• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pelayanan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

5. Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan, dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Prasarana,

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kinerja Pelayanan Satuan Kerja Perangkat Daerah terhadap pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Rokan Hulu 2011-2016, sebagaimana yang telah dilaporkan, secara umum menunjukkan tingkat kinerja yang cukup baik. Dalam buku “Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2011-2016” yang diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016.

Sementara tingkat capaian kinerja Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Rokan Hulu secara keseluruhan pada rentang waktu 2011-2016 tersebut sangat memuaskan walaupun swasembada beras belum tercapai, hal ini dikarnakan laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan peningkatan Produktivitas dan produksi padi kabupaten Rokan Hulu.

1. Tanam, Panen dan Produksi Intensifikasi

Bila kita ingin lihat trend perkembangan luas tanam padi di Kabupaten Rokan Hulu selama lima tahun terakhir terlihat jelas ada peningkatan. Tetapi peningkatan ini belum sama dengan peningkatan kebutuhan masyarakat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk. Walaupun ada kecenderungan peningkatan luas tanam, yang juga akan berarti peningkatan luas panen dan produksi, bila dilihat grafiknya, masih terjadi turun naik angka luas tanam itu dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui penyebabnya, terlebih dahulu harus dilihat bahwa komoditas ini mempunyai tingkat kepekaan dan ketergantungan yang tinggi terhadap lingkungannya. Sehingga bila terjadi sedikit gangguan saja akan berpengaruh terhadap tanaman dan luas areal yang ditanami. Komoditas padi yang ditanam di Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari padi sawah dan padi gogo. Luas tanam padi gogo bervariasi antara 6.000 ha sampai dengan 14.200 ha pertahun. Tingginya angka luas tanam padi gogo ini sejalan dengan perkembangan pembukaan lahan di Kabupaten Rokan Hulu untuk pengembangan tanaman perkebunan. Gambaran umum perkembangan tanaman padi secara keseluruhan menurut kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 17

Perkembangan Luas Tanaman Padi Tahun 2012-2016 menurut Kecamatan Kabupaten Rokan Hulu

No Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Rambah 2.488 2.505 2.731 2.255 1.465 2 Rambah Samo 3.688 3.695 3.788 2.612 1.863

3 Ujungbatu 598 469 503 260 34 4 Rokan IV Koto 1.139 1.315 1.246 1.425 988 5 Kunto Darussalam 1.517 890 815 805 135 6 Tambusai 1.794 1.962 2.021 1.306 1.045 7 Kepenuhan 790 713 865 555 798 8 Tambusai Utara 1.033 1.046 1.063 551 437 9 Rambah Hilir 1.692 1.628 1.703 1.687 1.390 10 Bangun Purba 2.627 2.577 2.488 1.627 573 11 Tandun 321 300 300 295 80 12 Kabun 242 232 232 255 60 13 Pagaran Tapah 290 150 149 102 - 14 Bonai Darussalam 581 370 370 370 55 15 Pendalian IV Koto 452 376 376 250 18 16 Kepenuhan Hulu 641 466 471 538 625 Jumlah 19.893 18.694 19.121 14.893 9.566

Untuk melihat perkembangan semua jenis tanaman pangan dalam kurun waktu lima tahun terakhir ditampilkan tabel sebagai berikut:

Tabel 18

Perkembangan Panen Komoditi Padi dan Palawija Tahun 2012-2016 menurut Kecamatan Kabupaten Rokan Hulu

No Komoditas Panen Tahun (ha)

2012 2013 2014 2015 2016 1 Padi 20.235 18.429 19.191 17.819 14.252 2 Padi Sawah 6.331 4.561 6.102 4.441 3.162 3 Padi Gogo 13.904 13.868 13.089 13.378 11.090 4 Jagung 763 316 418 564 1.201 5 Kedelai 1.299 618 700 532 1.340 6 Kacang Tanah 485 296 310 308 359 7 Kacang Hijau 344 247 260 343 436 8 Ubi Kayu 286 218 346 347 283 9 Ubi Jalar 177 126 141 127 123

Dari gambaran diatas dapat dikemukakan bahwa perkembangan realisasi panen padi secara umum menunjukkan peningkatan, sejalan dengan perkembangan realisasi tanam. Realisasi panen dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang dipanen dalam tahun yang bersangkutan, sehingga terdapat perbedaan dengan realisasi tanam, karena realisasi tanam juga dihitung dalam kurun waktu yang sama. Artinya realisasi tanam tahun yang bersangkutan bisa saja dipanen pada tahun berikutnya.

