• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Elektronik atau Electronic Performance Support System

VISI DAN MIS

C. Kinerja Elektronik atau Electronic Performance Support System

(EPSS)

Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa 50,83% karyawan menyatakan kinerja elektronik telah diterapkan sebagian kecil di RS Sentra Medika Depok, belum diterapkan sama sekali 26,11%, telah diterapkan sebagian besar 18,61%, dan 4,45% telah diterapkan sepenuhnya.

EPSS adalah salah satu teknologi yang efektif untuk mengelola pengetahuan dan meningkatkan efisiensi belajar. EPSS menggunakan database (teks, visual, atau audio) dan basis pengetahuan untuk menangkap, menyimpan, dan mendistribusikan informasi di seluruh organisasi untuk membantu pekerja mencapai tingkat kinerja tertinggi dalam waktu sesingkat mungkin, dan dengan alokasi anggota yang minimal.

RS Sentra Medika Depok telah mengupayakan fasilitas kepada karyawan untuk melaksanakan pembelajaran dengan bantuan multimedia yang cukup serta pembelajaran sesuai pada waktu kebutuhannya. Hal ini dilakukan dengan pemberian pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan pada waktu yang tepat, seperti pelatihan penggunaan alat medis atau non medis yang baru dimiliki oleh RS Sentra Medika Depok. Responden menyebutkan bahwa hal ini belum dilakukan secara optimal, berkaitan dengan keterampilan karyawan dalam menyerap pengetahuan yang diberikan dengan aplikasi pengetahuan tersebut dalam aktivitas kerja nyata yang dilakukan belum maksimal.

Aspek berikutnya adalah sistem elektronik yang mempermudah pembelajaran dan pelaksanaan pekerjaan, akses data yang mudah didapatkan untuk efektifitas pekerjaan, serta penyesuaian perangkat lunak untuk pengolahan informasi sesuai kebutuhan. Hal tersebut telah dilakukan oleh RS Sentra Medika Depok dengan mengupayakan sistem komputerisasi yang dipergunakan sesuai kebutuhan kerja karyawan melalui software khusus administrasi untuk memasukan, menyimpan dan mengolah data obat-obatan, alat medis, jasa medis, dan lainnya hanya dirasa belum optimal oleh karyawan karena ada beberapa bagian yang memerlukan perangkat lunak untuk performa kerja dengan ketepatan dan efisiensi waktu, seperti pemberian resep dokter yang belum menggunakan teknologi komputerisasi.

Secara keseluruhan subsistem penerapan teknologi dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa sebagian besar karyawan berpendapat subsistem ini telah diterapkan sebagian kecil (47,08%) dan belum diterapkan sama sekali (27,36%). Selain itu karyawan juga menyatakan telah diterapkan sebagian besar (20,83% ) dan telah diterapkan seluruhnya (4,73%).

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa RS Sentra Medika Depok telah menuju kearah organisasi pembelajar melalui penggunaan teknologi dalam pengelolaan pengetahuan, teknologi dalam

peningkatan pembelajaran, serta kinerja elektronik. Namun karyawan berpendapat bahwa masing-masing proses penerapan teknologinya belum dilakukan secara optimal. RS Sentra Medika Depok telah mengupayakan penerapan teknologi melalui pengadaan jaringan internet, penyediaan fasilitas pembelajaran dengan media audio dan video, serta pelatihan untuk meningkatkan pemahaman karyawan tentang teknologi namun belum dilakukan secara merata pada seluruh bagian rumah sakit. Hal ini dikarenakan fasilitas teknologi untuk pengelolaan pengetahuan, mendukung pembelajaran, dan kinerja berbasis elektronik belum dapat digunakan secara merata oleh seluruh bagian rumah sakit.

