BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN MAHKAMAH
1. Kewenangan Mahkamah Agung
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN HUKUM ISLAM
A. Mahkamah Agung
1. Kewenangan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung mempunyai kewenangan sebagai badan
penyelanggara peradilan kasasi yang bertugas membina keseragaman
dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali,
serta menjaga agar semua hukum dan undang-undang di seluruh wilayah
negara Republik Indonesia diterapkan secara adil, tepat dan benar. Di
samping itu, tugasnya sebagai pengadilan kasasi, Mahkamah Agung
berwenang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir
semua sengketa tentang kewenangan mengadili dan permohonan
peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum
kekuatan hukum tetap.1 Sebab Mahkamah Agung dalam kewenangannya
membatalkan putusan atau penetapan pengadilan di tingkat kasasi dari
semua Lingkungan Peradilan di bawah Mahkamah Agung antara lain:
a. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.2
1
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/681.pdf (10 Oktober 2018), Pasal 28, 29, 30, 33 dan 34.
2
28
Selain itu, Mahkamah Agung berwenang memutus dalam tingkat
akhir semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan
muatannya oleh kapal perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan
yang berlaku.3 Di dalam penjelasan undang-undang, kapal yang dimaksud
ialah kapal laut dan kapal udara.
Kewenangan Mahkamah Agung yang lainnya ialah hak uji materiil,
yaitu wewenang menguji atau menilai secara materiil peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang tentang hal apakah suatu
peraturan ditinjau dari isinya atau materinya bertentangan dengan
peraturan dari tingkat yang lebih tinggi. Pengujian boleh hanya ayat, pasal
tertentu saja atau sebagian dari peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang yang dianggap bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Dan pengujian undang-undang perihal
pembentukannya yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.4
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya
peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan
yang dilakukan pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama
dan wajar dengan berpedoman pada asas peradilan yang sederhana, cepat,
dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985, Pasal 78
4
Republik Indonesia,
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=ju4kipWbhetYkR%2FjIKGMbNGdgU2USBT6EM3pJ%2F OLDSs%3D, Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, (10 Oktober 2018), Pasal 31.
29
dan memutuskan perkara.5 Mahkamah Agung juga melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan pengadilan dan tingkah laku para hakim
dan perbuatan pejabat pengadilan dalam menjalankan tugas yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas pokok kekuasaan kehakiman yang di dalam hal
menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan, teguran
dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim. 6 Dan
terhadap penasehat hukum dan notaris sepanjang yang menyangkut
peradilan.7
Mahkamah Agung juga dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan, apabila terdapat
hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang tentang Mahkamah
Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan
hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan.8
Mahkamah Agung dapat memberi peraturan acara sendiri bilamana
dianggap perlu untuk mencukupi hukum acara yang sudah diatur
undang-undang.
Mahkamah Agung memberikan nasehat-nasehat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga tinggi negara
5
Republik Indonesia, Undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, https://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c3575ad56a17/node/2451, (10 Oktober 2018), pasal 4.
6
Ibid., Pasal 10.
7
Republik Indonesia,Undang-Undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985, pasal 36.
8
Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Pasal 79 .
30
lainnya.9 Dan berwenang memberikan nasehat kepada presiden selaku
kepala negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi.10Selanjutnya
Perubahan pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 14 ayat 1, Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada presiden selaku kepala negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan di semua lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan pasal 25 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.11
Badan-badan peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 secara organisatoris, administratif dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah departemen yang bersangkutan, walaupun menurut pasal 11 ayat 1 undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Dan tentang Kepaniteraan Pengadilan, Mahkamah Agung juga berwenang mengatur tentang tugas serta tanggung
jawab, susunan organisasi dan tata kerja Kepaniteraan Pengadilan.12
9 Ibid., Pasal 37. 10 Ibid., Pasal 35. 11 Ibid., Pasal 38. 12
Republik Indonesia, Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1999_35.pdf., Pasal 11.
31
Selain tugas pokok untuk menerima atau memeriksa dan mengadili
serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, berdasar
pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1971 dan Pasal 38
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung dapat diserahi
tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang.