• Tidak ada hasil yang ditemukan

8) Yaman

Pada masa awal Islam, Nabi Muhammad saw. telah mengutus Mu‘a>dh ibn Jabal dan abu> Mu>sa> al-Ash‘a>ri> ke Yaman. Selain itu banyak sahabat lain yang pergi ke Yaman untuk memberi pengajaran dan dakwah Islam. Selanjutnya dari pengajaran para sahabat ini maka lahirlah generasi unggul dari kalangan ta>bi‘i>n, mereka antara lain adalah Hima>m dan Wahb (keduanya putra Munbih), T{a>wu>s dan putranya, Ma‘mar ibn Ra>shid, ‘Abdurrazza>q ibn Hima>m dan lainnya.124

9) Khurasa>n dan Bukhara

Sahabat yang pindah ke Khurasa>n hingga meniggal disana adalah Buraidah ibn H{as}i>b al-Aslami> (dimakamkan di Marwa). Selain itu abu> Barzah al-Aslami>, H{akam ibn ‘Umar al-Ghifa>ri>, ‘Abdulla>h ibn Kha>zim al-Aslami> (dimakamkan di Naisapur), Qatham ibn al-‘Abba>s (dimakamkan di Samarkan). Dan di kota Khurasan dan Bukha>ra> inilah para muhaddith besar dilahirkan.125

Di Bukha>ra> juga terdapat sejumlah ahli hadis dari kalangan ta>bi‘i>n. Mereka antara lain adalah ‘I<sa> ibn Mu>sa> Ghanja>r, Ah}mad ibn H{afs} al-Faqi>h, Muh}ammad ibn Sala>m al-Bi>kindi>, ‘Abdulla>h ibn

124 Ibid.

100

Muh}ammad al-Sindi>. Dan di kota inilah kemudian lahir seorang ahli hadis besar Abu> ‘Abdulla>h Muh}ammad ibn Isma>‘i>l al-Bukha>ri>.126

Tidak jauh dari Bukha>ra>, abu> ‘Abdulla>h ibn ‘Abdulla>h ibn ‘Abdurrah}ma>n al-Da>rimi> (penulis kitab kumpulan hadis sunan), dan Muh}ammad ibn Nas}r al-Marwazi> lahir dan mengharumkan nama Samarqand. Dan di Furya>b lahir segolongan ulama, yang diantaranya adalah Muh}ammad ibn Yu>suf al-Furya>bi>, dan Qa>d}i> Ja‘far ibn Muh}ammad al-Furya>bi>.127

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perluasan wilayah Islam meniscayakan terjadinya peningkatan intensitas periwayatan dan transmisi hadis. Dalam perluasan wilayah tersebut para sahabat meninggalkan kampung halaman bukan untuk urusan keduniaan, akan tetapi untuk membawa cahaya ajaran Islam, menunjukkan kepada kebenaran, dan membuka pintu-pintu petunjuk. Maka tradisi rih}lah para sahabat ini menginspirasi generasi penerusnya untuk melakukan hal yang sama, yaitu meninggalkan kampung halaman demi mendapatkan dan mengumpulkan sebanyak mungkin warisan agung dari Nabi Muhammad saw.128

Namun demikian pada masa ini telah banyak hadis palsu beredar menginfeksi masyarakat untuk melegitimasi kepentingan-kepentingan

126 Ibid.

127 Ibid.

101

kelompok politik.129 Dalam menghadapi banyaknya riwayat hadis palsu tersebut para ahli hadis telah mengantisipasinya sejak dini. Sebagaimana sahabat Abu> Bakr al-S{iddi>q dan ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b yang sangat berhati-hati dalam meriwatkan dan menerima riwayat hadis, maka ahli hadis pada masa ini merumuskan syarat-syarat periwayatan hadis, serta membakukan tata cara penyampaian dan penerimaan riwayat hadis. Dalam hal ini ulama melakukan seleksi dan koreksi terhadap riwayat hadis, dengan meninjau sanad dan matan hadis. Selanjutnya riwayat hadis hanya diterima dari periwayat yang thiqqah saja.130

d. Periwayatan Hadis Masa Kodifikasi (‘As}r al-Kita>bat wa al-Tadwi>n) Sejak pemerintahan Khalifah ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b, perluasan wilayah Islam meningkat secara signifikan. Perluasan wilayah ini mendorong ahli hadis untuk berdakwah ke segenap penjuru kawasan Islam. Namun demikian kuantitas hadis yang ditransimisikan oleh masing-masing ulama berbeda di tiap kawasan. Tentu hal ini mengakibatkan kesenjangan pemahaman agama di tengah masyarakat. Kesenjangan ini mendorong beberapa kalangan untuk melakukan penulisan hadis yang telah tersebar di penjuru kawasan Islam.131 Maka tidak heran jika sejak akhir masa sahabat, kegiatan penulisan hadis oleh