.4.2.5Hasil Nilai Rataan Tingkat Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajar pada RS Sentra Medika Depok Depok

Organisasi pembelajar terbentuk dari model sistem yang memiliki lima subsistem yaitu pembelajaran, transformasi organisasi, pemberdayaan orang/manusia, pengelolaan pengetahuan, dan penerapan teknologi. Seluruh subsistem tersebut saling terkait dan saling melengkapi dengan subsistem inti yaitu pembelajaran. Tabel 11 menyajikan hasil analisis penerapan model sistem organisasi pembelajaran di RS Sentra Medika Depok melalui lima subsistem berikut.

Tabel 11. Frekuensi Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajar RS SentraMedika Depok

Subsistem Jawaban Responden Belum diterapkan (1) Sebagian kecil telah diterapkan (2) Sebagian besar telah diterapkan (3) Seluruhnya diterapkan (4) A. Pembelajaran 169 516 307 16 Persentase (%) 16,77 51,19 30,46 1,59 B. Transformasi Organisasi 131 426 257 14 Persentase (%) 15,82 51,45 31,04 1,69 C. Pemberdayaan orang/manusia 168 377 225 22 Persentase (%) 21,21 47,60 28,41 2,78 D. Pengelolaan Pengetahuan 161 375 173 11 Persentase (%) 22,36 52,08 24,03 1,53 E. Penerapan Teknologi 197 339 150 34 Persentase (%) 27,36 47,08 20,83 4,73 Total 826 2033 1112 97 Persentase (%) 20,30 49,97 27,35 2,38

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa karyawan menyatakan model sistem organisasi pembelajar telah dilakukan oleh RS Sentra Medika Depok walaupun dinilai masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian besar karyawan (49,97%), berpendapat bahwa model sistem organisasi pembelajar telah diterapkan pada sebagian kecil saja. Selain itu 27,35% karyawan menyatakan telah diterapkan sebagian besar, karyawan yang menyatakan belum diterapkan sama sekali 20,30%, dan 2,38% telah diterapkan sepenuhnya. RS Sentra Medika Depok mengupayakan pelaksanaan seluruh model sistem organisasi pembelajar, ditunjukan dari jawaban responden yang juga banyak pada skala ketiga (telah diterapkan sebagian besar). Hal ini tentu saja didukung oleh keinginan dari masing- masing individu untuk memiliki pengetahuan yang lebih luas dan meningkatkan performa kerja karyawan.

Di sisi lain analisis skor rataan penerapan subsistem organisasi pembelajar diperlukan untuk interpretasi hasil rataan untuk dibandingkan terhadap skor rataan (range result) penelitian Marquardt yang dikutip dari Hellena (2007). Hasil skor rataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Skor Kinerja Penerapan Organisasi Pembelajar RS Sentra Medika

No. Subsistem Skor Interpretasi

Hasil

1 Pembelajaran 2,17 Cukup

2 Transformasi Organisasi 2,28 Cukup

3 Pemberdayaan Orang/Manusia 2,12 Cukup

4 Pengelolaan Pengetahuan 2,05 Cukup

5 Penerapan Teknologi 2,02 Cukup

Total Skor Rata-Rata Penerapan Organisasi

Pembelajar 2,12 Cukup

Pada Tabel 12 diketahui hasil skor rataan dengan interpretasi nilai cukup pada seluruh penerapan subsistem organisasi pembelajar di RS Sentra Medika Depok Depok. Marquardt (2002) menjelaskan bahwa sebelum individu-individu atau organisasi memahami kekayaan dari organisasi pembelajar, mereka harus menggabungkan kelima subsistem. Hal ini berarti apabila organisasi tidak menggabungkan seluruh subsistem untuk menerapkan organisasi pembelajar, maka organisasi hanya menerapkan sebagian subsistem dan mengakibatkan kerugian yang signifikan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bahwa RS Sentra Medika Depok telah berupaya untuk melaksanakan penerapan organisasi pembelajar melalui pelaksanaan seluruh subsistem secara merata dan bersamaan, walaupun belum dilakukan secara optimal.

