• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Kinerja Karyawan

2.2.2.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Peranan Manusia dalam mencapai tujuan organisasi sangat penting. Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugasnya, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran kriteria yang telah disepakati terlebih dahulu (Veithzal, 2005: 97). Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja karyawan selama periode tertentu. Baik buruknya kinerja karyawan tergantung pada faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Harsuko (2011), kinerja adalah sejauh mana seseorang telah memainkan baginya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perorangan dan atau dengan memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi. Kinerja adalah suatu konsep yang multi dimensional mencakup tiga aspek yaitu sikap (attitude), kemampuan (ability) dan prestasi (accomplishment). Mutu kerja karyawan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Guna mendapatkan kontribusi karyawan yang optimal, manajemen harus memahami secara mendalam strategi untuk mengelola, mengukur dan meningkatkan kinerja, yang dimulai terlebih dahulu dengan menentukan tolak ukur kinerja. Ada beberapa syarat tolak ukur kinerja yang baik, yaitu:

a. Tolak ukur yang baik, haruslah mampu dikukur dengan cara yang dapat dipercaya.

b. Tolak ukur yang baik, harus mampu membedakan individu-individu sesuai dengan kinerja mereka.

c. Tolak ukur yang baik, harus sensitif terhadap masukan dan tindakan-tindakan dari pemegang jabatan.

d. Tolak ukur yang baik, harus dapat diterima oleh individu yang mengetahui kinerjanya sedang dinilai

Dessler (2004) mengatakan, kinerja karyawan merupakan sebuah prestasi nyata dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan untuk melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Mangkunegara (2011) mengungkapkan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan ketika menyelesaikan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan.

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah sebuah hasil kerja atau output yang telah dicapai dari seorang individu dalam sebuah perusahaan pada kurun waktu tertentu untuk mecapai tujuan perusahaan.

2.2.2.2 Kriteria-Kriteria Kinerja

Kriteria kinerja adalah dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja seseorang pemegang jabatan, suatu tim, dan suatu unit kerja. Secara

bersama-sama dimensi itu merupakan harapan kinerja yang berusaha dipenuhi individu dan tim guna mencapai strategi organisasi. Menurut Schuler dan Jackson 2004 (dalam Harsuko 2011) bahwa ada 3 jenis dasar kriteria kinerja yaitu:

1. Kriteria berdasarkan sifat memusatkan diri pada karakteristik pribadi seseorang karyawan. Loyalitas, keandalan, kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan memimpin merupakan sifat-sifat yang sering dinilai selama proses penilaian. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada bagaimana seseorang, bukan apa yang dicapai atau tidak dicapai seseorang dalam pekerjaanya. 2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada bagaimana

pekerjaan dilaksanakan. Kriteria semacam ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan antar personal. Sebagai contoh apakah SDM nya ramah atau menyenangkan. 3. Kriteria berdasarkan hasil, kriteria ini semakin populer dengan

makin ditekannya produktivitas dan daya saing internasional. Kriteria ini berfokus pada apa yang telah dicapai atau dihasilkan ketimbang bagaimana sesuatu dicapai atau dihasilkan.

2.2.2.3 Indikator Kinerja Karyawan

Baik atau buruknya kinerja karyawan dapat dilihat dari beberapa aspek. Dimana aspek tersebut menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja karyawan maupun perusahaan. Bernaddin dan Russel (1993, dalam

Rinai, 2011) mengungkapkan 6 (enam) Indikator kinerja yang dapat dinilai, yaitu:

a. Quality (Kualitas)

Merupakan tingkat dimana proses atau hasil dari suatu kegitan yang sempurna, dengan kata lain melaksanakan kegiatan dengan cara ideal atau sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Quantity (Kuantitas)

Yaitu besaran yang dihasilkan dalam bentuk nilai uang, sejumlah unit atau kegitan yang diselesaikan.

c. Timeliness (Ketepatan Waktu)

Merupakan tingkat atau hasil yang diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditetapkan dan menggunakan waktu yang disediakan untuk kegiatan lain.

d. Cost Effectiveness (Efektivitas biaya)

Yaitu tingkat dimana penggunaan sumber-sumber organisasi atau perusahaan baik berupa sumber daya manusia, teknologi, bahan baku, peralatan digunakan secara optimal untuk mendapatkan target tertinggi.

e. Need for Supervision (Kebutuhan pengawasan)