129 ‘Ajja>j al-Khat}i>b, ibid, 187-189. Ismail, ibid, 106-107.

130 Idri, Studi Hadis, 46.

131 Muh>ammad ibn Mut}r al-Zahra>ni>, Tadwi>n Sunnat Nabawiyyah, (Riya>d}: Da>r al-Minha>j, 1426 H.), 68-69.

102

pribadi serta untuk kebutuhan pribadi (al-kita>bah) telah ada. Semangat ilmiah para penulis hadis tersebut merupakan dasar yang kokoh atas kegiatan mereka.132

Beberapa ahli hadis yang melakukan kegiatan penulisan dan pengumpulan hadis tersebut antara lain: Sulaima>n ibn Qaysh al-Yashkuri> (w. sebelum 80 H.), seorang ulama Bashrah yang thiqqah murid dari Ja>bir ibn ‘Abdulla>h al-Ans}a>ri> (w. 70 H.), ia menulis dan menyalin hadis riwayat Ja>bir dalam s}ahi>fah Ja>bir. Dari s}ahi>fah Ja>bir ini banyak ulama yang mengambil riwayat hadis, di antaranya adalah: al-H{asan al-Bas}ri> (w. 110 H.), Qata>dah ibn Di‘a>mah al-Bas}ri> (w. sekitar 117 H.), Muja>hid ibn Jabr al-Makki> (w. 103 H), abu> al-Zubayr Muh}ammad ibn Muslim, abu> Sufya>n T{alh}ah ibn Na>fi’ Wa>sit}i>, ‘A<mir Sha‘bi>, dan Ma‘mar ibn Ra>shid al-Shan‘a>ni> penyusun al-Ja>mi‘ (w. 154 H.).133

Di antara ulama lain yang telah melakukan penulisan kitab hadis pada akhir abad I Hijriyah adalah ‘Urwah ibn al-Zubayr (23-93 H.). ‘Urwah adalah orang pertama yang menyusun kitab hadis tentang al-magha>zi> Nabi Muhammad saw.134 ‘Umrah ibnt ‘Abd Rah}ma>n al-Ans}a>riyyah (w. 98 H.), Muh}ammad ibn al-H{anafiyyah ibn ‘Ali> ibn abu> T{a>lib (w. 80 H.), ‘Abdulla>h ibn ‘Uqail ibn abu> T{a>lib, Muh}ammad ibn ‘Ali> ibn al-H{usain ibn ‘Ali> ibn abu> T{a>lib (w. 114 H.), Sa‘i>d ibn Jubair. Sa>lim

132 Ibid, 51.

133 Ibid, 61.

103

ibn abu> Ju‘di (w. 97 H), Kurayb mawla> ‘Abba>s (w. 98 H.), ‘A>mir al-Sha‘bi> (w. 103 H.), Muh}ammad ibn Si>ri>n (w. 110 H.), serta banyak lagi ulama yang telah melakukan penulisan kitab hadis hingga akhir abad I Hijriyah.

Pada penghujung abad I Hijriyah, jarak waktu dirasa telah terpaut jauh dari masa Nabi Muhammad saw. Pada saat itu saksi sejarah perjalanan Nabi dan sahabat, serta para penghafal hadis telah banyak yang wafat. Maka kodisi ini mendorong pihak khalifah untuk melakukan kodifikasi hadis. Adalah Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z yang mengeluarkan kebijakan resmi penghimpunan (al-tadwi>n) hadis pada tahun 100 H. Langkah pertama khalifah dalam mengawali kebijakan ini adalah memerintahkan Abu> Bakr ibn Muh}ammad ibn ‘Amr ibn H{azm dan Muh}ammad ibn Shihab al-Zuhri> untuk menghimpun hadis dalam sebuah kitab.135

Selaku inisiator kodifikasi hadis, ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z memiliki beberapa alasan untuk mengeluarkan kebijakan kodifikasi hadis. Alasan tersebut antara lain: 136

1) Meluasnya penyebaran riwayat hadis ke berbagai penjuru wilayah Islam, panjangnya rangkaian sanad, serta banyaknya nama periwayat berikut kunyah dan nasabnya.

