• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEY SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Dalam dokumen PT BATULICIN NUSANTARA MARITIM Tbk (Halaman 43-48)

Pertimbangan (lanjutan) Judgments (continued)

Kelangsungan Usaha Going concern

Manajemen Perusahaan telah melakukan penilaian terhadap kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usaha dan menilai keyakinan bahwa Perusahaan memiliki sumber daya untuk melanjutkan bisnis di masa mendatang. Selain itu, manajemen menilai tidak adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan Perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, laporan keuangan dilanjutkan untuk disusun atas basis kelangsungan usaha. Rincian terkait masalah ini diungkapkan dalam Catatan 27.

The Company’s management has made an assessment of the Company’s ability to continue as a going concern and is satisfied that the Company has the resources to continue in business for the foreseeable future. Furthermore, the management is not aware of any material uncertainties that may cast significant doubt upon the Company’s ability to continue as a going concern. Therefore, the financial statements continue to be prepared on the going concern basis. Details related to this matter are disclosed in Note 27.

Klasifikasi Instrumen Keuangan Classification of Financial Instruments Perusahaan menetapkan klasifikasi atas aset dan

liabilitas tertentu sebagai aset dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan bila definisi yang ditetapkan PSAK 55 dipenuhi. Dengan demikian, aset dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti diungkapkan pada Catatan 2d.

The Company determines the classifications of certain assets and liabilities as financial assets and liabilities by judging if they meet the definition set forth in PSAK 55. Accordingly, the financial assets and liabilities are accounted for in accordance with the Company’s accounting policies disclosed in Note 2d.

Penentuan Mata Uang Fungsional Determination of Functional Currency Mata uang fungsional Perusahaan adalah mata

uang dari lingkungan ekonomi primer dimana Perusahaan beroperasi. Mata uang tersebut adalah mata uang yang mempengaruhi pendapatan dan beban dari jasa yang diberikan. Berdasarkan penilaian manajemen Perusahaan, mata uang fungsional adalah Rupiah.

The functional currency of the Company is the currency of the primary economic environment in which the Company operates. It is the currency that mainly influences the revenue and cost of rendering services. Based on the Company’s management assessment, the Company’s functional currency is Rupiah.

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

3. PERTIMBANGAN KRITIS AKUNTANSI DAN

SUMBER UTAMA KETIDAKPASTIAN ESTIMASI (lanjutan)

3. CRITICAL ACCOUNTING JUDGMENTS AND

KEY SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Pertimbangan (lanjutan) Judgments (continued)

Sewa Lease

Perusahaan mempunyai perjanjian-perjanjian sewa dimana Perusahaan bertindak sebagai lessee untuk sewa kapal. Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat risiko dan manfaat yang signifikan dari aset sewa yang dialihkan berdasarkan PSAK 30 “Sewa”, yang mensyaratkan Perusahaan untuk membuat pertimbangan dengan estimasi dari pengalihan risiko dan manfaat terkait dengan kepemilikan aset.

The Company has several lease agreements where the Company acts as lessee in respect of rentals of vessel. The Company evaluates whether significant risk and rewards of ownership of the leased assets are transferred based on PSAK 30 “Leases”, which requires the Company to make judgment and estimates of the transfer of risks and rewards related to the ownership of assets.

Berdasarkan hasil penelaahan yang dilakukan Perusahaan atas perjanjian sewa kapal yang ada saat ini, maka sewa kapal diklasifikasikan sebagai sewa operasi.

Based on the review performed by the Company for the current rental agreements of vessel, the rentals of vessel are classified as operating leases.

Komitmen Sewa Operasi - Sebagai Lessor Operating Lease Commitments - as lessor Perusahaan telah mengadakan perjanjian sewa

kapal laut. Perusahaan telah menentukan, berdasarkan evaluasi dari persyaratan dan kondisi perjanjian, bahwa Perusahaan mempertahankan semua risiko dan manfaat signifikan dari kepemilikan kapal ini dan mengakui kontrak tersebut sebagai sewa operasi.

The Company has entered into fleet leases. The Company has determined, based on an evaluation of the terms and conditions of the arrangements, that it retains all the significant risks and rewards of ownership of these fleet and accounts for the contracts as operating leases.

Estimasi dan Asumsi Estimates and Assumptions

Asumsi utama mengenai masa depan dan sumber utama lain dalam mengestimasi ketidakpastian pada tanggal pelaporan yang mempunyai risiko signifikan yang dapat menyebabkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas dalam periode berikutnya diungkapkan di bawah ini. Perusahaan mendasarkan asumsi dan estimasi pada parameter yang tersedia saat laporan keuangan disusun. Asumsi dan situasi mengenai perkembangan masa depan mungkin berubah akibat perubahan pasar atau situasi di luar kendali Perusahaan. Perubahan tersebut tercermin dalam asumsi ketika keadaan tersebut terjadi.