Pada hasil penelitian ini juga dianalisis bagaimana perbandingan tingkat penerapan model sistem organisasi pembelajar RS Sentra Medika Depok dengan penelitian yang dilakukan oleh Marquardt (Utami, 2009) kepada 500 organisasi di seluruh dunia. Perolehan nilai perbandingan ini dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata jawaban responden dari setiap subsistem organisasi pembelajaran dengan menambahkan seluruh rata-rata seluruh sub indikator pada masing-masing subsistem. Hasil tabulasi nilai rata-rata tersebut dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Perbedaan Nilai Rata-rata Penerapan Model Sistem Organisasi Pembelajar pada RS Sentra Medika Depok dengan Penelitian Marquardt terhadap 500 Organisasi

Subsistem OP

Persentase Nilai Rata-rata (%)

Interpretasi Perbandingan RS Sentra Medika Depok

Depok Penelitian Marquardt (1996) A.Pembelajaran 54,25 58,00 Dibawah rata-rata B.Transformasi Organisasi 54,75 56,00 Dibawah rata-rata C.Pemberdayaan orang/manusia 53,00 54,00 Dibawah rata-rata D.Pengelolaan Pengetahuan 51,25 54,00 Dibawah rata-rata

E.Penerapan Teknologi 50,50 52,50 Dibawah

rata-rata

Total 52,75 55 Dibawah

rata-rata

Data pada Tabel 13 menunjukkan perbandingan nilai rata-rata pada 500 organisasi yang diteliti oleh Marquardt (1996), dimana RS Sentra Medika Depok memiliki tingkat penerapan organisasi pembelajar sebesar 52,75%. Tingkat penerapan tersebut lebih rendah dari tingkat penerapan organisasi pembelajar pada 500 organisasi yang diteliti oleh Marquardt. Perbandingan tingkat penerapan organisasi pembelajar di RS Sentra Medika Depok juga dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

54,25% 54,75% 53% 51,25% 50,50% 58% 56% 54% 54% 52,50% RSSM Depok Organisasi Penelit ian M arquardt

Gambar 14. Perbandingan Rata-rata Penerapan Organisasi Pembelajar RS Sentra Medika Depok dan Organisasi pada Penelitian Marquardt (1996)

Dari Gambar 14 terlihat bahwa seluruh penerapan subsistem organisasi pembelajar oleh RS Sentra Medika Depok masih dibawah rata- rata penerapan subsistem organisasi pembelajar pada organisasi yang diteliti oleh Marquardt (1996). Hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang juga dilakukan pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Bogor tahun 2010 dan PT. Taspen (Persero) Cabang Bogor tahun 2009 yang menyatakan bahwa kedua organisasi tersebut memiliki rata-rata yang lebih besar dari rata-rata penelitian Marquardt. Pada Gambar 14 juga dapat dilihat bahwa subsistem yang memiliki perbedaan nilai penerapan yang signifikan dengan penelitian Marquardt adalah subsistem pembelajaran. Pada penelitian Marquardt nilai penerapan rata-rata subsistem pembelajaran adalah 58% tertinggi dari seluruh subsistem yang ada. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti oleh Marquardt telah melaksanakan subsistem pembelajaran dan memprioritaskan pembelajaran diseluruh tingkatan pada organisasi tersebut. Disisi lain RS Sentra Medika Depok memiliki nilai penerapan tertinggi pada subsistem transformasi organisasi, hal ini tentu saja memperlihatkan bahwa RS Sentra Medika Depok belum memprioritaskan pembelajaran sebagai subsistem utama yang mendukung subsistem lainnya untuk menjadi organisasi pembelajar.

