• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II NARKOBA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

B. Khamr

22

Berdasarkan kata redaksi nabi yakni “kullu muskirin”merupakan redaksi yang mencakup semua jenis minuman yang memabukkan.12

Sebagai agama, Islam peduli atas hal ini karena penyalahgunaan narkoba sangat berpengaruh negatif terhadap susunan saraf pemakainya.Lebih dari itu narkoba dapat mengganggu kemurnian jiwa, menghancurkan moral, meruntuhkan motif berprestasi, dan melemahkan perasaan.Dibalik itu semua, narkoba juga dapat menghabiskan uang dimana hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya.13

B. Khamr

Khamr didefinisikan oleh Sayyid Sabiq, sebagai cairan yang

dihasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan mengubah sari patinya menjadi alkohol dengan menggunakan katalisator atau enzim yang mempunyai kemampuan untuk memisahkan unsur-unsur tertentu yang berubah melalui proses peragian.14

Dalam buku fikih sunnah 9 karya Sayyid Sabiq, Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa semua yang memabukkan adalah termasuk kategori

khamr, baik benda itu cair maupun padat, baik ia mentah maupun dimasak.

Sehingga semua jenis narkoba juga termasuk khamr.15

12

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 9…,67.

13Abdul Wahib, Pelajar Indonesia Anti Narkoba…, 83. 14Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 9…, 46.

23

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi, tanpa dianalogikan dengan khamr pun, ganja atau narkoba dapat dikategorikan sebagai

khamrkarena dapat menutupi akal.16

Para fuqaha berbeda pendapat mengenai definisi meminum khamr. Menurut Imam Malik, asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal, meminum minuman yang memabukkan hukummnya sama, baik dinamakan khamr maupun yang bukan. Khamar diidentikkan sejenis minuman yang terbuat dari perasan anggur maupun jenis bahan lainnya, misalnya kurma, kismis, gandum, atau beras yang memabukkan dalam kadar sedikit maupun banyak.Sedangkan khamr menurut Imam Abu Hanifah adalah minuman yang diperoleh dari perasan anggur.Dengan demikian, Imam Abu Hanifah membedakan antara khamr dan muskir.Muskir adalah sesuatu yang mengakibatkan hilangnya akal dan kesadaran, baik berupa minuman ataupun lainnya.Hukum meminumkhamr tetap haram baik sedikit maupun banyak. Adapun selain khamr, yaitu muskir yang terbuat dari bahan-bahan selain perasan buah anggur yang sifatnya memabukkan, baru dikenakan hukuman apabila orang yang meminumnya mabuk.Apabila pelaku tidak mabuk maka pelaku tidak dikenai hukuman.17

16M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah…,177.

24

1. Beberapa dalil tentang larangan meminum khamr

a. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 219, berbunyi:

   “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi.

Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan

beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih

besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa

yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”18

b. Dalam Al-Qur’an surat al Maidah ayat 90-91, yang berbunyi:

   “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (90) Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (91).”19

c. Rasulullah saw, bersabda:

18Departemen Agama Republik Indonesia,Al Qur’an Tajwid dan Terjemah (Bandung: Diponegoro, 2016), 34.

25

َﺮَﻜْﺳَأ ٍباَﺮَﺷ ﱡﻞُﻛ َلﺎَﻗ ِﻊْﺘِﺒْﻟا ْﻦَﻋ َﻞِﺌُﺳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا َلﻮُﺳَر ﱠنَأ َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ ْﻦَﻋ

ٌماَﺮَﺣ

.

“Dari 'Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

pernah ditanya tentang minuman yang terbuat dari madu, Beliau bersabda: "Semua minuman yang memabukkan adalah

haram.”20

َلﺎَﻗ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ

:

ُﻛ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

ٍﺮِﻜْﺴُﻣ ﱡﻞُﻛَو ٌﺮَْﲬ ٍﺮِﻜْﺴُﻣ ﱡﻞ

ِةَﺮ ِﺧ ْﻵا ِﰲ ﺎَﻬْـﺑَﺮْﺸَﻳ َْﱂ ْﺐُﺘَـﻳ َْﱂ ﺎَﻬُـﻨِﻣْﺪُﻳ َﻮُﻫَو َتﺎَﻤَﻓ ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟا ِﰲ َﺮْﻤَْﳋا َبِﺮَﺷ ْﻦَﻣَو ٌماَﺮَﺣ

.