The key assumptions concerning the future and other key sources of estimation uncertainty at the reporting date that have a significant risk of causing a material adjustment to the carrying amounts of assets and liabilities within the next financial period are disclosed below. The Company based its estimates and assumptions on parameters available when the financial statements were prepared. Existing circumstances and assumptions about future developments may change due to market changes on circumstances arising beyond the control of the Company. Such changes are reflected in the assumptions when they occur.

SUMBER UTAMA KETIDAKPASTIAN ESTIMASI (lanjutan)

KEY SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)

Penyisihan atas Penurunan Nilai Piutang Usaha Allowance for Impairment of Trade Receivables Perusahaan mengevaluasi akun tertentu jika

terdapat informasi bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi liabilitas keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada, jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan status kredit dari pelanggan berdasarkan catatan kredit dari pihak ketiga dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi yang spesifik atas jumlah piutang pelanggan guna mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan. Provisi yang spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan penurunan nilai piutang.

The Company evaluates specific accounts where it has information that certain customers are unable to meet their financial obligations. In these cases, the Company uses judgment, based on the best available facts and circumstances, including but not limited to, the length of its relationship with the customer and the customer‟s current credit status based on third party credit reports and known market factors, to record specific provisions for customers against amounts due to reduce its receivable amounts that the Company expects to collect. These specific provisions are re-evaluated and adjusted as additional information received affects the amounts of allowance for impairment of trade receivables.

Bila Perusahaan memutuskan bahwa tidak terdapat bukti obyektif atas penurunan nilai pada evaluasi individual atas piutang usaha, baik yang nilainya signifikan maupun tidak, Perusahaan menyertakannya dalam kelompok piutang usaha dengan risiko kredit yang serupa karakteristiknya, yaitu berdasarkan wilayah geografis pelanggan, dan melakukan evaluasi kolektif atas penurunan nilai, berdasarkan umur piutang. Karakteristik yang dipilih mempengaruhi estimasi arus kas masa depan atas kelompok piutang usaha tersebut karena merupakan indikasi bagi kemampuan pelanggan untuk melunasi jumlah terutang.

If the Company determines that no objective evidence of impairment exists for an individually assessed trade receivables, whether significant or not, it includes the asset in a group of trade receivables with similar credit risk characteristics, based on geographical location of the customers, and collectively assesses them for impairment in accordance with their respective age. The characteristics chosen are relevant to the estimation of future cash flows for groups of such trade receivables by being indicative of the customers‟ ability to pay all amounts due.

Nilai tercatat piutang usaha Perusahaan sebelum cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal 31 Desember 2019 dan 2018 diungkapkan dalam Catatan 5.

The carrying amount of the Company‟s trade receivables before allowance for impairment losses as of December 31, 2019 and 2018 are disclosed in Note 5.

Penilaian Instrumen Keuangan Valuation of Financial Instruments Perusahaan mencatat aset dan liabilitas keuangan

tertentu pada nilai wajar, yang mengharuskan penggunaan estimasi akuntansi. Sementara komponen signifikan dari pengukuran nilai wajar ditentukan dengan menggunakan bukti objektif yang dapat diverifikasi, jumlah perubahan nilai wajar akan berbeda jika Perusahaan menggunakan metodologi penilaian yang berbeda. Setiap perubahan dalam nilai wajar aset dan liabilitas keuangan ini akan berdampak langsung pada laba rugi Perusahaan. Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan diungkapkan pada Catatan 21.

The Company carries certain financial assets and liabilities at fair values, which requires the use of accounting estimates. While significant components of fair value measurement were determined using verifiable objective evidences, the amount of changes in fair values would differ if the Company utilized different valuation methodology. Any changes in fair values of these financial assets and liabilities would affect directly the Company's profit or loss. The fair value of financial assets and financial liabilities are disclosed in Note 21.

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

3. PERTIMBANGAN KRITIS AKUNTANSI DAN

SUMBER UTAMA KETIDAKPASTIAN ESTIMASI (lanjutan)

3. CRITICAL ACCOUNTING JUDGMENTS AND

KEY SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)

Penurunan Nilai Aset Nonkeuangan Impairment of Non-financial Assets Penurunan nilai muncul saat nilai tercatat aset atau

Unit Penghasil Kas (UPK) melebihi nilai terpulihkannya, yang lebih besar antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual didasarkan pada ketersediaan data dari perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam transaksi normal atas aset serupa atau harga pasar yang dapat diamati dikurangi dengan biaya tambahan yang dapat diatribusikan dengan pelepasan aset. Perhitungan nilai pakai didasarkan pada model arus kas yang didiskontokan. Data arus kas diambil dari anggaran untuk lima tahun yang akan datang dan tidak termasuk aktivitas restrukturisasi yang belum dilakukan oleh Perusahaan atau investasi signifikan dimasa datang yang akan memutakhirkan kinerja aset dari UPK yang diuji. Nilai terpulihkan paling dipengaruhi oleh tingkat diskonto yang digunakan dalam model arus kas yang didiskontokan, sebagaimana juga jumlah arus kas masuk di masa datang yang diharapkan dan tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk tujuan ekstrapolasi.