Perkembangan Produksi komoditas utama juga cenderung menurun terutama untuk beberapa kopmiditas tertentu. Produksi padi sangat ditentukan oleh kondisi musim pada tahun yang bersangkutan, disamping kemampuan petani untuk

menerapkan teknologi yang dianjurkan juga dipengaruhi ketersediaan sarana produksi dan harganya dipasaran. Khusus untuk padi sawah sangat ditentukan oleh ketersediaan air irigasi. Sementara pada lahan tadah hujan dipengaruhi oleh peritungan ketepatan musim dan jadwal tanam yang disepakati petani.

Tabel 19

Perkembangan Produksi Komoditi Padi dan Palawija Tahun 2012-2016 Kabupaten Rokan Hulu

No Komoditas Produksi Tahun (Ton)

2012 2013 2014 2015 2016 1 Padi 69.758,48 66.384,59 73.227,07 68.263.29 51.348,36 2 Padi Sawah 32.215,71 26.748,21 35.470,98 26.378,05 18.488,83 3 Padi Gogo 37.542,77 39.636,38 37.756,09 41.885,24 32.859,53 4 Jagung 2.157,22 929,56 1.238,97 1.752,16 3.784,24 5 Kedelai 1.674,36 939,48 924,97 788,53 1.972,74 6 Kacang Tanah 514,31 354,17 359,01 347,58 513,92 7 Kacang Hijau 349,56 261,51 260,53 370,42 459,30 8 Ubi Kayu 4.025,44 4.025,44 4.025,44 5.693,89 4.638,99 9 Ubi Jalar 1.704,78 1.704,78 1.704,78 1.245,81 1.143,16

Berdasarkan perkembangan data lima tahun terakhir, kondisi kebutuhan, produksi dan konsumsi beras di Kabupaten Rokan Hulu dapat dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 20

Perkembangan Produksi Komoditi Padi dan Palawija Tahun 2012-2016 Kabupaten Rokan Hulu

No Uraian Realiasasi Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Luas areal panen padi (ha)

20.235 18.429 19.191 17.819 14.252 2 Produksi gabah (ton) 69.758 66.384 73.227 68.263 51.348 3 Produksi beras (ton) 44.645 42.486 46.865 43.688 32.863 4 Jumlah penduduk (jiwa) 545.210 552.558 557.660 558.325 548.793 5 Kebutuhan (ton) 58.337 59.123 59.669 59.740 58.721 6 Kelebihan/kekurangan

(ton)

-13.692 -16.638 -12.804 -16.052 -25.858

Dari tabel diatas dapat kita lihat perbandingan lima tahun terakhir terhadap luas panen, produksi gabah, produksi beras, jumlah penduduk, kebutuhan beras dan kekurangan beras di Kabupaten Rokan Hulu yang selalu mengalami peningkatan. Hal ini diakibatkan karena pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi padi, dan untuk tahun 2016 jumlah penduduk mengalami penurunan disebabkan tidak dimasukan jumlah penduduk yang ada di 5 Desa yang masih bermasalah secara administrasi kependudukan.

2. Ketersediaan Pupuk

Pupuk sebagai unsur utama yang menentukan produksi tanaman pangan, rencana kebutuhannya dihitung berdasarkan proyeksi dan sasaran luas areal intensifikasi sesuai rekomendasi di Kabupaten Rokan Hulu. Sejauh ini kebutuhan pupuk untuk sub sektor tanaman pangan berasal dari pupuk bersubsidi, setiap tahun dapat dimanfaatkan petani dengan baik.