Secara keseluruhan dapat dilihat penerapan pada masing-masing subsistem organisasi pembelajar yang dibandingkan dengan penelitian Marquardt. Subsistem pembelajaran yang merupakan subsistem inti telah diterapkan sebesar 54,25% tertinggi kedua setelah subsistem transformasi organisasi. Subsistem pembelajaran memiliki perbedaan rata-rata dibawah organisasi pada penelitian Marquardt (1996). Hal ini menggambarkan pembelajaran pada tingkat individu, kelompok, serta organisasi telah cukup diterapkan di RS Sentra Medika Depok namun belum optimal karena hanya diterapkan pada sebagian kecil rumah sakit saja. Pimpinan tingkat atas telah memiliki konsep pembelajaran untuk organisasi namun tidak diaktualisasikan kepada manajemen tingkat menengah dan bawah serta staf secara merata. Optimalisasi pembelajaran memerlukan dukungan dari

pimpinan untuk memprioritaskan pembelajaran pada seluruh aktivitas karyawan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Di sisi lain proses untuk menghindarkan kecanggungan serta kesalahpahaman komunikasi diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga karyawan terbiasa untuk berkomunikasi dan memberikan umpan balik yang dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi setiap individu.

Subsistem transformasi organisasi memiliki tingkat penerapan tertinggi pada RS Sentra Medika Depok sebesar 54,75%, tidak terpaut jauh dari subsistem pembelajaran namun masih dibawah rata-rata penelitian Marquardt. Proses perubahan sebuah organisasi untuk menjadi organisasi pembelajar bukanlah hal yang mudah. Menurut Dimock dan Koening yang dikutip dari Sutarto (2006) organisasi adalah menghimpun secara teratur bagian-bagian yang saling bergantungan untuk mewujudkan suatu keseluruhan yang bersatu padu dengan mana wewenang, koordinasi, dan kontrol dapat dilaksanakan untuk mencapai maksud tertentu. Hal ini berkaitan dengan komitmen pimpinan dan karyawan untuk bersama-sama memperbaiki diri sehingga dapat memajukan organisasi. Oleh karena itu pimpinan diharuskan untuk mendukung visi yang ada untuk menempatkan pembelajaran kepentingan yang mendasar. Selain itu komunikasi antar jabatan juga perlu dipermudah dengan memperjelas struktur yang ada. Strategi yang dilakukan oleh RS Sentra Medika Depok merupakan sebuah usaha untuk menciptakan budaya organisasi yang dapat menempatkan pembelajaran sebagai hal yang mendasar.

Subsistem yang tingkat penerapannya terbesar ketiga di RS Sentra Medika Depok adalah subsistem pengelolaan orang/manusia sebesar 53%. Subsistem ini juga berada dibawah rata-rata organisasi yang diteliti oleh Marquardt. Pada data tersebut dapat diketahui bahwa RS Sentra Medika Depok cukup memberdayakan seluruh sumber daya manusia internal maupun eksternal untuk memperoleh dan membagi pengetahuan untuk menjadi bahan pembelajaran masa yang akan datang. Komponen yang diaktifkan namun tidak diberdayakan hanya akan memiliki pengetahuan

yang diperlukan namun tidak tahu bagaimana cara mengaplikasikannya (Marquardt, 2002). Oleh karena itu masing-masing komponen tersebut diberikan kesempatan untuk belajar.

Subsistem berikutnya adalah subsistem pengelolaan pengetahuan yang telah diterapkan sebesar 51,25% oleh RS Sentra Medika Depok. Subsistem ini masih berada dibawah rata-rata subsistem pengelolaan pengetahuan yang diterapkan oleh organisasi pada penelitian Marquardt yaitu sebesar 54%. Melalui data tersebut dapat dilihat bahwa RS Sentra Medika Depok cukup menyadari bahwa pengetahuan adalah sebuah aset untuk menjadi keunggulan kompetitif. Perlu adanya pengelolaan pengetahuan untuk membuat sebuah pengetahuan menjadi aset yang dapat dipergunakan oleh organisasi.

