• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KITAB WASHAYA AL-ABA’ LI AL-ABNA’ KARYA MUHAMMAD SYAKIR

2) Keutamaan amanah

Salah satu ciri Muslim yang mempunyai akhlak-al karimah

adalah selalu memegang amanah. Orang yang selalu memegang amanah adalah orang yang terpercaya, yang mempunyai nurani yang hidup serta hati yang bersih. Amanah sesungguhnya sangat berat karena di dalamnya mencakup berbagai hukum agama yang esensial. Sebab Tidak bisa memikul amanah menandakan lemahnya iman.

Dalam Kitab Washaya al-Aba’ li al Abna’, Muhammad Syakir menjelaskan:

ﲎﺑﺎﻳ

:

ﺎﻫﺪﺿﻭ ،ﹺﻞﺋﺎﻀﹶﻔﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﹸﻥﺎﺴﻧﺎﹾﻟﺍ ﻪﹺﺑ ﻰﱠﻠﺤﺘﻳﺎﻣ ﹺﻞﻤﺟﹶﺍ ﻦﻣ ﹸﺔﻧﺎﻣﹶﻻﹶﺍ

ﹸﺔﻧﺎﻴﺨﹾﻟﺍ

:

ﻩﹺﺭﺪﹶﻗ ﻦﻣ ﱡﻆﺤﺗﻭ ﹶﻥﺎﺴﻧﺎﹾﻟﺍ ﻦﻴﺸﺗ ﻰﺘﱠﻟﺍ ﹺﻞﺋﹶﺫّﺮﻟﺍ ﹺﺢﺒﹾﻗﹶﺍ ﻦﻣ ﻰﻫﻭ

Wahai anakku, sifat amanah adalah perhiasan manusia yang paling indah dan termasuk satu keutamaan. Kebalikan daripadanya adalah khianat. Yaitu sifat terburuk di antara perbuatan-perbuatan rendah dan hina, yang dapat mencemarkan nama baik dan merendahkan martabat seseorang

ﹸﺔﻧﺎﻣﹶﺎﹾﻟﹶﺍ

-ﲎﺑﺎﻳ

:

-ﹸﻞﻫﹶﺍ ﹸﺔﻴﹾﻠﺣ

ﹺﻕﺪﺼﻟﺍ ﻊﻣ ﻰﻫﻭ ﹺﻢﹾﻠﻌﹾﻟﺍ ﹸﻞﻫﹶﺍ ﹸﺔﻨﻳﹺﺯﻭ ﹺﻞﻀﹶﻔﹾﻟﺍ

ﻡﺎﹶﻠﺴﻟﺍﻭ ﹸﺓﺎﹶﻠﺼﻟﺍ ﻢﹺﻬﻴﹶﻠﻋ ﹺﻞﺳﺮﻟﺍ ﺕﺎﹶﻔﺻ ﻦﻣ

Wahai anakku, sifat amanah (dapat dipercaya) adalah perhiasan bagi orang-orang mulia dan orang-orang yang berilmu. Sifat amanah dan jujur termasuk sebagian dari sifat para rasul Allah as

ﲎﺑﺎﻳ ﻩﺬﻫ

:

ﺎﻀﻳﹶﺍ ﺶﻏﻭ ﺎﻌﻣ ﹲﺔﹶﻟﺎﻬﺟﻭ ﹲﺔﻧﺎﻴﺧ

:

ﻢﹶﻟ ﺎﹰﻠﻫﺎﺟ ﺖﻨﹸﻛﺍﹶﺫﺍ ﻚﺘﻴﹶﻠﹶﻓ

ﺎﺷﺎﺸﹶﻏ ﺎﹶﻟﻭ ﺎﻨﺋﺎﺧ ﻦﹸﻜﺗ

.

ﹺﻖﺗﺎﹶﻓ

ﻰﻨﺑﺎﻳ

:

ﺪﹺﻬﺘﺟﺍﻭ ،ﺍﹶﺬﻫ ﹺﻞﹾﺜﻣ ﻰﻓ ﻉﻮﹸﻗﻮﹾﻟﺍ

ﺗ ﻚﺳﺭﺩ ﻰﻓ

ﺶﻐﻟﺍﻭ ﺔﻧﺎﻴﺨﹾﻟﺍ ﻦﻣ ﻢﹶﻠﺴﺗﻭ ﹺﻢﹾﻠﻌﹾﻟﺍ ﹺﻢﱠﻠﻌﺘ

.