Tabel 21

Data Penggunaan Pupuk untuk Komoditi Tanaman Pangan Tahun 2012-2016 Kabupaten Rokan Hulu

No Komoditas Jumlah Penggunaan Pupuk

2012 2013 2014 2015 2016 1 Urea 1.852,95 985,15 1.299,30 606.295 3.053,80 2 SP 36 608,08 549,87 492,17 433.225 376,90 3 KCl - - - - - 4 Phonska - - - - - 5 ZA 417,56 529,99 364,47 366.675 223,60 6 NPK 1.697,15 2.246,40 1.579,30 1.003.930 1.455 7 Organik 253,02 631,26 1.247,20 665.700 283,90 Jumlah 4.828,76 4.942,67 4.982,44 3.075.825 5.393.20 3. Perbenihan

Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam usaha peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura adalah penggunaan benih unggul yang bermutu. Kebutuhan akan benih bermutu dari varietas unggul dari tahun ketahunnya semakin meningkat. Selain melakukan penangkaran benih padi dan palawija maka dilakukan juga perbanyakan benih hortikultura dan buah-buahan.

Perbanyakan benih hortikultura meliputi beberapa kegiatan antara lain perbanyakan bibit jeruk manis, perbanyakan bibit durian dan bibit salak pondoh, dengan sumber dana APBD dan APBN. Semua kegiatan mulai dari pembinaan, bimbingan dan pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah. Sedangkan yang mengelola dilaksanakan sepenuhnya oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura melalui kegiatan-kegiatan proyek. Selain meningkatkan, menumbuhkan dan mengembangkan perbanyakan benih hortikultura maka perlu juga untuk meningkatkan, menumbuhkan dan mengembangkan penangkar benih.

Langkah yang dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan benih adalah dengan cara melaksanakan kegiatan-kegiatan perbanyakan benih baik di institusi perbenihan maupun dipenangkar benih. Penyediaan dan pengadaan benih/bibit komoditas tanaman pangan yang belum dapat terpenuhi dari produksi penangkar yang ada di Kabupaten Rokan Hulu, sebahagian harus didatangkan dari luar daerah.

Tabel 22

Perkembangan Jumlah Penggunaan Benih Padi Tahun 2012-2016 Kabupaten Rokan Hulu

No Kecamatan Penggunaan Benih Tahun (kg) :

2012 2013 2014 2015 2016 1 Rambah 17.525 62.625 66.450 56.375 40.150 2 Rambah Samo 48.000 92.375 90.000 65.300 33.350 3 Ujung Batu 11.400 11.725 13.000 6.500 85 4 Rokan IV Koto 37.410 32.875 31.130 35.625 33.000 5 Kunto Darussalam 35.425 22.250 20.380 20.125 3.375 6 Tambusai 43.950 49.050 50.505 32.650 41.050 7 Kepenuhan 10.900 17.825 17.200 13.875 18.000 8 Tambusai Utara 25.825 26.150 26.580 13.775 17.480 9 Rambah Hilir 46.435 40.700 42.550 42.175 34.775 10 Bangun Purba 156.700 64.425 62.200 40.675 12.000 11 Tandun 7.250 7.500 8.000 7.375 2.000 12 Kabun 6.250 5.800 5.800 6.375 1.500 13 Pagaran Tapah Darussalam 1.250 3.750 3.370 2.550 - 14 Bonai Darussalam 14.525 9.250 9.250 9.250 1.375 15 Kendalian IV Koto 11.300 9.400 9.400 6.250 8.000 16 Kepenuhan Hulu 15.850 11.650 11.780 13.450 14.000

Tabel 23

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Rokan Hulu

No Indikator Kinerja Sesuai Tugas dan Fungsi BKP3 Satuan Target Renstra 2012-2016 Realisasi Capaian Renstra Tahun 2012-2016