Subsistem yang terkecil penerapannya adalah subsistem penerapan teknologi sebesar 50,50% . Subsistem ini lebih kecil dari rata-rata penerapan oleh organisasi yang diteliti oleh Marquardt sebesar 52,5%. RS Sentra Medika Depok cukup menerapkan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran walaupun belum optimal. Subsistem teknologi diperlukan agar karyawan lebih mudah dan lebih cepat dalam memperoleh, menggunakan, serta menyebar informasi dan pembelajaran. RS Sentra Medika Depok perlu mendukung karyawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan teknologi untuk pembelajaran bersama sehingga dapat memajukan organisasi.

.4.2.6Implikasi Manajerial

Perubahan konstan yang terjadi pada lingkungan membuat individu, kelompok, dan organisasi harus belajar terus menerus dan tidak pernah usai untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan. Sebuah organisasi perlu mengembangkan diri dan berusaha untuk menjadi organisasi pembelajar karena organisasi pembelajar dapat merubah pengetahuan menjadi produk/jasa baru, menciptakan strategi pemasaran yang andal, dan berbagai cara untuk melakukan bisnis secara cepat. Hal tersebut yang dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis, khususnya industri pelayanan kesehatan. Masing-masing organisasi harus

mengembangkan struktur dan cara yang terbaik pada orang-orang, budaya, keterampilan dasar, teknologi, misi yang sesuai dengan organisasi tersebut. Watkins dan Marsick yang dikutip dalam Marquardt (2002) menyatakan bahwa proses itu disebut dengan “menguliti” organisasi sebagai cara yang terbaik untuk membebaskan potensi didalam organisasi yang berbentuk teknologi, orang-orang, dan sumber dayanya.

Penelitian ini telah membahas mengenai penerapan organisasi pembelajar melalui model sistem yang terdiri dari lima subsistem di RS Sentra Medika Depok. Selain mengedepankan aspek sosial, Rumah sakit saat ini juga memperhatikan aspek ekonomi yang sesuai dengan kode etik kedokteran demi keberlangsungan pelaksanaan pelayanan ditengah-tengah persaingan yang ketat. Oleh karena itu rumah sakit saat ini sebaiknya tidak hanya mengobati orang yang memiliki fisik atau mental yang sakit, namun memberikan pelayanan untuk mencegah datangnya penyakit dari berbagai produk yang ditawarkan. Implikasi manajerial yang dapat diusulkan kepada RS Sentra Medika Depok merupakan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk dapat membantu RS Sentra Medika Depok dalam meningkatkan penerapan organisasi pembelajar. Implikasi manajerial ini direkomendasikan berdasarkan hasil uji persepsi yang telah dilakukan kepada karyawan RS Sentra Medika Depok sehingga dapat diketahui tingkat penerapan yang ada di seluruh tingkatan jabatan pada bidang medis, paramedis, dan non medis.

Pada analisis persepsi karyawan mengenai penerapan organisasi pembelajar di RS Sentra Medika Depok diketahui bahwa penerapan model sistem organisasi pembelajar telah diterapkan sebagian kecil dan masih berada dibawah rata-rata penerapan organisasi pembelajar pada 500 organisasi menurut penelitian Marquardt (1996). Hal tersebut menjelaskan bahwa penerapan organisasi pembelajar oleh RS Sentra Medika Depok belum dilakukan secara optimal. RS Sentra Medika Depok sebaiknya melakukan perbaikan dalam aktivitas pembelajaran baik ditingkat individu, kelompok, dan organisasi untuk menghindari keadaan pembelajaran yang stagnan. Marquardt (2002) menyatakan bahwa banyak kegagalan yang

dialami oleh organisasi dalam merubah diri menjadi organisasi pembelajar karena pimpinan ragu untuk terlibat dalam kesulitan memindahkan orang- orang dalam organisasi keluar dari daerah nyaman mereka, kehilangan kesabaran dalam melakukan persiapan perubahan, atau takut untuk mengambil resiko dalam membuat sistem operasi yang baru. Keadaan organisasi yang “status quo” lebih berbahaya daripada organisasi yang berusaha menuju kepada hal yang tidak diketahui.