Suatu keadaan dimana seberapa jauh pegawai membutuhkan pengawasan untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan tanpa melakukan kesalahan.

f. Interpersonal Impact (Pengaruh interpersonal)

Karyawan yang mempunyai rasa harga diri yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga karyawan berusaha untuk mencapai hasil terbaik dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. 2.2.2.4 Kinerja Karyawan Dalam Islam

Perbuatan baik selalu bermanfaat bagi orang lain dan harus disertai dengan manjemen kerja yang baik pula. Dalam manajemen manusia adalah unsur utama. Elemen manusia dalam manajemen terdiri atas para pengusaha, para mitra usaha, para karyawan, dan para importir. Usaha yang bermanfaat merupakan tujuan utama dalam manajemen. Agar manusia dapat terinvestasi dengan baik sehingga terealisasi usaha atau pekerjaan yang bermanfaat terlebih dahulu harus mengenal elemen manusia itu, biasanya meliputi kebiasaan, dan tingkah laku, keistimewaan dan kelemahan, kekurangan,dan keutamaan, pendorong dan penghalang, atau perbedaan dan persamaannya.

Islam memiliki pedoman dalam mengarahkan umatnya untuk melaksanakan amalan. Pedoman tersebut adalah Al-qur’an dan Sunnah Nabi sebagai sumber ajaran Islam yang menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Islam seringkali dijadikan sebagai model tatanan kehidupan yang berbudaya. Hal ini tentunya dapat dipakai untuk pengembangan lebih lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut, termasuk tatanan kehidupan

bisnis, budaya dan etos kerja bagi orang muslim pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (Muhammad, 2004).

Taufik (2004) mengatakan manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dalam suatu komunitas sosial dengan cara yang teratur. Manusia harus mengatur kelompok-kelompok yang ada menggunakan manajeman yang benar agar satu sama lain dapat berinteraksi dengan harmonis. Sebab manusia diciptakan dalam kehidupan ini antara lain adalah untuk berkompetisi, siapa yang terbaik dalam usaha dan pekerjaannya.

Allah SWT menyatakan bahwa segala apa yang dikerjakan oleh hambanya tentu ia akan mendapatkan balasannya. Manusia didalam bekerja dilarang untuk curang karena Allah SWT maha melihat segala sesuatu. Menurut Tasmara (2003) mengatakan makna bekerja bagi seorang Muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh aset, pikir dan sikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairul ummah) atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya. Sudut pandang ekonomi Islam dalam kaitannya dengan kinerja dalam Islam menggaris bawahi setelah manusia sebagai pelaku ekonomi mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada sebagai media untuk kehidupan di dunia ini. Allah SWT menegaskan dalam QS. Al- Mulk Ayat 15 sebagai berikut:

ۖ ِهِق ْزِر ْنِم اوُلُكَو اَهِبِكاَنَم يِف او ُشْماَف ًلاوُلَذ َضْرَ ْلأا ُمُكَل َلَعَج يِذهلا َوُه

ُرو ُشُّنلا ِهْيلِإَوَ

Artinya: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,

maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (QS. Al- Mulk: 15)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah memberikan karunia kepada hamba-Nya di muka bumi ini dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Maka dari itu jika seseorang mau bekerja atau berusaha maka Allah akan memberikan kenikmatan.

Yusanto (2009) mengatakan bahwa terdapat beberapa kriteria Sumber Daya Manusia dalam pandangan Islam yaitu:

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Faktor ini merupakan pondasi kepribadian yang dapat menghasilan pekerja yang bertanggung jawab.

2. Berbudi pekerti luhur.

Iman seorang pekerja akan memancarkan budi pekerti luhur yang termasuk di dalamnya tanggung jawab, jujur, istiqomah, sabar serta sikap dan sifat terpuji yang dilakukan di dalam pekerjaannya.

3. Sehat jasmani.

Pekerja Muslim perlu membina fisiknya melalui berbagai usaha, seperti memakan makanan yang halal, bergizi baik, berolahraga, istirahat serta kerja yang seimbang.

4. Sehat rohani.

Hal ini meliputi pada kestabilan mental dalam menjalani tugas dan tanggung jawab, memiliki semangat bekerja keras, dan selalu antusias dalam bekerja.

5. Terampil.

Salah satu ukuran mutlak untuk menentukan tenaga yang berkualitas yaitu keterampilan (Skill) dalam bidang tugas yang dijalaninya.

Dokumen terkait