135 Ibid, 55-56. ‘Ajja>j al-Khat}i>b, al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n, 329.

104

2) Meninggalnya para sahabat dan tabi‘i>n penghafal hadis.

3) Sulitnya pengawasan pemerintah dalam memelihara hadis yang tersebar di berbagai penjuru kawasan Islam, seiring dengan berkembangnya berbagai displin ilmu yang berbeda-beda.

4) Banyaknya hadis palsu dari para ahli bid‘ah.

5) Kekhawatiran akan bercampur dan mengganggu terhadap pemeliharaan al-Qur’an telah berakhir bersama fakta bahwa al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan orang, telah dikumpulkan dan dibukukan pada masa sahabat Khalifah ‘Uthma>n, sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara al-Qur’an dan hadis.

Sebelum Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z, sebenarnya ide penghimpunan hadis telah digagas oleh Khalifah ‘Umar ibn Khat}t}a>b (w. 23 H.). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan meski sebagian sahabat telah merestui gagasan tersebut, karena setelah ‘Umar ibn Khat}t}a>b melakukan istikha>rah selama satu bulan, lantas muncul kekhawatiran terhadap perhatian umat Islam dalam mempelajari al-Qur’an terganggu.137 Sementara pada waktu itu kegiatan pencatatan dan penyalinan hadis dalam bentuk naskah maupun s}ahifah tetap berlangsung sebagaimana telah ada sejak Nabi Muhammad saw. masih hidup. Namun pencatatan

137 ‘Ajja>j al-Khat}i>b, al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n, 310. Lihat juga al-Mut}i>ri>, Ta>ri>khu Tadwi>n al-Sunnah, 50.

105

hadis ini dilakukan secara pribadi oleh para sahabat yang ahli sehingga tidak menjadi kendala terhadap pemeliharaan al-Qur’an.138

Pada masa awal, ada beberapa sahabat yang telah menulis hadis dalam s}ah}i>fah (lembaran-lembaran), dan nuskhah (naskah). Sahabat yang telah menulis hadis tersebut seperti Ja>bir ibn ‘Abdulla>h ibn ‘Amr al-Ans}a>ri> (16 SH.-78 H.), yang memiliki catatan hadis Nabi Muhammad saw. tentang manasik haji. Catatan Hadis Ja>bir dikenal dengan S{ah}i>fah Ja>bir. ‘Abdulla>h ibn ‘Amr ibn ‘As} (27 SH.-63 H.) memiliki catatan hadis yang diberi nama al-S{ah}i>fah al-S{a>diqah. Abu> Hurairah al-Dausi> (19 SH.-59 H.) juga memiliki catatan hadis yang dikenal dengan S{ah}i>fah al-S{a>h}ih}ah—yang diriwayatkan kepada anaknya Hammam. ‘Abdulla>h ibn abu> Awfa> menulis s}ah}i>fah, abu> Mu>sa> Ash‘a>ri juga menulis al-s}ah}i>fah, Suhail ibn abu> S{a>lih} menulis nuskhah, Samurah ibn Jundub juga memiliki naskah hadis, serta S{ah}i>fah Ami>r al-Mu’mini>n milik Ali> ibn abu> T{a>lib (23 SH.-40 H.).139

Dalam keterangan lain disebutkan bahwa tidak kurang dari 52 shahabat memiliki naskah-naskah catatan hadis. Demikian pula tidak kurang dari 247 ta>bi‘i>n juga memiliki hal serupa.140 Namun pencatatan itu dilakukan oleh para sahabat dan ta>bi‘i>n atas inisiatif mereka sendiri dalam

138 ‘Ajja>j al-Khat}i>b, ibid, 316.

139 Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadits, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), 67-72. Lihat juga al-Zahra>ni>, Tadwi>n al-Sunnat al-Nabawiyyah, 71-73.