ﻚﺘﻳﺍﺪﻫ ﻰﱠﻟﻮﺘﻳ ُﷲﺍﻭ

ﻙﺩﺎﺷﺭﺍﻭ

Wahai anakku, hal yang demikian itu adalah pengkhianatan, kebodohan dan sekaligus penipuan. Biarlah kamu menjadi orang bodoh asalkan tidak menjadi pengkhianat dan penipu. Berhati-hatilah jangan sampai terjerumus dalam hal yang hina ini. Berusahalah untuk sungguh-sungguh dalam belajarmu agar terhindar dari perbuatan khianat dan menipu diri sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kuasa memberikan petunjuk dan membimbingmu. 39

Maka dari itu Muhammad Syakir memberikan pengarahan serta himbauan terhadap anak didiknya untuk selalu memegang amanah. Beliau berkata; “Amanat adalah kebalikan dari khianat, khianat adalah perbuatan buruk yang dapat menurunkan derajat manusia, amanat adalah perhiasan orang siddiq, jagalah amanat yang telah dipercayakan padamu, baik harta, rahasia, jangan sampai engkau terkenal dengan sebutan pengkhianat, karena bisa menjadikan hilangnya kepercayaan padamu, janganlah berkhianat walau hanya niat, jangan membuka barang orang lain walau hanya bermaksut melihat isinya, itu termasuk khianat, jangan mata matai temanmu, jangan membaca surat orang lain, jangan bercanda dengan cara khianat, jangan menyembunyikan barang orang lain, walau hanya bercanda, bisa jadi mereka menjadi selalu curiga padamu, jangan menghianati diri sendiri, dengan cara nyontek

ketika ujian, yang menyebabkan engkau terlihat bisa, atau bertanya dan melihat jawaban temanmu.

Islam mengikutkan sifat amanah pada semua sisi kehidupan seorang Muslim, baik dalam agama, penitipan, perkataan, tindakan, maupun jual beli. Anggota tubuh pun juga merupakan amanah. Maka tubuh tidak beleh digunakan kecuali untuk taat kepada Allah. Harta benda juga merupakan amanah, maka hendaklah manusia tidak terbelenggu karenanya dan tidak bermaksiat kepada Allah dengannya.

Dalam menjelaskan tentang amanah, Muhammad Syakir dengan detailnya menjabarkan segala bentuk amanat dan yang termasuk khianat. Amanat memang berat, tetapi barang siapa yang menjalankan amanat dengan penuh keikhlasan ia akan mendapat pahala berlipat.

Secara tidak langsung Muhammad Syakir juga menghimbau kepada para pendidik untuk memberi perhatian terhadap pemberian motivasi untuk menjaga dan menyampaikan amanah. Sebab di dalamnya terdapat hak-hak Allah dan manusia. Dalam hal ini Allah berfirman :

                            

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS. Al-Ahzab : 72)40

Rasulullah adalah seorang pendidik pertama yang senantiasa memberi pengarahan kepada kaum muslimin untuk

40Al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 72, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1990, hal. 680

menjaga dan menyampaikan amanah. Beliau besabda,“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak bisa menjalankan amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa memegang janji.” 3) Keutamaan ‘iffah (kesucian diri)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa ‘iffah adalah pengekangan terhadap hawa nafsu.41 Begitu juga di dalam Kamus Arab-Indonesia, iffah adalah sesuatu hal untuk berpantang dari hal-hal yang tidak baik/ tidak halal dan hal tersebut merupakan bentuk dari kesucian diri.42 Sedangkan dalam Ensiklopedi Muslim disebutkan Iffah yaitu selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat merusak kehormatan dan kesucian, dan merupakan salah satu upaya untuk mencapai akhlakul karimah.43

Muhammad Syakir memberikan keterangan tentang Iffah

yaitu:

ﹸﺔﱠﻔﻌﹾﻟﹶﺍ

-ﲎﺑﺎﻳ

:

ﻚﺴﹾﻔﻧ ﹾﻞﻤﺣﺎﹶﻓ ﹺﺭﺍﺮﺑﹶﻻﹾﺍ ﺕﺎﹶﻔﺻ ﻦﻣﻭ ،ﹺﺭﺎﻴﺧﹶﻻﹾﺍ ﹺﻕﺎﹶﻠﺧﹶﺍ ﻦﻣ

ﻚﻴﻓ ﹰﺔﺨﺳﺍﺭ ﹰﺔﹶﻜﹶﻠﻣ ﺮﻴﺼﺗ ﻰﺘﺣ ،ﺎﻬﹺﺑ ﹺﻖﱡﻠﺨﺘﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ

Wahai anakku, iffah (menahan diri) adalah sebagian dari akhlak orang-orang mulia dan salah satu sifat orang-orang baik. Oleh karena itu, berusahalah menghiasi dirimu dengannya, sehingga ia menjadi watak dan tertanam kuat dalam hatimu.

