 80% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut mencapai KKM .

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif

21

dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Selanjutnya menurut Ibrahim (2000: 2), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang jangkauannya melampaui membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata namun juga melatih siswa tujuan – tujuan hubungan sosial dan manusia.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam kelompok. Ada unsur–unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Chaplin mendefinisikan kelompok sebagai “a collection of individuals who have some characteristic in common or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way constitute a group. It is not necessary, however, for the members of a group to interact directly or in face to face manner” (Suprijono, 2012: 56).

Roger dan David Johnson dalam Lie (2010: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggungjawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.

melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai kiat – kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni pengelompokan, semangat kerja sama, dan penataan ruang kelas.

Menurut Suprijono (2012: 65), sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase.

Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1:Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2:Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3:Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4:Assist team work and study

Membantu keja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5:Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenal berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6:Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

23

2.1.7 Model PembelajaranTalking Stick

Menurut Ramadhan dalam

http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/, talking stick(tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakanCarol Locustberikut ini.

The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.

Talking stick merupakan salah satu model pembelajaran model kooperatif. Pembelajaran menggunakan model talking stick mendorong peserta didik berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya.

Ramadhan dalam http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/ menyatakanlangkah-langkah pembelajarantalking stickadalah sebagai berikut:

1. guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang; 2. guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm;

3. guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran;

4. peserta didik berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana; 5. setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,

guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan;

6. guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, tongkat akan bergulir dari satu siswa ke siswa yang lain, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya tongkat akn bergulir lagi dari siswa yang terakhir menjawab pertanyaan hingga semua pertanyaan telah dijawab;

7. siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan;

8. guru memberikan kesimpulan;

9. guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu; 10. guru menutup pembelajaran.

Selanjutnya, menurut Suprijono (2012:110), ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik.

Dokumen terkait