An impairment exists when the carrying value of an asset or cash generating unit exceeds its recoverable amount, which is the higher of its fair value less costs to sell and its value in use. The fair value less costs to sell calculation is based on available data from binding sales transactions in an arm‟s length transaction of similar assets or observable market prices less incremental costs for disposing of the asset. The value in use calculation is based on a discounted cash flow model. The cash flows are derived from the budget for the next five years and do not include restructuring activities that the Company is not yet committed to or significant future investments that will enhance the asset‟s performance of the cash generating unit being tested. The recoverable amount is most sensitive to the discount rate used for the discounted cash flow model as well as the expected future cash inflows and the growth rate used for extrapolation purposes.

Manajemen berkeyakinan tidak terdapat penurunan nilai aset non keuangan pada tanggal 31 Maret 2020 dan 31 Desember 2019.

Management believes that there is no indication of potential impairment of non-financial assets as of March 31, 2020 and December 31, 2019.

Penyusutan Aset Tetap Depreciation of Property and Equipment

Biaya perolehan aset tetap disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomisnya. Manajemen mengestimasi masa manfaat ekonomis aset tetap antara 4 sampai dengan 20 tahun. Ini adalah umur yang secara umum diharapkan dalam industri dimana Perusahaan menjalankan bisnisnya. Perubahan tingkat pemakaian dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai sisa aset, dan karenanya biaya penyusutan masa depan dapat direvisi. Nilai tercatat aset tetap diungkapkan dalam Catatan 9.

The cost of property and equipment is depreciated on straight-line method over their estimated useful lives. Management estimates the useful lives of these property and equipment to be within 4 to 20 years. These are common life expectancies applied in the industries where the Company conducts their business. Changes in the expected level of usage and technological development could impact the economic useful lives and the residual values of these assets, and therefore future depreciation charges could be revised. The carrying amounts of property and equipment are disclosed in Note 9.

SUMBER UTAMA KETIDAKPASTIAN ESTIMASI (lanjutan)

KEY SOURCES OF ESTIMATION UNCERTAINTY (continued)

Estimasi dan Asumsi (lanjutan) Estimates and Assumptions (continued)

Imbalan Kerja Jangka Panjang Long-term Employee Benefits

Penentuan utang dan liabilitas imbalan kerja jangka panjang Perusahaan bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji tahunan, umur pensiun, dan tingkat mortalitas. Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Perusahaan diakui segera dalam laporan posisi keuangan dengan debit atau kredit ke saldo laba melalui penghasilan komprehensif lainnya dalam periode terjadinya. Sementara Perusahaan berkeyakinan bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Perusahaan dapat mempengaruhi secara material liabilitas diestimasi atas pensiun dan imbalan kerja dan beban imbalan kerja neto. Nilai tercatat tentang liabilitas imbalan kerja jangka panjang diungkapkan dalam Catatan 15.

The determination of the Company’s long-term obligations and employee benefits liabilities is dependent on its selection of certain assumptions used by the independent actuaries in calculating such amounts. Those assumptions include among others, discount rates, future annual salary increase, retirement age and mortality rate. Actual results that differ from the Company’s assumptions are recognized immediately in the statement of financial position with a correspponding debit or credit to retained earnings through other comprehensive income in the period which they occur. While the Company believes that its assumptions are reasonable and appropriate, significant differences in the Company’s actual experiences or significant changes in the Company’s assumptions may materially affect its estimated liabilities for pension and benefits and net benefits expense. The carrying amounts of long-term employee benefits liabilities are disclosed in Note 15.

Pajak Penghasilan Income Tax

Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti dalam kegiatan usaha normal. Perusahaan mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan. Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 12.

Significant judgment is involved in determining the provision for corporate income tax. There are certain transactions and computation for which the ultimate tax determination is uncertain during the ordinary course of business. The Company recognizes liabilities for expected corporate income tax issues based on estimates of whether additional corporate income tax will be due. Further details are disclosed in Note 12.

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain) (Expressed in Rupiah, unless otherwise stated)

4. KAS DAN BANK 4. CASH ON HAND AND IN BANKS

Terdiri atas: Consists of:

31 Maret 2020/ 31 Desember 2019/ March 31, 2020 December 31, 2019

Kas 148.401.565 198.825.193 Cash on hand

Bank Cash in banks

PT Bank Mandiri PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk 15.233.746.285 6.620.728.514 (Persero) Tbk

PT Bank Negara PT Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk 309.893.660 1.852.529.137 Indonesia (Persero) Tbk

PT Bank Danamon PT Bank Danamon

Indonesia Tbk 17.316.817 17.413.154 Indonesia Tbk

Subtotal bank 15.560.956.762 8.490.670.805 Subtotal cash in banks

Total 15.709.358.327 8.689.495.998 Total

Dalam dokumen PT BATULICIN NUSANTARA MARITIM Tbk (Halaman 43-48)

Dokumen terkait