ﺎﻋﻮﻨﹶﻗ ﹶﻥﻮﹸﻜﺗ ﹾﻥﹶﺍ ﺔﱠﻔﻌﹾﻟﺍ ﻦﻣ

:

ﻯﹺﻭﹶﺫ ﻰﹶﻠﻋ ﻚﹺﺑﺍﺮﺷﻭ ﻚﻣﺎﻌﹶﻄﹺﺑ ﻦﻀﺗﹶﻻ

ﹶﻠﻋ ﹶﻻﻭ ﺕﺎﺟﺎﺤﹾﻟﺍ

ﻚﹺﻧﺍﻮﺧﺍ ﻦﻣ ﺪﺣﹶﺍ ﻰ

Tanda-tanda iffah di antaranya adalah sikapmu yang qanaah (puas menerima pemberian Allah), tidak kikir memberi makanan dan minuman terhadap orang yang membutuhkan dan juga terhadap teman-temanmu.

41 Suharso,dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang, hlm. 174.

42 Atabik Ali, KamusAl-Asyri Arab-Indonesia, Multi Karya Grafika, Yogyakarta, 1998, hlm. 1302.

ﲏﺑﺎﻳ

:

ﹶﻘﺗ ﹾﻥﹶﺍ ﺔﱠﻔﻌﹾﻟﺍ ﻦﻣ

ﻰﹶﻠﻋ ﻙﺎﹶﻠﻤﺣ ﺍﹶﺫﺍ ﺎﻤﻬﹶﻟﺩﺎﹶﻘﻨﺗ ﹶﻼﹶﻓ ،ﻙﺍﻮﻫﻭ ﻚﺴﹾﻔﻧ ﻡﹺﻭﺎ

ﻚﻤﻬﻨﻳﻭ ﺩﺎﺴﹶﻔﹾﻟﺍ ﹸﻞﻫﹶﺍ ﺎﻬﻴﹶﻟﺍ ﻉﺭﺎﺴﺘﻳ ﻰﺘﱠﻟﺍ ﺔﺤﻴﹺﺒﹶﻘﹾﻟﺍ ﺕﺍﹶﺬﱠﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﺊﻴﺷ ﹺﺐﹶﻠﹶﻃ

ﹺﺭﺎﺠﹸﻔﻟﹾﺍﻭ ﹺﺭﺍﺮﺷﹶﺎﹾﻟﺍ ﺎﻬﹺﺑﺎﹶﻠﹶﻃ ﻰﻓ

Wahai anakku, di antara tanda iffah adalah kemampuan menahan diri dan nafsu. Jangan menuruti ajakan nafsu untuk memperoleh suatu kesenangan yang hina, sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan diburu oleh orang-orang-orang-orang jahat. 44

Ringkasan dari iffah menuruh Muhammad Syakir yaitu: “iffah merupakan sebagian dari akhlak orang-orang mulia, tanda-tanda ‘iffah adalah sikap yang qana’ah, tidak kikir, serta kemampuan menahan diri dan nafsu, menjauhi segala hal yang diharamkan, menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi, dan waspada terhadap bujuk rayu setan

Menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin menyebutkan, iffah adalah kekuatan syahwat dibawah bimbingan dan petunjuk hikmah, yakni dibawah dibawah petunjuk akal pikiran dan syariat.45 Menurut Abu Mujahidul Islam, iffah adalah memelihara diri dari perbuatan buruk (maksiat/tercela), untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri, yang hal ini bisa tercapai dengan menghadapi hawa nafsu46

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ‘iffah adalah menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan menjaga dari hal-hal yang diharamkan. Untuk memperoleh pokok ini, maka seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga pandangan, pergaulan dan pakaian dari hal-hal yang tercela dan juga menjaga diri dari hawa nafsu yang rendah yaitu

44 Syaikh Muhammad Syakir, Op. Cit, hal. 69-74

45 Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al- Ghozali, Bumi Aksra, Jakata, 1991, hal. 104.

menjaga diri dari hawa nafsu terhadap kedudukan, harta, perut dan kemaluan.

Dari ungkapan Muhammad Syakir di atas, iffah dapat di peroleh dengan tanda-tanda ‘iffah adalah sikapmu yang qana’ah, tidak kikir, serta kemampuan menahan diri dan nafsu, dan menjauhi segala hal yang diharamkan.

Dokumen terkait