Rasio capain Renstra Tahun 2017-2021

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

1 Luas areal tanam, panen, produktivitas dan produksi padi, palawija

Tanam padi ha 9.696 24.693 22.515 23.641 15.070 5.680 18.694 18.939 14.893 9.586 58,58 75,71 84,12 63,00 63,61 Panen padi ha 9.405 23.352 21.146 22.203 14.196 6.331 18.429 19.195 17.819 14.252 67,32 78,92 90,77 80,25 100,39 Produktivitas padi kw/ha 52,15 37,16 36.13 37.03 35,36 48,22 36.02 38.16 38,27 36,03 92,46 96,93 105,62 103,35 101,89 Produksi padi ton 49.049,199 86.776,84 76.411,63 82.226.04 50.196,51 30.525.520 66.384,59 73.242,00 65.706,40 51.346,36 62,23 76,50 95,85 79,91 102,29 Tanam palawija ha 3.554 6.025 5.966 6.264 4.100 1.868 2.005 2.183 2.160 3.639 52,56 33,28 36,59 34,48 88,76 Panen palawija ha 3.366 5.723 5.671 5.955 3.887 2.052 1.821 2.158 1.096 2.542 60,96 31,82 38,05 18,40 65,40 Produktivitas palawija kw/ha 19,56 30,07 53.73 55.07 22,58 17,68 51.00 54.45 22,46 22,66 90,39 169,60 101,34 40,78 100,35 Produksi palawija ton 6.583,33 17.212,39 18.760,85 19.698.89 8.176,83 3.628,86 6.704,12 9.831,00 2.486,73 5.760,56 55,12 38,95 52,40 12,62 70,45 2 Tersedianya benih/bibit, pupuk

dan pestisida tanaman padi sawah, padi gogo, jagung dan kedele

Benih kg 12.500 25.000 32.500 35.750 9.150 12.500 28.550 770 3.080 2.220 100,00 114,20 2,37 8,62 24,26 Pupuk NPK kg 50.000 100.000 150.000 165.000 21.000 50.000 11.000 5.400 6.825 34.000 100,00 11,00 3,60 4,14 161,90 Pupuk POG kg 150.000 300.000 450.000 495.000 35.000 150.000 326.000 0 12.600 - 100,00 108,67 0,00 2,55 0,00 Pupuk POC liter 1.000 l 2.000 3.000 3.300 1.000 1.000 2.210 0 0 - 100,00 110,50 0,00 0,00 0,00 3 Persentase penggunaan alat dan

mesin pertanian persen 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 96.15 17,95 27.91 48.00 100,00 96,15 17,95 27,91 48,00 4 Persentase luas areal sawah yang

mampu diairi air irigasi persen 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 295,66 63.92 59.04 32.75 0,08 295,66 63,92 59,04 32,75 0,008 5 Persentase pengendalian hama dan

penyakit tanaman persen 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100.00 206.80 127.69 72,25 100,00 100,00 206,80 127,69 72,25 6 Persentase luas lahan yang

terjangkau sarana transportasi persen 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 353,57 61.66 77.20 15.17 4,69 353,57 61,66 77,20 15,17 4,69 7 Persentase kelembagaan pertanian

8 Persentase peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani

kelompok 25 17 40 48 50 25 52 21 3 3 100,00 100,00 52,50 6,25 6,00

9 Bertambahnya kelompok tani yang

didampingi kelompok 25 17 40 48 50 25 52 21 3 3 100,00 100,00 52,50 6,25 6,00 10 Luas areal tanam, panen,

produktivitas dan produksi tanaman holtikultura

Tanaman buah-buahan (salak pondoh, lengkeng, mangga madu)

Tanam batang 3300 2.900 4000 4000 5000 3300 2935 445 80 7100 100,00 101,21 11,13 2,00 142,00

Tanaman biofarmaka (obat-obatan)

