• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keunggulan Dan Kekurangan Filsafat Postmodernisme

Dalam dokumen filsafat kontemporer dan postmodernisme dan (Halaman 46-51)

BAB II FILSAFAT KONTEMPORER DAN FILSAFAT POSMODERNISME

E. POSTMODERNISME

6. Keunggulan Dan Kekurangan Filsafat Postmodernisme

Pertama, Pengingkaran atas semua jenis ideology. Konsep berfilsafat dalam era postmodernisme adalah hasil penggabungan dari berbagai jenis fondasi pemikiran. Mereka tidak mau terkungkung dan terjebak dalam satu bentuk fondasi pemikiran filsafat tertentu.

Kedua, menggantikan peran cerita-cerita besar menuju cerita-cerita kecil, dimana aliran modernism dianggap bergantung dan terpaku pada grand narrative dari kemapanan filsafat yang hanya mengandalkan akal, dialektika roh, emansipasi subjek yang rasional, dan sebagainya.

Ketiga, aliran ini tidak meniru sesuatu yang ada (pemikiran) tetapi menggunakan sesuatu yang sudah ada dengan gaya baru.

b. Kelemahan Postmodernisme adalah :

Pertama, postmodernisme tidak memiliki asas-asa yang jelas (universal dan permanen). Bagaimana mungkin akal sehat manusia dapat menerima sesuatu yang tidak jelas asas dan landasannya? Jika jawaban mereka positif, jelas sekali hal itu bertentangan dengan pernyataan mereka sendiri, sebagaimana postmodernisme selalu menekankan untuk mengingkari bahkan menentang hal-hal yang bersifat universal dan permanen.

Kedua, adalah segala pemikiran yang hendak merevisi modernisme, tidak dengan menolak modernisme itu secara total, melainkan dengan memperbaharui premis-premis modern di sana-sini saja. Ini dimaksudkan lebih merupakan "kritik imanen" terhadap modernisme dalam rangka mengatasi berbagai konsekuensi negatifnya. Misalnya, mereka tidak menolak sains pada dirinya sendiri, melainkan hanya sains sebagai ideologi dan scientism saja di mana kebenaran ilmiahlah yang dianggap kebenaran yang paling sahih dan meyakinkan.

Ketiga, pemikiran-pemikiran yang terkait erat pada dunia sastra dan banyak berurusan dengan persoalan linguistik. Kata kunci yang paling populer dan digemari oleh kelompok ini adalah "dekontruksi".

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Satu hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa pragmatisme merupakan filsafat bertindak. Dalam menghadapi berbagai persoalan, baik bersifat psikologis, epistemologis, metafisik, religius dan sebagainya, pragmatisme selalu mempertanyakan bagaimana konsekuensi praktisnya. Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey. Mereka berdualah yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang, karena di Amerika Serikat pragmatisme mendapat tempat tersendiri dengan melekatnya nama William James sebagai tokohnya, disamping John Dewey. Diakui atau tidak, paham pragmatisme menjadi sangat berpengaruh dalam pola pikir bangsa Amerika Serikat. Pengaruh pragmatisme menjalar di segala aspek kehidupan, tidak terkecuali di dunia pendidikan.

Inti pemikiran aliran eksistensialisme adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka. Søren Aabye Kierkegaard dan Jean Paul Sartre dianggap filosof yang dapat mewakili aliran ini. Søren menggambarkan tentang eksistensialisme manusia dalam perkembangan religius. Sartre sendiri mengatakan manusia itu memiliki kemerdekaan untuk membentuk dirinya, dengan kemauan dan tindakannya sendiri.

Posmodernisme merupakan suatu paham yang mengkritisi dan melampaui nilai-nilai dan pandangan yang diusung oleh zaman sebelumnya terkhusus pada modernisme yang dinilai gagal dan sebagai bentuk reaksi pemberontakan dan kritik atas janji modernisme. Filsafat postmodern pertama kali muncul di Perancis pada sekitar tahun 1970-an, ketika Jean Francois Lyotard menulis pemikirannya

tentang kondisi legitimasi era posmodern, dimana narasi-narasi besar dunia modem. Aliran posmodernisme berkembang pesat pada 1970an dengan beberapa tokoh yang gigih menolak aliran modernism, tokoh-tokoh tersebut antara lain Jeans Francois Lyotard, Friedrich Wilhelm Nietzsche sche, Jacques Derrida, Michel Foucalt dan lain sebagainya.