Dari hasil pembahasan analisis penelitian dapat diketahui bahwa subsistem transformasi organisasi adalah subsistem yang paling besar tingkat penerapannya lalu disusul oleh subsistem pembelajaran, subsistem pemberdayaan orang/manusia, subsistem pengelolaan pengetahuan, serta subsistem yang penerapannya berada di posisi terendah yaitu penerapan teknologi. Implikasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh RS Sentra Medika Depok adalah sebagai berikut.

1. Strategi peningkatan subsistem penerapan teknologi

a. Teknologi yang memadai untuk mendukung pembelajaran untuk mempercepat kinerja. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan komputerisasi pada beberapa bagian seperti unit farmasi yang bisa mempercepat kinerjanya dengan penulisan resep elektronik. Hal tersebut dapat memperkecil kesalahan pembacaan dan mengurangi waktu untuk konfirmasi ulang jika resep tersebut tidak terbaca.

b. Komunikasi internal terjalin melalui jaringan komunikasi berbasis teknologi agar informasi dapat dengan mudah diakses oleh seluruh karyawan. Dalam hal ini RS Sentra Medika Depok dapat menyediakan sistem groupware yang membantu untuk pengelolaan manajemen rapat, komunikasi antar individu, pengelolaan proyek.

c. Sistem komputerisasi yang telah disediakan tidak akan berarti jika penggunanya tidak mengerti akan teknologi tersebut. Karena itu perlu dilakukan program pembelajaran penggunaan teknologi komputerisasi yang terprogram sehingga seluruh karyawan baru dan lama dapat secara aktif bekerja berbasis teknologi secara baik dan merata.

2. Strategi peningkatan subsistem pengelolaan pengetahuan

a. Menyediakan sistem komputerisasi untuk dapat menyimpan data-data penting kemudian diolah dan menjadi sumber pengetahuan bagi pimpinan dan karyawan rumah sakit.

b. Peningkatan akuisisi pengetahuan internal dan eksternal rumah sakit, melalui cara:

i. Pembaharuan berkala sumber pengetahuan eksplisit rumah sakit yang berbentuk standar operasional prosedur (SPO) medis dan non medis, sehingga memiliki konten yaang up-to-date sesuai dengan perkembangan pengetahuan yang ada.

ii. Meningkatkan pemerolehan pengetahuan eksternal dengan cara menyediakan sistem yang merata pada seluruh bagian. Hal ini dilakukan agar karyawan dapat memperoleh pengetahuan terkini dengan cepat.

c. Optimalisasi dalam menganalisis data pelayanan yang dimiliki untuk dapat memperoleh pengetahuan dan strategi peningkatan pelayanan, serta merancang inovasi pelayanan selanjutnya.

d. Optimalisasi validasi pengetahuan yang dimiliki dengan cara memaksimalkan kinerja front liner dalam memecahkan masalah yang berasal dari komplain pasien. Oleh karena itu peran adanya customer service sangat penting untuk dapat membantu menganalisis dan mencari akar masalah pelayanan pasien sehingga dapat diselesaikan bersama.

e. Berbagi pengetahuan mengenai informasi posisi kinerja pelayanan rumah sakit melalui teknologi komputerisasi yang dapat diakses oleh seluruh bagian sesuai dengan kebutuhan, sehingga mereka menyadari pentingnya pengembangan diri untuk memajukan rumah sakit melalui kinerja yang lebih baik.

