• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords : drift gillnet, mesh size , selectivity curve, Matsuoka methods, experimental fishing

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Studi tentang selektivitas alat tangkap mulai dikenal pada akhir tahun 1950- an dan berkembang pesat pada awal tahun 1970 an. Pengembangan berbagai model statistika dan analisa data memberikan pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip seleksi pada berbagai jenis alat penangkapan ikan Penelitian yangdilakukan dalam mempelajari selektivitas suatu alat tangkap pada umumnya melaluieksperimental fishing.Sebuah metode yang dikembangkan oleh Kawamura (1972) yang kemudian diperbaiki oleh Matsuoka (1995), penelitian selektivitas dapat dari hasil ikan yang didaratkan yang tidak menghabiskan waktu dan biaya.. Metode tersebut mempertimbangkan, bahwa untuk menilai ukuran selektivitas suatu jenis alat tangkap didasarkan pada variasi bentuk tubuh ikan, dan salah satu alat tangkap yang banyak dipelajari sebagai ukuran selektivitas adalah jaring insang.

Selektivitas jaring insang oleh Matsuoka (1995) didefinisikan sebagai suatu probabilitas atau peluang tertangkapnya ikan terjadi apabila keliling anterior (sekitar operculum) lebih kecil dan keliling maksimum tubuh ikan lebih besar daripada mesh perimeter, sedangkan kurva selektivitas merupakan distribusi probabilitas pada panjang ikan mendekati distribusi normal dari standar deviasi keliling tubuh ikan yang terkorelasi secara linear dengan panjang ikan. Dari estimasi kurva selektivitas akan diperoleh alat tangkap yang selektif. Martasuganda (2008) mengemukakan tentang alat tangkap selektif positif dan negatif dalam penentuan suatu ukuran mata jaring. Berdasarkan pada pemikiran tersebut penelitian selektivitas pada jaring insang hanyut cakalang dilakukan, melalui pengukuran hasil tangkapan ikan cakalang yang didaratkan di TPI, sehingga diperoleh ukuran panjang selektif terhadap distribusi frekuensi panjang ikan guna menentukan ukuran mesh size yang paling optimum dari jumlah tangkapan ikan terbanyak pada ukuran panjang selektif tertentu.

2

1.2 Perumusan masalah

Salah satu faktor utama dalam menentukan selektivitas jaring insang hanyut adalah mesh size. Ukuran mata jaring umumnya didefinisikan sebagai panjang dari seluruh mata jaring yang direntangkan (stretched.) Pada umumnya nelayan menggunakan ukuran mesh size dengan ukuran berbeda untuk menangkap jenis-jenis ikan ekonomis penting dalam wilayah yang sama. Ukuran mata jaring insang hanyut yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu berukuran antara 4 inchi – 4.5 inchi. Wahyono, M. M dan Susilowati.T (2008) menyatakan bahwa jaring insang hanyut yang digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang digunakan untuk menangkap cucut.Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bahwa hasil tangkapan ikan cakalang dengan jaring insang hanyut mengalami penurunan sejak penggunaan rumpon mulai berkembang pesat.

Untuk menentukan mesh size optimum pada jaring insang hanyut cakalang dilakukan kajian dari tiga jenis ukuran mesh size yang berbeda yaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan bahwa dari pengukuran terhadap ikan cakalang akan diperoleh distribusi frekuensi panjang cagak ikan cakalang dan hubungan antar keliling dan panjang ikan dapat menentukan peluang tertangkapnyan ikan terbanyak pada ukuran panjang selektif (ikan-ikan layak tangkap) sehingga dihasilkan suatu mesh size optimum.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan

Mengestimasi kurva selektivitas Matsuoka untuk memperoleh panjang selektif pada distribusi frekuensi panjang cagak ikan cakalang, berdasarkan pada hasil tangkapan terbanyak pada kisaran panjang selektif dari ikan-ikan yang layak tangkap guna menentukan mesh size optimum.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam menentukan kurva selektifitas drift gillnet tanpa experimental fishing untuk mendapatkan ikan

yang layak tangkap sehingga diperoleh mesh size optimum pada drift gillnet sebagai alat penangkapan ikan yang selektif untuk keberlanjutan sumberdaya ikan cakalang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup dari penelitian ini adalah pengukuran pada ikan cakalang dari hasil tangkapan menggunakan jaring insang hanyut dengan tiga ukuran mesh size yang berbeda, meliputi panjang cagak, berat ikan dan body girth(opercullum,maximum body girth dan net mark)