Fenomenologi adalah suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan juga sebagai suatu pendirian atau aliran filafat. Akan tetapi dalam mazgab filsafat fenomenologi memiliki asumsi-asumsi sebagai dasarnya.

Edmund Husserl (1859–1939) membawa fenomenologi berubah menjadi sebuah disiplin ilmu filsafat dan metodologi berfikir yang mengusung tema Epoche-Eiditic Vision danLebenswelt sebagai sarana untuk mengungkap fenomena dan menangkap hakikat yang berada dibaliknya. Ia kemudian dikenal sebagai tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi.

Dalam pemahaman Edmund Husserl, fenomenologi adalah suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman yang didapat secara langsung seperti religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Ia juga menyarakan fokus utama filsafat hendaknya tertuju kepada penyelidikan susunan kesadaran itu sendiri, sehingga akan nampaklah objek kesadaran (fenomenon) tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Fenomenologi sebaiknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.

Dalam khasanah metodologi ilmu sosial, fenomenologi merupakan salah satu bentuk inovasi karena mampu meninggalkan syarat dalam sebuah penelitian yang termanifestasi dengan menggunakan sebuah hipotesa dalam kerangka penyusunan.

Postmodernisme bersifat relative. Kebenaran adalah relative, kenyataan (realita) adalah relative, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain. Hal tersebut jelas mempunyai implikasi bagaimana kita memandang diri dan mengkonstruk identitas diri. Hal ini senada dengan devisi dari Friedrich Wiliam Nietzsche (1844-1900) yang dikenal sebagai nabi dari postmodernisme. Dia mengatakan bahwa ”Ada banyak macam mata. Bahkan sphink juga mamiliki mata, dan oleh sebab itu ada banyak macam kebenaran, dan

Sumbangsih postmodernisme bagi agama, yakni paradigma berpikir dan cara beragama yang baru, dialog dan cara beragama yang baru melalui kemanusiaan titik pijak yang baru. Manusia mempunyai hubungan dengan realitas tertinggi yakni Allah. Sedangkan sumbangsih filsafat postmodernisme terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi di jelaskan oleh Toffler yang manggambarkan peradaban pasca-modern itu sebagai datangnya industri-industri baru yang didasarkan pada komputer, elektronik, informasi, bioteknologi. Ini memungkinkan pabrikasi yang fleksibel, pasar lokal, meluasnya pekerjaan paruh-waktu, dan de- masivisasi media, dan mengambarkan fusi baru antara produser dan konsumer dan terbentuknya apa yang disebut sebagai prosumer. Ini menggambarkan pergeseran pekerjaan ke rumah dan perubahan-perubahan dalam bidang politik dan sistem pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aceng, dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarata: Prenada Meda Grup.

Cahyani, Rina. 2011. Derrida; Biografi Dan Pemikiran. Http://profil.merdeka.com/mancanegara/j/jacques-derrida/. Diakses tanggal 27 Februari 2013 pukul 15:51 WIB

Hadiwijoyo, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Percetakan Kanisius, Yogyakarta. Hadiwijono, H.1995. Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius.

Kattsoft, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. (terjemah). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Magnis Suseno, Franz., 2000. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius. Magnis Suseno, Franz., 2006. Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.

Rodliyah, Ummi. 2011. Postmodernisme Dalam Pandangan Jean Francois Lyotard. http://www.tokohposmodernisme.com/html/.(diakses tanggal 27 Februari 2013 pukul 15:51 WIB)

Septin. 2007. Metanarative. http://septian.wordpress.com/2007/10/06/apa-itu-meta- narrative/

Solihin. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern. Bandung: Pusta Setia

Sudarsono, Drs. 1993. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Surya.2010. Mengenal Postmodern.http://suyadian.wordpress.com/2010/17/06/mengenal- postmodern/).

Syadali, Ahmad dkk. 1997. Filsafat Umum. Cet 1. Bandung: Cv .Pustaka Setia Tafsir, A.2001. Filsafat Umum. Bandung: Rosda.

Thevenaz, Pierre.1962. What is Phenomenology? Chicago: Quadrangle Books

Yanur, Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme. Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html. diakses pada tanggal 14-02-2013

Yanur, Fadli. 2008. Pandangan Pragmatisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan. Tersedia pada (http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-pragmatisme.html)

Dalam dokumen filsafat kontemporer dan postmodernisme dan (Halaman 46-51)

Dokumen terkait