“Dari Ibnu Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap yang memabukkan adalah haram. Barangsiapa meminum khamr di dunia -kemudian ia mati- sedangkan ia biasa meminumnya, niscaya tidak akan diterima taubatnya dan tidak

akan meminumnya di akhirat.”21

Hadis tersebut menunjukkan, bahwa Rasulullah saw dalam membuat hukum tersebut berarti umum. Artinya, tidak sebatas minuman yang memabukkan.Namun, semua hal yang memabukkan. d. Ukuran minuman yang dipandang memabukkan menurut penegasan

Rasulullah saw dalam hadisnya, yang berbunyi:

ﱡﻞُﻛ

ٌماَﺮَﺣ ُﻪُﻠﻴِﻠَﻘَـﻓ ُﻩُﲑِﺜَﻛ َﺮَﻜْﺳَأ ﺎَﻣَو ٌماَﺮَﺣ ٍﺮِﻜْﺴُﻣ

.

“Setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan apa yang

banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun tetap haram.”22 2. Unsur-unsur narkoba sebagai jari>mah shurb al-khamr.

Unsur yang menjadikan perbuatan ini sebagai jarimah adalah minum-minuman yang memabukkan itu sendiri dalam hal ini adalah narkoba dan kesengajaan dalam melakukannya.Sehingga makanan atau

20Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Ad-Darimi Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 271.

21Fachruddin, Terjemah Hadist Shahih Muslim I (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), 193.

22Ibnu Mas’ud & Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’i Buku 2: Muamalat, Munakahat, Jinayat

26

minuman yang memabukkan menurut Abu Hanifah menyebabkan hilangnya akal sehingga tidak dapat lagi membedakan langit dan bumi.23

Yang dimaksud dengan minum adalah memasukkan minuman yang memabukkan ke mulut lalu ditelan masuk ke perut melalui kerongkongan, meskipun bercampur dengan makanan lain yang halal.24

Dari uraian diatas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa untuk dianggap atau dikategorikan suatu jari>mah, suatu perbuatan harus memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut adalah berikut ini:

a. Unsur formal (al-rukn al-sha>ri)

Yang dimaksud dengan unsur formal adalah adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tersebut yang disertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan diatas.25Adanya undang-undang atau nash, artinya setiap perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dipidana kecuali adanya nash atau undang-undang yang mengaturnya.Dalam hukum positif masalah ini dikenal dengan istilah asas legalitas, dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP dijelaskan bahwasuatu perbuatan tidak dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dikenai sanksi sebelum adanya peraturan yang

mengundangkannya. Adanya ketentuan syara’ atau nash yang

menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang oleh hukum dinyatakan sebagai sesuatu yang dapat dihukum atau adanya nash (ayat) yang mengancam hukuman terhadap

23Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2000), 97. 24Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997), 98 25A. Djazuli, Fiqih Jinayah (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), 3.

27

perbuatan yang dimaksud. Ketentuan tersebut harus datang (sudah ada) sebelum perbuatan dilakukan dan bukan sebaliknya.Seandainya aturan tersebut datang setelah perbuatan terjadi, ketentuan tersebut tidak dapat diterapkan. Kaidah yang mendukung unsur ini adalah

“tidak ada perbuatan yang dianggap melanggar hukum dan tidak ada hukuman yang dijatuhkan kecuali adanya ketentuan nash”. Kaidah lain menyebutkan “tiada hukuman bagi perbuatan mukalaf sebelum adanya ketentuan nash”.26Dalam hal ini berlakulah kaidah-kaidah berikut:

ِﺔَﺣ ﺎَﺑِْﻻَا ِءﺎَﻴْﺷَْﻻا ِﰲ ُﻞْﺻ َْﻻا

“Pada dasarnya segala sesuatu itu boleh.”

ﱟﺺَﻧ َﻼِﺑ َﺔَﺑْﻮُﻘُﻋ َﻻَو َﺔَْﳝِﺮَﺟَﻻ

“Tidak ada jarimah dan tidak ada hukuman tanpa adanya nash (aturan).”