Tanam rumpun 2000 4.000 4600 5060 6.000 2000 4175 4000 4.600 156.250 100,00 104,38 86,96 90,91 100,00 Panen rumpun 2000 4.000 4600 5060 6.000 2000 4175 4000 4.600 156.250 100,00 104,38 86,96 90,91 100,00 Tanaman hias Tanam rumpun 100 100 3960 4360 5.000 100 3600 1215 800 27.150 100,00 100,00 30,68 18,35 543,00 Panen rumpun 100 100 3960 4360 5.000 100 200 1215 800 27.150 100,00 200,00 30,68 18,35 543,00 Tanaman sayur-sayuran Tanam ha 95.92 25,03 1 2 5 95.92 17.85 1.50 3 21 100,00 71,31 150,00 150,00 420,00 Panen ha 95.92 25,03 1 2 5 95.92 12.57 1.50 3 21 100,00 50,22 150,00 150,00 420,00 11 Tersedianya benih/ bibit tanaman

holtikultura

Tanaman buah-buahan (salak

pondoh, lengkeng, mangga madu) batang 3300 2.900 4000 4400 5.000 3300 4175 445 80 7.100 100,00 143,97 11,13 1.82 142,00 Tanaman biofarmaka (obat-obatan) rumpun 2000 4.000 4600 5060 5.000 2000 3600 4000 4600 156.250 100,00 90,00 86,96 90,91 100,00 Tanaman hias rumpun 100 100 4000 4400 6.000 100 3600 1215 800 27.150 100,00 100,00 30,38 18,18 452,50 Tanaman sayur-sayuran kg 11.88 11.907 11.91 23.82 0,75 11.88 2935 445 0,450 3,15 100,00 24,65 100,00 1,89 420,00

Berdasarkan hasil evaluasi atas pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan sampai saat ini, persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian di masa yang akan datang, khususnya jangka waktu 2011-2016, mencakup aspek seperti: kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air; kepemilikan lahan; sistem perbenihan dan perbibitan; akses petani terhadap permodalan, kelembagaan petani; keterpaduan antar sektor, dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian. Secara lebih lengkap, permasalahan mendasar tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Global

Ancaman dan krisis pangan dunia beberapa tahun terahir memiliki kaitan sangat erat dengan perubahan iklim global. Dampak perubahan iklim global adalah terjadinya gangguan terhadap siklus hidrologi dalam bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, kenaikan permukaan laut, peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang dapat menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan. Sejak tahun 1998 telah terjadi kenaikan suhu yang mencapai 1 derajat celsius, sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan dengan perubahan 2-3 persen per tahun. Dampak yang dirasakan khusus untuk Kabupaten Rokan Hulu adalah bergesernya pola dan jadwal tanam, eksploitasi hama dan penyakit tanaman, yang berujung pada penurunan produksi pertanian. Di tingkat lapangan, kemampuan para petugas lapangan dan petani dalam memahami data dan informasi prakiraan iklim masih sangat terbatas, sehingga kurang mampu menentukan awal musim tanam serta melakukan antisipasi, prediksi, aksi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang dapat terjadi. Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan iklim global adalah bagaimana meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapangan dalam melakukan prakiraan iklim serta melakukan langkah antisipasi, aksi dan adaptasi yang diperlukan. Untuk membangun kemampuan petani dalam melakukan antisipasi dan reaksi dampak perubahan iklim adalah melalui Sekolah Lapang Iklim serta membangun sistem informasi iklim dan modifikasi pola dan kalender tanam yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Disamping itu, perlu mencarikan teknologi tepat guna dan menggunakan varietas yang memiliki potensi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) rendah, toleran kenaikan suhu, kekeringan, banjir/genangan dan salinitas.

2. Ketersediaan Infrastruktur, Sarana Prasarana, Lahan dan Air

Salah satu prasarana pertanian yang saat ini keberadaanya sangat memprihatinkan adalah jaringan irigasi. Kurangnya fasilitas bangunan dan jaringan irigasi yang baru serta rusaknya jaringan irigasi yang ada mengakibatkan daya dukung irigasi bagi

pertanian sangat menurun. Kerusakan ini terutama diakibatkan oleh kerusakan sumber daya alam di daerah kawasan penyangga air, bencana alam serta kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi hingga ke tingkat usaha tani. Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan prasarana pengairan adalah bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perlindungan daerah kawasan penyangga, pemeliharaan jaringan irigasi pedesaan; pengembangan sumber-sumber air alternatif dan berskala kecil antara lain melalui pemanfaatan teknologi pengambilan air permukaan dan bawah tanah; pembangunan dan pemeliharaan embung dan bendungan serta pemanfaatan sumber air tanah, danau, rawa dan air hujan.