3. Strategi peningkatan subsistem pemberdayaan orang/manusia

a. Desentralisasi kewenangan dan tanggung jawab kepada karyawan sehingga dapat melatih karyawan untuk lebih menjadi tenaga kerja yang dewasa dengan melatih diri untuk bertanggung jawab atas

pekerjaannya. Selain itu karyawan juga diberi kesempatan untuk melatih diri dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan optimalisasi kegiatan supervisi yang dilatih untuk mencakup seluruh bidang, tidak hanya bagian keperawatan saja.

b. Optimalisasi penggalian informasi dari pelanggan mengenai pelayanan rumah sakit untuk melakukan perbaikan pelayanan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan angket kepada pasien rawat jalan dan penunjang medis untuk mengevaluasi pelayanan rawat jalan dan penunjang medis.

c. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada aspek kesehatan. Kegiatan CSR tersebut dapat menjadi media bagi rumah sakit dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan serta upaya memperkenalkan pelayanan RS Sentra Medika Depok untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

4. Strategi peningkatan subsistem pembelajaran di tingkat individu dan kelompok.

a. Meningkatkan komitmen pembelajaran pada seluruh karyawan bahwa pembelajaran adalah prioritas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan visi rumah sakit kepada seluruh karyawan sehingga dapat memahami usaha bersama yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja rumah sakit. Seluruh pelaksanaan kegiatan mengacu kepada visi yang mengutamakan pembelajaran, oleh karena itu pimpinan hendaknya membangkitkan semangat karyawan untuk mendukung pembelajaran dengan terus menerus menanamkan visi bersama kepada seluruh karyawan tanpa terkecuali.

b. Memberikan pemahaman mengenai arti penting berpikir sistem dan mempraktekannya. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pemahaman dan dukungan kepada pemimpin level menengah untuk membuat kerangka kerja pada setiap periode yang mencakup aktivitas di bagiannya untuk dapat dievaluasi oleh pimpinan tingkat atas

sehingga dapat diterapkan karyawan. Hal ini akan mendukung proses planning, organizing, action, dan controlling secara terpadu untuk melaksanakan manajemen yang terencana dan terevaluasi dengan baik.

c. Mendukung pengembangan karir, pengetahuan dan keterampilan karyawan dengan pelatihan-pelatihan yang terkait di bidangnya. Hal ini sebaiknya dilakukan secara pada bagian medis, paramedis, ataupun non medis. Setelah melaksanakan pelatihan, hendaknya karyawan mempresentasikan pada bagian terkait mengenai pelatihan yang telah didapatkan sehingga dapat menjadi pembelajaran bersama.

d. Melatih karyawan cara berdialog yang efektif sehingga tidak ada kecanggungan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan karyawan menuangkan ide-ide dalam rapat koordinasi rutin antar kepala ruangan dan stafnya, antar kepala ruangan, ataupun keseluruhan unit di organisasi. Pimpinan hendaknya melatih dan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mendengarkan pembicaraan, memberikan pendapat dan timbal balik antara satu dan yang lain untuk proses memperoleh pengetahuan baru. e. Memfasilitasi seluruh karyawan dalam melakukan pembelajaran

dengan mempersiapkan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

i.Optimalisasi ruang diskusi dengan alat-alat komunikasi yang cukup untuk mentransfer pengetahuan. Dalam hal ini RS Sentra Medika Depok telah memiliki ruang-ruang rapat yang dapat digunakan oleh seluruh bagian yaitu medis, paramedis, dan non medis. Khusus untuk bagian medis, kegiatan pertukaran pengetahuan sangat penting dilakukan karena perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran yang cepat sehingga informasi dari teman sejawat (dokter) dapat menjadi informasi penting. Karena itu staf medis fungsional hendaknya ruang khusus yang dilengkapi alat-alat komunikasi visual dan audio, majalah-majalah kedokteran, majalah dinding mengenai kegiatan rumah sakit diaktifkan untuk berbagi

pengetahuan antar teman sejawat (dokter). Ruangan ini baiknya berada dekat dengan ruangan praktek dokter sehingga pada waktu

Dokumen terkait