ِلﺎَﻌْـﻓَِﻻ َﻢْﻜُﺣ َﻻ

ﱟﺺﱠﻨﻟا ِدْوُرُو َﻞْﺒَـﻗ ِء َﻼَﻘُﻌْﻟا

“Tidak ada hukuman bagi orang-orang yang berakal sebelum turunnya ayat.”27

Dalam asas legalitas seperti dijelaskan diatas “tidak ada hukuman bagi perbuatan mukalaf sebelum adanya ketentuan nash”,

maka perbuatan tersebut tidak bisa dikenai tuntutan atau pertanggung jawaban pidana sebelum diundangkan dan dikenai oleh orang banyak. Ketentuan ini member peringatan, bahwa hukum pidana islam baru

26Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’ Al-Jinai Al-Islami (Bairut: Dar al Kutub, 1963), 121. 27A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 52.

28

berlaku setelah adanya nash yang mengundangkan. Dengan kata lain, bahwa hukum pidana islam tidak mengenal system berlaku surut.28 b. Unsur material (al-rukn al-ma>di)

Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan

yang diharuskan.Unsur ini dikenal dengan istilah “unsur material”.29Yang dimaksud unsur material adalah adanya perilaku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan ataupun tidak berbuat atau adanya perbuatan yang bersifat melawan hukum. Kalau kita kembalikan kepada kasus diatas bahwa pencurian adalah tindakan pelaku memindahkan atau mengambil barang milik orang lain, tindakan pelaku tersebut adalah unsur material yaitu perilaku yang membentuk jari>mah.Dalam hukum positif, perilaku tersebut disebut sebagai unsur objektif, yaitu perilaku yang bersifat melawan hukum.30 c. Unsur moral (al-rukn al-ada>bi)

Unsur moral yaitu adanya niat pelaku untuk berbuat

jari>mah.Unsur ini menyangkut tanggung jawab pidana yang hanya

dikenakan atas orang yang telah baligh, sehat akal dan ikhtiar (berkebebasan berbuat).31Unsur ini juga disebut dengan pertanggung jawaban pidana.Maksudnya adalah pembuat jarimah atau pembuat tindak pidana atau delik haruslah orang yang dapat mempertanggung

28

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam (Jogyakarta: Logung Pustaka, 2004), 23. 29A. Djazuli, Fiqih Jinayah (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), 3.

30A. Djazuli, Hukum Pidana Islam…, 53.

29

jawabkan perbuatannya.Oleh karena itu, pembuat jari>mah (tindak pidana, delik) haruslah orang yang dapat memahami hukum, mengerti isi beban, dan sanggup menerima beban tersebut. Orang yang diasumsikan memiliki kriteria tersebut adalah orang-orang yang mukallaf sebab hanya merekalah yang terkena khit{ab (panggilan) pembebanan (takli>f).32Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khithab atau dapat memhami takli>f, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf, sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang merekan lakukan.33

3. Hukuman bagi peminum khamr atau narkoba.

Mengenai hukuman terhadap pelaku penyalagunaan narkoba jika dilihat menurut hukum pidana Islam hukumannya adalah berupa hukuman hadd.Sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyyah dan azat Husnain berpendapat bahwa pelaku penyalagunaan narkoba diberikan hukuman hadd, karena narkoba dianalogikan dengan khamr.34

Menurut pendapat Sayyid Sabiq, dalam bukunya fikih sunnah 9 menjelaskan sebagai berikut:

Sesungguhnya ganja itu haram.Diberikan sanksi hadd terhadap orang yang menyalahgunakannnya, sebagaimana diberikan sanksi

hadd peminum khamar.Ganja itu lebih keji dibandingkan dengan

khamar.Ditinjau dari sifatnya, ganja dapat merusak akal sehingga dapat menjadikan laki-laki seperti banci dan memberikan pengaruh buruk lainnya.Ganja dapat menyebabkan seseorang berpaling dari

32

A. Djazuli, Hukum Pidana Islam…, 53.

33Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Ajaran Ahli Sunah Wal-Jama>ah(Jakarta:

Bulan Bintang, 1968), 48.