1. 6 Kerangka pemikiran

Keranagka pemikiran penelitian ini adalah membandingkan tiga jenis ukuran mesh size yaitu 4 inchi, 4.5 inchi dan 5.5 inchi). Perhitungan jumlah dan panjang ikan cakalang yang layak tangkap dilakukan melalui pengukuran antara standar deviasi keliling ikan terhadap panjang cagak membentuk regresi linear, dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode Matsuoka sehingga membentuk sebuah kurva selektifitas drift gillnet. Hasil analisis penelitian ini merupakan informasi awal dalam menentukan mesh size optimum pada drift gillnet.Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah (Gambar 1)

4

negatif

Positif

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Ikan Tujuan Penangkapan

Skipjack Tuna SumberdayaIkan Cakalang 3 ukuram Mesh size4inchi 4.5 inchi 5.5 inchi Layak/tidak layak sesuai

dengan panjang dan keliling Pemanfaatan SDI Analisis Data Analisis Selektivitas Analisis Statistika Uji Selektivitas Selektif

Ukuran mesh size optimum Drift Gillnet

Ukuran Mesh size

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut

Jaring insang hanyut adalah salah satu bentuk umum dari jenis jaring insang dan merupakan metode penangkapan ikan tertua dan sederhana. Ikan tertangkap dengan cara terjerat. Bagian atas jaring dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya diikat dengan pemberat. Jaring ini dapat dioperasikan dengan ataupun tanpa menggunakan armada alat tangkap (Northridge, S.P.FAO. 1991). Menurut Martasuganda (2008), dikatakan bahwa jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiaannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan atau dihanyutkan didasar perairan. Jaring insang yang dihanyutkan diperairan disebut dengan jaring hanyut permukaan (surface drift gillnet), yang dihanyutkan di kolom perairan disebut dengan jaring insang hanyut kolom perairan (midwater/submerged drift gillnet), yang dihanyutkan di dasar perairan disebut dengan jaring insang dasar perairan (bottom drift gillnet)

2.1.1 Konstruksi jaring insang hanyut

Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali pelampung tanda, pelampung (float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tanda terbuat dari bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sandal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali jangkar dan tali selambar terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi sebagai penjerat mangsa. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. jangkar terbuat dari logam atau timah. Konstruksi jaring insang hanyut dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 2)

F G 2 m j l b a m a Float line Gambar 2 2.1.2 Jaring Di T multifilamen sepanjang 1 jaring sepan lebar jaringn bahan Styrof adalah antar mempunyai Param adalah ukura Lead lin Konstruksi insang hany eluk Palabu nt poliamida 2.5-15 cm, njang 15-20 nya adalah ofoam, yang ra 2-6 mete berat 1.5 kg meter utama an mata jari ne Nilon mult M alat penangk yut di palabu uhanratu jar a (PA) 210 sedangkan p m, namun sepanjang 1 g berjumlah er, Pemberat g, dan berjum yang menja ing. Ukuran Pemberat t if ilament d Mesh Size 4 in 30 kapan ikan j uhanratu ring insang 0 D21 yan panjangnya umumnya y 15.5 m. Pela 40 buah se t jaring insa mlah sebanya adi penentu alat tangkap d 210/ 21 nchi – 5.5 inc 0 m/pcs aring insang hanyut ter g mempuny 1 piece 60 m yang dipakai ampung jarin edangkan ja ang terbuat ak 40 buah. keberhasila p atau propo chi g hanyut rbuat dariba yai lebar m m (40 depa) i di PPN Pa ng insang te arak antara p dari bahan (Sudrajat, 20 an pengguna orsional kon Pela 4 6 ahan nylon mata jaring , dan lebar alabuanratu erbuat dari pelampung batu yang 007)

aan alat ini struksi alat

ampung

tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan penggunaan alat juga dipengaruhi

ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap. Hal- hal yang harus diperhatikan

pada jaring insang hanyut terutama terhadap materialnya agar ikan mudah tertangkap atau terbelit pada jaring adalah; kekuatan dari twine yang digunakan hendaknya lembut atau tidak kaku, ketegangan rentangan tubuh jaring harus disesuaikan dengan fleksibilitas,artinya apabila jaring terlalu tegang akan mengurangi jumlah ikan yang tertangkap, shortening atau shrinkage adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan terenggang sempurna dengan panjang jaring telah dilekatkan pada float line. Hal ini supaya ikan mudah terjerat pada mata jaring dan tidak mudah lepas, maka pada jaring memerlukan pengerutan (shortening) yang cukup, tinggi jaring merupakan jarak antara float line pada saat jaring tersebut dipasang di perairan, mesh size dan besar ikan yang dapat terjerat harus sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap, warna jaring dalam air dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman perairan, dan transparansi, sinar matahari, sinar bulan, serta warna yang akan mempunyai perbedaan derajat penglihatan ikan-ikan.(Sudrajat, J. 2007)

Beberapa tahun terakhir nilon monofilament banyak digunakan, sebab bahan ini sulit terlihat saat dioperasikan dan lebih efisien dalam menangkap ikan . Benang multifilament juga banyak digunakan dalam perikanan gillnet, keuntungan dari bahan ini tidak kaku disbanding dengan monofilament, sehingga sekali ikan terjerat akan sulit untuk meloloskan diri, warna benang dapat disesuaikan dengan lingkungan dan dalam mengatasi visibilitas lebih banyak digunakan didasar

perairan. (Northridge, S.P.FAO, 1991). Di Palabuhanratu jaring insang hanyut

merupakan salah satu alat tangkap dominan kedua setelah pancingbiasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun ikan demersal dengan menggunakan mesin diesel dalam (inboard motor) dan termasuk ke dalam drift gillnet tuna (jaring insang hanyut tuna) yang memang dikhususkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis besar seperti tuna madidihang, cakalang dan tongkol yang memang banyak di perairan Palabuhanratu. Alat tangkap gillnet mempunyai selektivitas yang tinggi hal ini bisa dilihat dari ukuran mata jaring yang digunakan oleh nelayan di Palabuhanratu yaitu 10-15cm juga dari komposisi hasil

8

tangkapannya yang rata-rata didominasi oleh ikan-ikan yang berukuran relatif besar, hal ini sependapat dengan Simbolon (2004), sedangkan ditinjau dari alat tangkap yang berwawasan lingkungan drift gillnet termasuk alat tangkap yang berwawasan lingkungan. (Sudrajat. J, 2007)

2.1.3 Kapal jaring insang hanyut di Palabuhanratu

Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu. Ukuran perahu relatif lebih kecil dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal trawl. Karakteristik kapal gillnet adalah memiliki dek yang lebih luas sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan bagian buritan umumnya adalah tempat nahkoda dan kamar mesin. (Diniah, 2008). Kapal yang biasa digunakan di Palabuhanratu yaitu kapal dengan bobot mati 10 grose ton (GT) dengan ukuran panjang 8-10 meter, lebar 2.05-2.5 meter dan dalamnya antara 1.0-1.5 meter. Kapal ini dilengkapi dengan palka yang berisi es tempat menyimpan ikan hasil tangkapan yang dilapisi dengan fiber glass yang mempunyai kapasitas 2-3 m3 yang berfungsi untuk menjaga kesegaran ikan.

Drift gillnetdioperasikan pada malam hari, ditabur pada sore hari sekitar pukul 17.00-18.00 dan diangkat pada pagi hari keesokan harinya. Jaring diturunkan ke air, tinting demi tinting dimulai dari tinting pertama yang ujungnya berpelampung tanda sampai tinting terakhir yang diikatkan pada kapal. Kapal dan jaring di biarkan menghanyut sepanjang malam tergantung arah dan kecepatan arus.

Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK menarik jaring pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan 1 orang bertugas dalam mengurus pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian diambil. Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan dipermukaan perairan. Alat tangkap jaring insang hanyut di Palabuhanratu terlihat pada gambar dibawah ini (Gambar 3)

Sumber : PPN Palabuhanratu (2010)

Gambar 3 Alat tangkap jaring insang hanyut (drift gillnet)

Sumber : PPN Palabuhanratu (2010) Gambar 4 Kapal motor gillnet

Menurut (Ayodhyoa,1979) umumnya jaring insang hanyut direntangkan pada perairan lepas pantai dan dibiarkan hanyut bersama arus. Bila dioperasikan pada malam hari biasanya dilengkapi dengan pelampung yang bercahaya light bouy, dipasang pada kedua ujungnya guna mengetahui kedudukan jaring. Jenis ini

10

pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis.Drift gillnet dipasang diperairan dengan tujuan untuk menghadang arah renang ruaya dari ikan. Dengan penghadangan ini, ikan tersebut akan menabrak jaring, dengan demikian ikan tersebut akan terjerat (gilled) pada mesh size atau terbelit (entangled) pada tubuh jaring. Drift gillnet dapat digunakan untuk mengejar gerombolan ikan, dengan demikian merupakan alat yang penting untuk perikanan laut bebas. Karena posisi tidak ditentukan oleh jangkar maka pengaruh dari kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan (Ayodhyoa, 1981). Panjang drift gillnet umumnya 20 - 30 piece, lebar 5 – 6 meter dengan bahan atau materi dari bahan alami hingga bahan sintesis buatan pabrik (Gunarso, 1996)

2.2Selektivitas

Selektivitas suatu alat tangkap adalah kemampuan suatu alat dalam memilih jenis dan ukuran ikan tangkapan tertentu. Pengoperasian suatu alat tangkap dengan tingkat selektivitas yang tinggi akan menyebabkan upaya penangkapan lebih efisien dan kelangsungan sumberdaya ikan pada suatu perairan akan tetap lestari. (Puspito, 2008). Menurut Martasuganda (2010), Penelitian tentang selektivitas alat tangkap jaring insang hanyut satu lembar (gillnet) sampai tahun 1960 an, dimulai oleh Hudson (1927), dilanjutkan oleh beberapa peneliti diantaranya : Holt (1957), Olsen ( 1959), McCombie and Fry (1960), Ishida (1962), Regier dan Robson (1966) dan Kitahara (1968). Dekade berikutnya, penelitian selektivitas jaring insang satu lembar (gillnet) dilanjutkan kembali oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Kitahara (1971) yang merupakan modifikasi dari metode Ishida (1962), Kawawura (1972), J.M Hamley (1975), Sparre et al. (1989) yang merupakan modifikasi dari metode Holt (1957), dan Matsuoka et al. (1995) yang merupakan koreksi terhadap metode Kawawura (1972). Beberapa contoh penelitian tentang selektivitas jaring insang hanyut yang telah dilakukan adalah selektivitas jaring insang hanyut cakalang (Walus, 2001; dan Manoppo, 1999 ), selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan selar (sunarja, 1990), selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tongkol (Suharyanto, 1998) dan tentang pengaruhhanging ratio terhadap selektivitas (Rengi, 2002).

Masing-masing menggunakan salah satu perhitungan dari Matsuoka (1995) maupun Sparre and Venema (1998).

Selektivitas alat tangkap tersusun oleh dua karakter, yaitu selektivitas ukuran (size selectivity) dan selektivitas spesies (spesies selectivity). Selektivitas ukuran merupakan karakter dari suatu alat tangkap untuk menangkap ikan berukuran tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi ikan hasil tangkapan yang berbeda, sedangkan selektivitas spesies adalah karakter dari alat tangkap untuk menangkap ikan dari spesies tertentu dengan kemungkinan yang tidak tetap pada populasi spesies hasil tangkapan yang bervariasi. (Matsuoka. 1997). Menurut Martasuganda(2008), lebih dijelaskan lagi bahwa yang dimaksud alat tangkap yang selektif adalah alat tangkap yang mampu menangkap ikan yang sudah layak tangkap baik dari segi umur maupun ukuran, dan dapat meloloskan (tidak bisa menangkap) ikan yang tidak layak tangkap, ikan yang dilindungi, dan ikan yang tidak diinginkan tanpa melukai dan membunuhnya, selanjutnya selektivitas dibagi dalam dua kategori yaitu selektif positif dan negatif.

1) Selektif positif terhadap ukuran dan spesies

Yaitu tangkap yang hanya menangkap ukuran dan spesies ikan tertentu dari satu atau lebih atau beberapa populasi ikan yang layak tangkap.Selektivitas ini dibagi lagi menjadi dua yaitu.

