• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuangan Negara dan Fiskal

Dalam dokumen BUKU I RPJMN 2015 2019 (Halaman 66-70)

BAB 4 KERANGKA EKONOMI MAKRO

4.2 Prospek Ekonomi Tahun 2015-2019

4.2.4 Keuangan Negara dan Fiskal

Kebijakan fiskal pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong strategi re-industrialisasi dalam rangka transformasi ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal melalui peningkatan mobilisasi penerimaan negara dan peningkatan kualitas belanja Negara serta optimalisasi pengelolaan risiko pembiayan/utang. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

Pertama, meningkatkan penerimaan perpajakan menjadi sekitar 15 persen PDB pada tahun 2019 melalui (i) Penguatan SDM dan kelembagaan (perpajakan dan kepabeanan), termasuk peningkatan jumlah SDM Pajak dan kepabeanan menjadi dua kali lipat pada tahun 2019 yang dibarengi dengan upaya peningkatan kualitasnya; (ii) Ekstensifikasi dan intensifikasi pengumpulan pajak terutama Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Selain itu akan dilakukan juga peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Kedua, meningkatkan kualitas belanja melalui: (i) pengurangan alokasi anggaran yang tidak tepat sasaran (khususnya belanja subsidi energi melalui peningkatan harga BBM dalam negeri secara langsung di akhir tahun 2014 sehingga rasio subsidi energi turun dari 3,4 persen pada tahun 2014 menjadi 0,7 persen pada tahun 2019; (ii) penghematan subsidi energi dialokasikan pada belanja modal, sehingga alokasi belanja modal naik dari 1,6 persen PDB tahun

56

| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

2014 menjadi 3,9 persen pada tahun 2019; (iii) pengalokasian dana penghematan subsidi BBM serta pelaksanaan SJSN kesehatan dan ketenagakerjaan dalam bantuan sosial; (iv) peningkatan dana desentralisasi dan keuangan daerah beserta kualitas pengelolaannya termasuk mulai dialokasikannya dana desa sebesar Rp1 miliar per desa pada tahun 2015.

Ketiga, menjaga rasio utang pemerintah dibawah 30 persen dan terus menurun yang diperkirakan menjadi 21,1 persen pada tahun 2019; mengupayakan keseimbangan primer (primary balance)

terus menurun hingga tahun 2019; serta menjaga defisit anggaran dibawah 3 persen dan pada tahun 2019 menjadi surplus 1,2 persen PDB.

Sasaran peningkatan penerimaan negara akan dicapai melalui reformasi perpajakan secara komprehensif dan optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sasaran peningkatan kualitas belanja negara akan dicapai melalui penyempurnaan perencanaan penganggaran negara, peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran negara, dan peningkatan kualitas pengelolaan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah. Sasaran penurunan rasio utang pemerintah akan dicapai melalui peningkatan pengelolaan risiko pembiayaan anggaran. Selanjutnya untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, secara umum kebijakan fiskal dalam lima tahun mendatang adalah sebagai berikut:

Pertama, dari sisi penerimaan negara, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan terkait dalam rangka reformasi penerimaan perpajakan yang komprehensif adalah: (i) peningkatan kapasitas SDM perpajakan, baik dalam jumlah maupun mutunya untuk meningkatkan rasio ketercakupan pajak (tax coverage ratio); (ii) penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk insentif pajak untuk mendorong re-industrialisasi yang berkelanjutan dalam rangka transformasi ekonomi; (iii) pemetaan wilayah potensi penerimaan pajak hasil pemeriksaan; (iv) pembenahan sistem administrasi perpajakan; (v) ekstensifikasi dan intensifikasi pajak melalui perluasan basis pajak di sektor minerba dan perkebunan serta penyesuaian tarif; (vi) peningkatan efektivitas penyuluhan; (vii) penyediaan layanan yang mudah, cepat dan akurat; (viii) peningkatan efektivitas pengawasan; dan (ix) peningkatan efektivitas penegakkan hukumbagi penyelundup pajak (tax evasion)

Kedua, terkait dengan penerimaan kepabeanan dan cukai, kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah: (i) memperkuat kerangka hukum (legal framework) melalui penyelesaian/ penyempurnaan peraturan di bidang lalu lintas barang dan jasa; (ii)

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |

57

peningkatan kualitas sarana dan prasarana operasi serta informasi kepabeanan dan cukai; (iii) pengembangan dan penyempurnaan sistem dan prosedur yang berbasis IT yang meliputi profilling

Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window– INSW); persiapan operator ekonomi yang berwenang

(Authorized Economic Operator – AEO) dan pengembangan Tempat Penimbunan Sementara (TPS); (iv) ekstensifikasi dan intensifikasi barang kena cukai; serta (v) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kepabeanan.

Ketiga, terkait dengan optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah: (i) penyempurnaan regulasi; (ii) Optimalisasi PNBP migas dan nonmigas; (ii) Inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP yang dikelola oleh K/L; serta (iii) Optimalisasi PNBP umum dan BLU.