30

mengingat Allah dan shalat.Disamping itu, ganja termasuk kategori khamar yang secara lafal dan maknawi telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya.35

Imam Nawawi menjelaskan bahwa hukuman hadd adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara’ yang terdapat dalam al-Quran dan hadis dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang melanggar suatu pelanggaran yang akibatnya hukuman itu dituntut, baik dalam rangka memberikan peringatan pelaku maupun dalam rangka memaksanya.36

Berdasarkan hadis Rasulullah saw.:

ﻮُﻳ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ﱢﻲِﻤَﻠْـﻳﱠﺪﻟا ِﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ َﺪﻳِﺰَﻳ ُﻦْﺑ ُﺔَﻌﻴِﺑَر ِﲏَﺛﱠﺪَﺣ َلﺎَﻗ ﱢﻲِﻋاَزْوَْﻷا ْﻦَﻋ َﻒُﺳ

اَذِﺈَﻓ ُﻂْﻫَﻮْﻟا ُﻪَﻟ ُلﺎَﻘُـﻳ ِﻒِﺋﺎﱠﻄﻟﺎِﺑ ُﻪَﻟ ٍﻂِﺋﺎَﺣ ِﰲ ِصﺎَﻌْﻟا ِﻦْﺑ وِﺮْﻤَﻋ ِﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ﻰَﻠَﻋ ُﺖْﻠَﺧَد َلﺎَﻗ

ْﻦِﻣ ًﱴَـﻓ ٌﺮِﺻﺎَُﳐ َﻮُﻫ

َﻚﱠﻧَأ َﻚْﻨَﻋ ِﲏْﺘَﻐَﻠَـﺑ ٌلﺎَﺼ ِﺧ ُﺖْﻠُﻘَـﻓ ِﺮْﻤَْﳋا ِبْﺮُﺸِﺑ َﱴَﻔْﻟا َﻚِﻟَذ ﱡنَﺰُـﻳ ٍﺶْﻳَﺮُـﻗ

َﻟ ْﻞَﺒْﻘُـﺗ َْﱂ ًﺔَﺑْﺮَﺷ َﺮْﻤَْﳋا َبِﺮَﺷ ْﻦَﻣ ُﻪﱠﻧَأ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ْﻦَﻋ ﺎَِ ُثﱢﺪَُﲢ

ُﻪ

َـﻓ ﺎًﺣﺎَﺒَﺻ َﲔِﻌَﺑْرَأ ٌة َﻼَﺻ

ﱠﱃَو ﱠُﰒ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ِﺪَﻳ ْﻦِﻣ ُﻩَﺪَﻳ َﺞَﻠَـﺘْﺧا َﺮْﻤَْﳋا ُﺮُﻛْﺬَﻳ َﱴَﻔْﻟا ُﻪَﻌَِﲰ ْنَأ ﺎﱠﻤَﻠ

َلﻮُﺳَر ُﺖْﻌَِﲰ ﱢﱐِإَو ْﻞُﻗَأ َْﱂ ﺎَﻣ ﱠﻲَﻠَﻋ َلﻮُﻘَـﻳ ْنَأ ٍﺪَﺣَِﻷ ﱡﻞِﺣُأ َﻻ ﱢﱐِإ ﱠﻢُﻬﱠﻠﻟا ِﻪﱠﻠﻟا ُﺪْﺒَﻋ َلﺎَﻘَـﻓ

ِﻪﱠﻠﻟا

َﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ

ْنِﺈَﻓ ﺎًﺣﺎَﺒَﺻ َﲔِﻌَﺑْرَأ ٌة َﻼَﺻ ُﻪَﻟ ْﻞَﺒْﻘُـﺗ َْﱂ ًﺔَﺑْﺮَﺷ َﺮْﻤَْﳋا َبِﺮَﺷ ْﻦَﻣ ُلﻮُﻘَـﻳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴ

ُﻪَﻴِﻘْﺴَﻳ ْنَأ ِﻪﱠﻠﻟا ﻰَﻠَﻋ ﺎﻘَﺣ َنﺎَﻛ ِﺔَﻌِﺑاﱠﺮﻟا ِﰲ ْمَأ ِﺔَﺜِﻟﺎﱠﺜﻟا ِﰲ يِرْدَأ َﻼَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َبﺎَﺗ َبﺎَﺗ

ْﻦِﻣ

ﺎَﺒَْﳋا ِﺔَﻏْدَر

ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟا َمْﻮَـﻳ ِل

.

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Al

Auza'i, ia berkata; telah menceritakan kepadaku Rabi'ah bin Yazid dari Abdullah bin Ad Dailami, ia berkata; aku menemui Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash di kebunnya di Thaif, kebun itu disebut Al Wahth. Ternyata ia sedang menahan tangan seorang pemuda dari Quraisy yang dituduh meminum khamr. Aku kemudian berkata; "Beberapa perkara yang sampai kepadaku bahwa anda menceritakannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa: "Barangsiapa meminum khamr satu teguk, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari." Ketika pemuda tersebut mendengar ia menyebutkan khamr, maka pemuda itu

35Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 9…,63.

36 Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Bantani Al-Ja>wi, Qut Al-Habib Al-Gharib, Tausyikh ‘Ala>Fat{ Al-Qa>rib Al-Mujib (Semarang: Toha Putera, 2003), 245.

31

menarik dari tangan Abdullah, kemudian pergi. Abdullah lalu berkata; "Ya Allah, sesungguhnya aku tidak mengahalalkan orang yang memfitnahku telah mengucapkan sesuatu yang tidak aku katakan. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa minum seteguk khamr, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari, apabila ia bertaubat maka Allah menerima taubatnya, aku tidak tahu, apakah hal itu pada kali ketiga atau keempat-Maka Allah berhak untuk memberinya minuman dari Lumpur penghuni Neraka

pada Hari Kiamat.”37

Berdasarkan hadis Rasulullah saw.:

ْﺒَﻋ ِﻦْﺑ ِثِرﺎَْﳊا ْﻦَﻋ ٍﺐْﺋِذ ِﰊَأ ُﻦْﺑا ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ﱟﻲِﻠَﻋ ُﻦْﺑ ُﻢِﺻﺎَﻋ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ

ْﻦَﻋ َﺔَﻤَﻠَﺳ ِﰊَأ ْﻦَﻋ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا ِﺪ

َﺮِﻜَﺳ اَذِإ ﱠُﰒ ُﻩوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ َﺮِﻜَﺳ اَذِإ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ِﰊَأ

ِﲏْﻌَـﻳ ُﻪَﻘُـﻨُﻋ اﻮُﺑِﺮْﺿﺎَﻓ َﺮِﻜَﺳ اَذِإ ﱠُﰒ ُﻩوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ َﺮِﻜَﺳ اَذِإ ﱠُﰒ ُﻩوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ

ِﺔَﻌِﺑاﱠﺮﻟا ِﰲ

.

“Telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Ali telah

menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila ia mabuk maka cambuklah dia, kemudian bila mabuk, cambuklah dia, jika masih mabuk, cambuklah dia, dan apabila masih saja mabuk, maka penggallah lehernya dikeempat kali.”38

َلﺎَﻗ َنﺎَﻴْﻔُﺳ ِﰊَأ ِﻦْﺑ َﺔَﻳِوﺎَﻌُﻣ ْﻦَﻋ

:

َﺮْﻤَْﳋا اﻮُﺑِﺮَﺷ اَذِإ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

ْﻢُﻫﻮُﻠُـﺘْـﻗﺎَﻓ اﻮُﺑِﺮَﺷ ْنِإ ﱠُﰒ ْﻢُﻫوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ اﻮُﺑِﺮَﺷ ْنِإ ﱠُﰒ ْﻢُﻫوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ اﻮُﺑِﺮَﺷ ْنِإ ﱠُﰒ ْﻢُﻫوُﺪِﻠْﺟﺎَﻓ

.

“Dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan ia berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika mereka minum khamr maka cambuklah, jika mereka minum lagi maka cambuklah, jika mereka minum lagi maka cambuklah, dan jika mereka minum lagi

maka bunuhlah.”39

Setelah Rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar menghukum peminum khamr dengan empat puluh kali cambukan, sahabat Umar juga menghukumnya dengan empat puluh kali cambukan saat awal masa

37

Muhammad Abdul Aziz Al Khalidi, Sunan Ad-Darimi Jilid 2…, 268.

38Ibid,… 275.

39 Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah (Jakarta: Maktabah Al-Ma’arif, 2015), 172.