(1)Selektif positif terhadap ukuran, negatif terhadap spesies

Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari beberapa spesies ikan yang layak tangkap

(2) Selektif positif terhadap spesies dan ukuran

Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap spesies ikan tertentu dengan ukuran tertentu dari beberapa populasi ikan yang layak tangkap.

2) Selektif negatif terhadap ukuran dan spesies

Yaitu alat tangkap yang hanya menangkap ukuran ikan tertentu dari satu populasi ikan yang masih belum layak tangkap.

12

2.2.1 Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas jaringinsang hanyut Pengukuran selektivitas suatu alat tangkap khususnya jaring insang didasarkan atas ikan yang tertangkap pada mata jaring. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap selektivitas diantaranya adalah

1)Mesh size

Mesh size merupakan salah satu parameter penting dalam mempengaruhi selektivitas, bagi ikan yang tertangkap secara gilled ukuran ikan yang tertangkap sangat ditentukan oleh ukuran mata jaring

2)Hanging ratio

Hanging ratio adalah ketegangan rentang tubuh jaring antara arah horizontal (arah panjang jaring) maupun arah verikal. Hanging ratio secara langsung berkaitan dengan banyak sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh. Jaring yang sangat tegang akan sangat sukar untuk menjerat ikan, bahkan yang sudah terjeratpun bisa lepas lagi.

3) Ketebalan benang

Twine yang digunakan untuk gillnethendaknya lembut, tidak kaku, bahan twine terbuat dari cotton, henep, linen dan lain-lain. Untuk memperoleh twine yang lembut dapat diperoleh dari memperkecil diameter twine atau mengurangi jumlah pilinan per satuan panjang

Menurut Ayodhyoa (1981), ikan akan tertangkap oleh jaring tergantung pada kekakuan benang, ketegangan rentangan, nilai rasio penggantungan dan ukuran mata jaring. Treschev (1974) diacu dalam Fridman (1988) menambahkan bahwa faktor lain yang berperan adalah metode pengoperasian dan parameter desain alat tangkap, misalnya ukuran mata jaring, jenis benang, ukuran benang, dan rasio penggantungan jaring. Selain itu, faktor lain yang juga sangat berpengaruh adalah gaya eksternal dan internal yang bekerja pada jaring, kondisi perairan saat alat dioperasikan dan faktor ikannya sendiri, seperti tingkah laku renang.

2.2.2 Cara ikan tertangkap oleh jaring insang

Ukuran mesh size disesuaikan dengan ikan target yang akan ditangkap, menurut Sparre dan Venema (1998) telah membedakan ikan yang tertangkap oleh gillnet kedalam 4 cara tertangkap, yaitu terhadang (snagged), terjerat pada tutupinsang (gilled), terjerat bagian badan (wedged) dan terpuntal (entangled). Proses tertangkapnya ikan dengan jaring insang ada beberapa cara antara lain, terjerat di sekitar tutup insang, terjepit oleh mata jaring dan terpuntal. Dengan demikian, secara umum tertangkapnya ikan pada jaring insang dipengaruhi oleh ukuran mata jaring

Bentuk badan ikan dapat mempengaruhi cara tertangkapnya ikan. Bentuk umum badan ikan yang terjerat (gilled dan wedged) adalah gilik (fusiform) sedangkan badan ikan berbentuk gepeng (compresed dan depressed) pada umumnya tertangkap secara terpuntal. Proses tertangkapnya ikan diawali dari adanya sediaan stok ikan disuatu perairan. Sediaan ikan tersebut memasuki sejumlah jaring dengan ukuran mata jaring tertentu sehingga terjadi dua kejadian, yaitu ada ikan yang lolos dan yang tertangkap. Ikan yang lolos memasuki kembali daerah stok ikan dan ikan yang tertangkap merupakan upaya yang diperoleh dengan sejumlah jaring yang digunakan. Proses ini disebut selektivitas (Hamley, 1975)Penciutan dan bentuk badan ikan berpengaruh terhadap proses tertangkapnya ikan, nilai penciutan yang semakin besar berkecenderungan untuk memuntal. Elastisitas benang jaring yang tinggi memberi peluang terhadap ukuran ikan yang lebih besar untuk tertangkap. Visibilitas dan tingkah laku berhubungan dengan kemampuan ikan untuk menghindari jaring. Visibilitas tergantung pada beberapa faktor antara lain ukuran mesh size, benang jaring dan reaksi ikan terhadap jaring sesuai dengan perkembangannya (Pope.1996; Hamley. 1975; Von Brant 1975; Clark dan King 1986)Bentuk mata jaring dipengaruhi oleh penciutan dan besar mata jaring dapat diperkirakan dari keliling maksimum badan ikan yang menjadi tujuan penangkapan dan koefisien keliling badan ikan (Fridman. 1988). Perbesaran ukuran mesh size menurunkan jumlah ikan yang tertangkap dan memberikan jaminan rekruitmen, probabilitas ikan yang tertangkap berukuran relatif lebih besar. Hamley (1975) menyatakan bahwa