Prasarana usaha tani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pedagang komoditas pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usaha tani dan kios pengecer sarana produksi pertanian. Tantangan yang harus dihadapi kedepan adalah bagaimana menyediakan semua prasarana yang dibutuhkan petani ini dalam jumlah yang cukup, berada dekat dengan sentra produksi, dan biaya pelayanan yang terjangkau. Di sisi sarana produksi, permasalahan yang dihadapi adalah belum cukup tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usaha tani, serta belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Belum berkembangnya usaha penangkaran benih/bibit secara luas hingga di sentra produksi mengakibatkan harga benih/bibit menjadi mahal, bahkan mengakibatkan banyak beredarnya benih/bibit palsu di masyarakat yang pada akhirnya sangat merugikan petani. Tantangan untuk mengembangkan sarana produksi pertanian ke depan adalah bagaimana mengembangkan penangkar benih/bibit unggul dan bermutu, menumbuhkembangkan kelembagaan penyedia jasa alat dan mesin pertanian, mendorong petani memproduksi dan meningkatkan pemakaian pupuk organik, serta mendorong petani untuk menggunakan pestisida dan obat-obatan tanaman/hewan yang ramah lingkungan.

3. Status dan Luas Kepemilikan Lahan

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kepemilikan lahan, khususnya lahan sawah rata petani memiliki lahan kurang dari 1 hektar. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada tahun 2008, rataan pemilikan lahan petani di pedesaan sebesar 0,41 ha di Jawa dan 0.96 ha di Luar Jawa. Dan secara berkelanjutan rata-rata kepemilikan lahan cenderung menurun. Kondisi kepemilikan lahan tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konversi lahan pertanian untuk keperluan pemukiman dan fasilitas umum serta terjadinya fragmentasi lahan karena proses pewarisan, khususnya untuk lahan beragroekosistem sawah dan lahan kering tanaman pangan. Status penguasaan lahan oleh sebagian besar petani belum

memiliki legalitas yang kuat dalam bentuk sertifikat, sehingga lahan belum bisa dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh modal usaha melalui perbankan. Disamping itu yang tak kalah pentingnya adalah alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi lahan non tanaman pangan dan pemukiman. Tantangan ke depan untuk mengatasi terbatasnya pemilikan dan lemahnya status penguasaan lahan adalah bagaimana meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha tani, penataan kelembagaan pengelolan lahan, pengendalian pertumbuhan penduduk, serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non tanaman pangan.

4. Sistem Perbenihan dan Perbibitan Belum Berjalan Optimal

Berdasarkan pengamatan dan praktek di lapangan, penggunaan benih/bibit unggul diakui telah menjadi satu faktor kunci keberhasilan peningkatan produksi. Peningkatan produksi beras yang telah dicapai selama ini, utamanya dikarenakan penggunaan benih unggul. Sampai saat ini, penggunaan benih unggul banyak didatangkan dari luar daerah, seperti padi hibrida, palawija, sayuran dan tanaman hias. Saat ini, infrastruktur perbenihan sulit berkembang karena memerlukan investasi yang cukup besar. Tidak banyak swasta yang mau menanamkan investasi dipengusahaan perbenihan/perbibitan. Perlu ada upaya yang serius untuk membangkitkan kelembagaan perbenihan nasional mulai dari pusat sampai daerah, termasuk peningkatan kapasitas kemampuan penangkar benih lokal.