32

kekhalifahannya dan menghukum dengan depan puluh cambukan diakhir masa kepemimpinannya. Kemudian sahabat Ustman menerapkan kedua hukuman ini yakni empat puluh dan delapan puluh, lalu Mu’awiyah menetapkan secara pasti hukuman cambuk bagi peminum khamr sebanyak delapan puluh kali.40

Sahabat Ali berkata: “jika seseorang telah meminum khamr, maka

ia akan berbohong,karena itu, aku berpendapat untuk menghukumnya dengan hukuman yang sepadan dengan hukuman bagi pelaku qadhafatau

menuduh orang lain berzina”sebanyak delapan puluh kali dera.41

Sehingga menurutImam Abu Hanifahdan Imam Malik serta sebuah riwayat dari Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan bahwa orang yang meminum minuman keras harus didera sebanyak delapan puluh kali.42

Namun Imam Syafi’i berbeda pendapat bahwa hukuman hadd atas

tindak pidana ini adalah empat puluh kali dera. Akan tetapi Imam Syafi’i juga menjelaskan bahwa tidak ada halangan bagi penguasa untuk mendera pelaku sampai delapan puluh kali jika ia memiliki kebijakan seperti itu. Jadi, hukuman bagi peminum minuman keras adalah empat puluh kali dera dan selebihnya yaitu empat puluh deraan lainnya adalah hukuman takzir.Dimana kewenangannya terserah penguasa.43

Berdasarkan Hadis Rasulullah saw mengenai banyaknya dera yang diterapkan bagi peminum khamr:

40Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Shahih Sunan Abu Daud (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 143.

41Ibid.,145.

42Ahmad Mawardi Muslich, Hukum Pidana Islam(Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 76. 43M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah…, 55

33

َلﺎَﻗ ٍﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑ ِﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ

:

َبِﺮَﺷ ْﺪَﻗ ٍﻞُﺟَﺮِﺑ َ ِﰐُأ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ َِﱯﱠﻨﻟا ﱠنَأ

ُﻩَﺪَﻠَﺠَﻓ َﺮْﻤَْﳋا

َْﲔِﻌَﺑْرَأ َﻮَْﳓ ِْﲔَـﺗَﺪْﻳِﺮَِﲜ

,

َلﺎَﻗ

:

ٍﺮْﻜَﺑ ْﻮُـﺑَأ ُﻪَﻠَﻌَـﻓَو

,

َسﺎﱠﻨﻟا َرﺎَﺸَﺘْﺳا ُﺮَﻤُﻋ َنﺎَﻛ ﺎﱠﻤَﻠَـﻓ

,

ُﺪْﺒَﻋ َلﺎَﻘَـﻓ

فْﻮَﻋ ﻦﺑ ِﻦَْﲪﱠﺮﻟا

:

َْﲔِﻧﺎََﲦ ِدْوُﺪُْﳊا ﱠﻒَﺧَأ

,

ﻪﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر ﺮَﻤُﻋ ِﻪِﺑ َﺮَﻣَﺄَﻓ

.

“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a., katanya: “Sesungguhnya

seorang lelaki yang meminum arak telah di hadapkan kepada Rosulullahsaw, kemudian beliau memukulnya dengan dua pelepah

kurma sebanyak empat puluh kali. Anas berkata lagi, “hal tersebut

juga dilakukan oleh Abu Bakar”.Ketika Umar meminta pendapat dari orang-orang (mengenai hukuman tersebut), Abdurrahman bin

Auf berkata, “Hukuman yang paling ringan (menurut ketetapan Al-Qur’an) adalah delapan puluh kali pukulan”.Kemudian Umar pun menyuruhnya demikian.”44

4. Dasar pelaksanaan hukuman

Pelaksanaan hukuman ditetapkan berdasarkan salah satu antara dua hal, antara lain:

a. Pengajuan si pelaku, bahwa dia benar meminum khamr. b. Kesaksian dua orang saksi yang adil.45

5. Syarat pelaksanaan hukuman

Untuk melaksanakan hukuman atas delik minum khamr ini, disyaratkan terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

a. Peminum adalah orang yang berakal. b. Peminum itu sudah balig.

c. Peminum itu melakukan perbuatannya dengan kehendak sendiri. d. Peminum itu tahu, bahwa apa yang diminumnya memang

memabukkan.46

44Ibn Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram (Bandung: Mizan, 2010), 515. 45Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah 9…, 80.

Dokumen terkait