14

keliling badan ikan sebanding terhadap suatu konstanta dan keliling mata jaring. Konstanta tersebut dikenal sebagai rasio keliling (girth-mesh perimeter ratio).

Setiap alat tangkap memiliki selektivitas yang berbeda. Contoh pada Trawl, ikan kecil yang tertangkap tidak sebanyak dengan jumlah yang besar sebaliknya pada gillnet ikan dengan ukuran keliling badan maksimum lebih kecil atau lebih besar dari ukuran mata jaring kemungkinan tidak akan tertangkap. Alat tangkap yang tidak selektif, menangkap berbagai jenis ikan dalam jumlah yang besar, sangat besar pengaruhnya terhadap keseimbangan ekosistem (King, 1995).

Menurut FAO (1983) dikatakan bahwa penangkapan ikan yang selektif meliputi :

1)Umur dan ukuran ikan yang tertangkap

Perubahan penangkapan yang dilakukan dengan menangkap ikan yang umumnya sudah tua, memungkinkan untuk memperbaiki hasil tangkapan dengan tingkat upaya tangkap yang telah ditentukan, sehingga hasil tangkapan sebanding dengan bobot ikan yang menguntungkan secara ekonomis;

2) Selektivitas spesies

Perikanan yang melibatkan banyak spesies menimbulkan banyak masalah optimalisasi distribusi bagi upaya tangkap dengan berbagai macam spesies dapat mengubah stok. Cara yang ditempuh dengan penerapan alat tangkap yang berbeda bagi beberapa jenis spesies dan ukuran tertentu akan membantu pengembangan perikanan.

2.2.3 Metode penentuan kurva selektivitas

Menurut Sparre dan Venema (1998) tidak semua selang panjang (selang umur)dari ikan atau kerang-kerangan berada dalam keadaan dieksploitasi secara penuh, sebagian besar alat tangkap misalnya jaring trawl bersifat selektif terhadap ikan-ikan berukuran besar, sementara beberapa alat (jaring insang) selektif bagi suatu kisaran panjang saja dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga yang sangat besar. Sifat-sifat dari alat penangkapan ini dinamakan selektivitas alat.

Menurut Losanes et al, (1990) selektivitas adalah pernyataan kuantitatif dari seleksi ukuran. Seleksi ukuran berkenaan dengan terhindarnya ikan tertangkap jaring atau proses yang menyebabkan peluang tertangkapnya menjadi bervariasi, sesuai dengan karakteristik ikan seperti bentuk badan ikan, bagian yang terjerat dan ukuran mata jaring. Sedangkan selektivitas alat tangkap adalah kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan terhadap spesies dan ukuran tertentu dari suatu populasi.

Menurut Fridman (1988) seleksi ukuran terjadi jika keliling badan ikan bagian operculum lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling maksimum badan ikan lebih besar dari keliling mata jaring. Sebaliknya jika bagian operculum sangat besar atau keliling maksimum badan ikan sangat kecil dibandingkan dengan keliling mata jaring ikan kemungkinan tidak tertangkap. Seleksi tersebut dipengaruhi oleh kemuluran benang jaring dan bentuk badan ikan, sehingga ikan yang tertangkap relatif lebih besar dari yang diperkirakan.

Metode pendekatan awal untuk mengestimasi selektivitas yaitu melalui

Dokumen terkait