106

rangka menjaga hadis, dan untuk kebutuhan sendiri serta mura>ja’ah.141 Oleh karena itu, kegiatan pencatatan hadis para sahabat maupun ta>bi‘i>n ini dinamakan al-kita>bah, yang secara etimologi memiliki arti penulisan.

Selangkah dari kegiatan penulisan hadis (al-kita>bah), gagasan pengumpulan hadis (al-jam‘u al-hadi>th) lahir dari keluarga Marwa>n ibn al-H{{akam (w. 65 H.). Untuk kepentingan pemeliharaan hadis dan kebutuhan kepadanya, maka Marwa>n telah mengumpulkan hadis yang diriwayatkan oleh abu> Hurairah dan Zayd ibn Tha>bit berikut pandangan fiqihnya.142 Kemudian tradisi mengkoleksi hadis ini dilanjutkan oleh ‘Abd al-‘Azi>z ibn Marwa>n ibn al-H{akam (w. 85 H.). Ketika menjabat gubernur di Mesir. ‘Abd al-‘Azi>z memerintahkan Kathi>r ibn Murrah al-H{ad}ra>mi> (w. 80 H.) untuk mengumpulkan hadis Nabi Muhammad saw. Demikian halnya ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z (w. 101 H.) ketika menjabat gubernur Madinah menggantikan ayahnya. Namun kegiatan pengumpulan hadis oleh keluarga Marwa>n ibn H{akam ini belum menjadi kebijakan resmi di pusat pemerintahan kekhalifahan.143

Setelah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z menjabat khalifah menggantikan Sulaima>n ibn Ma>lik pada tahun 99 H., maka program kodifikasi hadis Nabi Muhammad saw. secara resmi dimaklumatkan oleh khalifah. Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z mengirimkan instruksi kepada

141 Al-Zahra>ni>, Tadwi>n al-Sunnat al-Nabawiyyah, 71.

142 Al-Mut}i>ri>, Ta>ri>khu Tadwi>n al-Sunnah, 52-53.

107

Gubernur Madinah abu> Bakr ibn Muh}ammad ibn ‘Amr ibn H{azm (w. 120 H.) agar mengumpulkan dan membukukan hadis yang terdapat pada para penghafal di Madinah, seperti dari murid kepercayaan Siti ‘A{‘ishah, ‘Amrah ibnt ‘Abdu al-Rahma>n al-Ans}a>riyyah (98 H.) dan al-Qa>sim ibn Muh>ammad ibn abu> Bakr al-S{{iddi>q (w.107 H.), keponakan Siti ‘A{‘ishah. Namun demikian Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z wafat sebelum abu> Bakr ibn Muh}ammad ibn ‘Amr ibn H{azm sempurna mengumpulkan Hadis secara menyeluruh.144

Selain kepada abu> Bakr ibn Muh}ammad ibn ‘Amr ibn H{azm, Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Azi>z juga menginstruksikan Muh}ammad ibn Muslim ibn Shihab al-Zuhri> al-Qurashi>> al-Madani>> (50 H.-123 H.) untuk mengumpulkan hadis. Sebenarnya dengan inisiatif sendiri, al-Zuhri> telah melakukan pengumpulan dan pencatatan hadis sejak akhir masa sahabat, tepatnya sejak 70 H.145 Dengan adanya instruksi khalifah ini maka al-Zuhri> menemui para ulama dari kalangan sahabat dan ta>bi‘i>>n, kemudian menulis setiap apa yang diriwayatkannya baik berupa hadis dari Nabi Muhammad saw., sunnah sahabat, berikut pandangan para sahabat.146 Kemudian al-Zuhri> mengirimkan hasil pembukuan hadisnya kepada para petinggi gubernur di wilayah-wilayah Islam. Itulah sebabnya para ahli hadis seperti ibn H{ajar lebih mengenal al-Zuhri> sebagai ulama yang

144 Ibid, 56.

145 Ibid, 58.

108

pertama kali melakukan kodifikasi hadis secara resmi atas perintah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Azi>z.147