Keempat, dari sisi belanja negara, kebijakan yang akan dilakukan terkait dengan penyempurnaan perencanaan penganggaran negara antara lain adalah: (i) pengurangan pendanaan bagi kegiatan yang konsumtif dalam alokasi anggaran Kementerian/ Lembaga; (ii) merancang ulang kebijakan subsidi guna mewujudkan subsidi yang rasional penganggarannya dan tepat sasaran; (iii) pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) untuk meningkatkan disiplin dan kepastian fiskal dan (iv) penataan remunerasi aparatur negara dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Kelima, terkait dengan peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah : (i) penyempurnaan dan perbaikan regulasi dan kebijakan sehingga diharapkan penyediaan dan penyaluran dana di bidang investasi, pinjaman dan kredit program sesuai dengan program kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan infrastruktur dan iklim investasi pemerintah; (ii) Pengelolaan kas yang efektif untuk mencapai jumlah likuiditas kas yang ideal untuk membayar belanja pemerintah melalui neraca tunggal perbendaharaan (treasury single account) dan perkiraan kas (cash forecasting) yang handal, serta manajemen surplus kas yang mampu memberi kontribusi optimal bagi penerimaan negara; dan (iii) Memodernisasi kontrol dan monitoring pelaksanaan anggaran dengan sistem informasi yang terintegrasi.

Keenam, terkait dengan pengelolaan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah, kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah:

58

| Rancangan Awal RPJMN 2015-2019

(i) Mempercepat penyelesaian RUU tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (HKPD) yang merupakan revisi dari UU 33/2004; (ii) mempercepat pelayanan evaluasi Perda/raperda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), meningkatkan kualitas evaluasi Perda PDRD serta meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan PDRD; (iii) Memepercepat pelaksanaan pengalihan anggaran pusat ke daerah untuk fungsi-fungsi yang telah menjadi wewenang daerah, mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan menjadi Dana Alokasi Khusus (DAK) dan mempengaruhi pola belanja daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; (iv) mempertegas peran Menteri Keuangan selaku pengelola kebijakan fiskal nasional untuk menjaga keselarasan pembangunan ekonomi termasuk dalam rangka pengendalian dan kehati hatian fiskal nasional dan daerah.

Ketujuh, terkait pengelolaan pembiayaan anggaran, kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan adalah: (i) pemanfaatan Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pasar SBN; (ii) optimalisasi perencanaan dan pemanfaatan pijaman untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk berbasis proyek; (iii) pengelolaan Surat Berharga Negara melalui pengembangan pasar SBN domestik dan pengembangan metode penerbitan SBN valas yang lebih fleksibel; (iv) pengelolaan Risiko keuangan yang terintegrasi; (v) penggabungan lembaga keuangan penjaminan investasi dalam satu wadah untuk membiayai kegiatan-kegiatan beresiko tinggi; serta (vi) implementasi manajemen kekayan-utang (Asset Liability Management– ALM) untuk mendukung pengelolaan utang dan kas negara.

Dalam hal reformasi kelembagaan, maka mendesak untuk dilakukan rekonfigurasi fungsi-fungsi keuangan negara sebagi berikut: (i) pengumpulan pendapatan atau penerimaan negara, termasuk perpajakan dilaksanakan oleh suatu lembaga khusus yang berada langsung di bawah Presiden namun tetap di bawah koordinasi Menteri Keuangan. Secara konstitusi, urgensi peningkatan institusi penerimaan Negara ini juga didasarkan pada pentingnya peranan penerimaan negara/pajak yang disebut dalam UUD 1945; (ii) penyatuan fungsi perbendaharaan dengan fungsi pengelolaan kebijakan fiskal; serta (iii) harmonisasi dan sinergi yang optimal antara fungsi perencanaan dan pengalokasian anggaran/belanja, khususnya alokasi pada prioritas pembangunan, untuk memastikan bahwa visi, misi, dan program aksi Presiden beserta program/kegiatan lain yang menjadi prioritas pembangunan tertuang dalam dokumen anggaran yang siap dilaksanakan.

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 |

59

Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal di atas, kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara dalam RPJMN 2015-2019 didasari oleh perkembangan asumsi dasar ekonomi untuk menyesuaikan antara kebutuhan pendanaan dengan kapasitas pendanaan. Dengan kapasitas pendanaan yang terbatas serta di sisi lain tingginya kebutuhan pendanaan, maka diperlukan beberapa strategi di dalam alokasi belanja pemerintah.

Alokasi belanja diarahkan pertama untuk mendanai belanja yang mendukung kebutuhan dasar operasionalisasi pemerintahan seperti gaji dan upah serta belanja yang diamanatkan perundangan (mandatory spending) seperti Pendanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional, Anggaran Pendidikan, Penyediaan Dana Desa dan lainnya. Kedua, alokasi untuk mendanai isu strategis jangka menengah yang memegang peran penting dalam pencapaian prioritas nasional seperti pembangunan infrastruktur konektivitas, pemenuhan alutsista TNI, ketahanan pangan dan energi. Ketiga, alokasi mendanai prioritas pada Kementerian/Lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam implementasi pelaksanaannya, peningkatan kualitas belanja melalui efisiensi dan efektifitas sangat dibutuhkan. Untuk mendukung, upaya tersebut, secara berkesinambungan terus dilakukan reformasi perencanaan dan penganggaran melalui penerapan prinsip-prinsip kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure) serta memperkuat anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) yang telah diterapkan di RPJMN sebelumnya.

Dengan berbagai kebijakan yang akan diambil dalam lima tahun ke depan tersebut, prospek keuangan negara dalam jangka menengah periode ketiga adalah sebagaimana dalam Tabel IV.5. Prospek keuangan negara tersebut sejalan dengan arahan RPJPN 2005-2025 yang menuntut pengelolaan keuangan negara untuk bertumpu pada sistem anggaran yang transparan, bertanggung jawab, dan dapat menjamin efektivitas pemanfaatan.

Dalam dokumen BUKU I RPJMN 2015 2019 (Halaman 66-70)

Dokumen terkait