Al-Zuhri> mampu membukukan kurang lebih 2000 hadis Nabi Muhammad saw. yang ia kumpulkan sejak akhir masa sahabat.148 Tidak kurang dari 150 orang dari kalangan sahabat berikut putra-putranya telah ia datangi untuk mengumpulkan hadis yang mereka riwayatkan. Sedangkan murid al-Zuhri> yang meriwayatkan hadis darinya kurang lebih mencapai 200 orang.149 Semua muridnya diberi pelajaran hadis dengan membacakan kumpulan hadis yang telah ia bukukan. Kemudian sekitar 50 murid al-Zuhri> dari kalangan ahli menuliskan hadis yang dibacakannya. Di antara murid-murid al-Zuhri> adalah Ma>lik ibn A<nas (penulis al-Muwat}t{a’), Ma‘mar ibn Ra>shid (penyusun al-Ja>mi‘), Ibn Juraij, Muh}ammad ibn Abi> Dhi’b, dan Laith ibn Sa‘d, Sufya>n Thauri>, al-Awza>‘i>, dan lainnya.150

Tidak cukup sampai di sini, Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Azi>z juga meminta pamannya Sa>lim ibn ‘Abdulla>h ibn ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b agar mengumpulkan hadis riwayat kakeknya perihal zakat. Karena ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b memiliki kitab tentang zakat berisi hadis dari Nabi Muhammad saw. yang disimpan turun temurun dalam keluarga

147 Al-Zahra>ni>, Tadwi>n al-Sunnat al-Nabawiyyah, 77.

148 Jama>luddi>n abi> al-H{ajja>j Yu>suf al-Mizzi>, Tahdhi>b al-Kama>l, jilid 26, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1983), 431

149 Ibid, 419.

109

Khat}t}ab. Maka Sa>lim pun menuliskan hadis tentang zakat kemudian mengirimkannya kepada khalifah.151

Demikianlah kebijakan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Azi>z dalam usaha kodifikasi hadis. Kebijakan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z ini menjadi landasan dan pintu awal proses kegiatan al-tadwi>n berlangsung, yaitu pengumpulan dan penyusunan hadis dalam daftar yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan resmi khalifah dengan melibatkan beberapa tim ahli hadis.152

Tidak lama berselang setelah kebijakan kodifikasi hadis dikeluarkan oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Azi>z, maka para ulama hadis semakin mantap untuk melakukan rih}lah (perjalanan) ilmiah dalam rangka mengumpulkan dan membukukan hadis. Mereka mengumpulkan hadis dari kalangan sahabat kecil dan para tabi‘i>n, kemudian membukukannya dengan format penyusunan sesuai bab-bab tertentu. Beberapa ulama yang pertama kali mengumpulkan dan menyusun hadis tersebut antara lain adalah:153

1) Pengumpul hadis pertama di kota Mekkah: ‘Abd Ma>lik ibn ‘Abd al-‘Azi>z ibn Juraij al-Bas}ri> (w. 150 H.).

2) Pengumpul hadis pertama di kota Madinah: Ma>lik ibn A<nas (93-179 H.) penyusun al-Muwat}t}a’, Muh}ammad ibn Ish>a>q (w. 151 H.),

151 Al-Dhaha>bi>, Siyar A‘la>m al-Nubala>’, jilid V, 127. Lihat juga al-Mut}i>ri>, ibid, 60.

152 ‘Ajja>j al-Khat}i>b, al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n, 328. Al-Mut}i>ri>, ibid, 51-52.

110

demikian juga Muh}ammad ibn ‘Abd al-Rah}ma>n bi abi> Dhi’b yang menyusun al-Muwat}t}a’ lebih tebal dari karya Imam Ma>lik.

3) Pengumpul hadis pertama di kota Basrah: al-Ra>bi‘ ibn al-S{abi>h} (w. 160 H.), Sa‘i>d ibn abi> ‘Aru>bah (w. 156 H.), Abu> Salmah H{amma>d ibn Salmah ibn Di>nar (w. 167 H.).

4) Pengumpul hadis pertama di Kuffah: abu> Abdulla>h Sufya>n ibn Sa‘i>d al-Thauri> (97-161 H.)

5) Pengumpul hadis pertama di Syam: ‘Abd Rah}ma>n ibn ‘Amr al-Auza>‘i> (88 H.-157 H.)

6) Pengumpul hadis pertama di Wasit}: Hashi>m ibn Bashi>r Sulami> al-Wa>sithi> (104-183 H.)

7) Pengumpul hadis pertama diYaman: Ma‘mar ibn Ra>shid al-Azdi> (95-153 H.)

8) Pengumpul hadis pertama di Rei: Jari>r ibn ‘Abd al-H{ami>d (110-188 H.)

9) Pengumpul hadis pertama di Khurasan: ‘Abdulla>h ibn al-Muba>rak (118-181 H.)

10) Pengumpul hadis pertama di Mesir: ‘Abdulla>h ibn Wahb (125-197 H.), al-Laith ibn Sa‘ad (w. 175 H).154

Adapun kitab-kitab kumpulan hadis yang telah disusun pasca kebijakan al-tadwi>n Khalifah ‘Umar ini jumlahnya cukup banyak. Akan

111

tetapi, yang monumental di kalangan ahli hadis adalah al-Muwat}t}a' yang disusun oleh imam Ma>lik.155 Namun demikian, karya imam Ma>lik ini masih mencantumkan hadis maupun fatwa yang bersumber dari sahabat dan ta>bi‘i>n. Oleh karena itu maka digagaslah penyusunan kitab hadis yang khusus memuat hadis dari Nabi Muhammad saw. Kemudian lahirlah kitab kumpulan hadis dengan bentuk susunan al-musnad.156 Orang yang pertamakali menyusun kumpulan hadis dalam bentuk al-musnad adalah abu> Da>wu>d Sulaima>n ibn al-Ja>ru>d al-T{aya>li>si> (133-204 H.).157

Tradisi penyusunan al-musnad yang diprakarsai al-T{aya>li>si mendapat respon positif dari kalangan ahli hadis. Maka penyusunan kumpulan hadis dalam bentuk al-musnad ini berkembang di kalangan atba>‘ al-ta>bi‘i>n dan generasi sesudahnya. Penulis al-musnad tersebut antara lain adalah Asad ibn Mu>sa> al-Umawi> (w. 212 H.), ‘Ubaidilla>h ibn Mu>sa> al-‘Abasi> (w. 213 H.), Musaddad al-Bas}ri> (w. 228 H.), Na‘i>m ibn H{amma>d al-Khiza>‘i> al-Mis}ri> (w. 228 H.), Ah}mad ibn H{anbal (w. 241 H.),

155 Penyusunan kitab kumpulan hadis muwat}t}a’ adalah tipe pembukuan hadis yang didasarkan pada klasifikasi hukum Islam (abwa>b al-fiqhiyah) dengan mencantumkan hadis marfu>‘, mawqu>f, dan maqt}u>‘. Lihat Idri, Studi Hadis, 115-116.

156 Al-Musnad adalah kitab kumpulan hadis yang disusun berdasar nama sahabat yang meriwayatkannya. Dalam tradisi penyusunan kitab hadis al-musnad pada era ini, penulisan hadis dilakukan berikut sanadnya, tidak mencantumkan hadis palsu, serta mencantumkan jalur-jalur periwayatan hadis. Lihat ‘Ajja>j al-Khat}i>b, al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n, 338. Lihat juga Idri, ibid, 119.

112

Ish}a>q ibn Rawahaih (w. 238 H.), ‘Uthma>n ibn Abi> Shaibah (w. 239 H.), dan lain sebagainya.158

e. Periwayatan Hadis Masa Atba>‘ Atba>‘ Ta>bi‘in Abad III H.; ‘As}r al-Tajri>d wa al-Tas}h}i>h} wa al-Tanqi>h}

Periwayatan hadis pada masa kodifikasi telah melahirkan banyak kitab kumpulan hadis. Namun demikian, pondasi yang dibangun ulama hadis dari kalangan atba>‘ al-ta>bi‘i>n pada abad II Hijriyah masih membuka peluang untuk dikembangkan. Maka dari itu, ulama hadis generasi atba>‘ atba>‘ al-ta>bi‘i>n (abad III H.) merasa perlu untuk meneliti lebih lanjut dan mengembangkan hasil kodifikasi hadis para pendahulunya. Sebagaimana telah dijelaskan di awal, bahwa terdapat beberapa kitab hasil kodifikasi pada abad II H. yang masih mencantumkan hadis mawqu>f (bersumber dari sahabat) dan maqt}u>‘ (bersumber dari ta>bi‘i>n). Selain itu, pada kitab tersebut belum memisahkan antara hadis yang d}a‘i>f dengan hadis yang sahih.159 Oleh karena itu kegiatan seleksi terhadap hadis Nabi Muhammad

Dokumen terkait