5. Keterbatasan Akses Petani Terhadap Permodalan

Hingga saat ini kondisi masyarakat petani dihadapkan pada kecilnya skala penguasaan dan pengusahaan lahan petani yang mengakibatkan terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan pemupukan modal melalui tabungan dan investasi. Di sisi lain petani juga belum memiliki kemampuan untuk mengakses sumber permodalan/lembaga keuangan formal, diantaranya diakibatkan oleh tidak mudahnya prosedur pengajuan kredit dan ketiadaan agunan yang dipersyaratkan. Tantangan ke depan yang harus dikembangkan adalah bagaimana menjembatani kesenjangan manajemen antara lembaga perbankan formal yang kebanyakan berada di daerah perkotaan dengan masyarakat petani yang tersebar di perdesaan.

6. Lemahnya Kapasitas dan Kelembagaan Petani

Kondisi organisasi petani saat ini lebih bersifat budaya dan sebagian besar berorientasi hanya untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum sepenuhnya diarahkan untuk memanfaatkan peluang ekonomi melalui pemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang diperlukan bagi pengembangan usahatani dan usaha pertanian. Di sisi lain, kelembagaan usaha yang ada di pedesaan, seperti koperasi belum dapat sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani/

kelompok tani sebagai wadah pembinaan teknis. Berbagai kelembagaan petani yang sudah ada seperti Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan Perhimpunan Petani Pemakai Air dihadapkan pada tantangan ke depan untuk merevitalisasi diri dari kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai wadah pembinaan teknis dan sosial menjadi kelembagaan yang juga berfungsi sebagai wadah pengembangan usaha yang berbadan hukum atau dapat berintegrasi dalam koperasi yang ada di pedesaan. 7. Belum Berjalannya Diversifikasi Pangan dengan Baik

Pola konsumsi pangan masyarakat masih didominasi oleh beras, sebagaimana digambarkan pada tahun 2015 tingkat konsumsi beras sebesar 113 kg/kapita/tahun. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan beras untuk konsumsi masyarakat akan semakin bertambah, dan apabila keadaan ini terus berlangsung serta tidak ada upaya diversifikasi pangan, maka akan membebani masyarakat dan negara serta mengancam ketahanan pangan nasional. Belum optimalnya upaya diversifikasi pangan, disebabkan antara lain belum berkembangnya pangan lokal berbasis teknologi pengolahan pangan, pola konsumsi pangan masyarakat serta belum optimalnya dukungan dari program sektor lain dalam percepatan diversifikasi pangan.

8. Belum Padunya Antar Sektor dalam Menunjang Pembangunan Pertanian

Pembangunan sektor tidak bisa berdiri sendiri, melainkan melibatkan banyak sektor terkait. Pertemuan koordinasi antar sektor yang sering dilakukan, belum berhasil memadukan kegiatan yang saling menunjang, mengintegrasikan secara fisik kegiatan antar sektor sangat sulit dilaksanakan. Hal ini karena memerlukan waktu dan tenaga untuk menelaah kegiatan antar sub sektor, sektor, wilayah, komoditas, dan waktu, sehingga tidak tumpang tindih.

9. Proyeksi Kondisi Yang Diharapkan

Sesuai dengan Sasaran Program dan Kegiatan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu pencapaian swaembada berkelanjutan, khususnya swasembada beras, dimana pemenuhan kebutuhan pangan penduduk, khususnya beras tetap merupakan prioritas utama pembangunan sub sektor tanaman pangan. Disamping komoditas unggulan, padi merupakan komoditas strategis yang menyangkut hasrat hidup masyarakat. Sasaran produksi dan kebutuhan penduduk sampai tahun 2019 dapat dikemukakan sebagai berikut:

Proyeksi Produksi dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Rokan Hulu Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2017-2019

No Uraian Proyeksi Tahun

2017 2018 2019

1 Luas areal panen padi (ha) 15.158 15.850 16.557 2 Produksi gabah (ton) 50.461 65.809 70.962 3 Produksi beras (ton) 32.295,04 42.415,68 49.082,88 4 Jumlah penduduk (jiwa) 592.278 625.209 659.970 5 Kebutuhan (ton) 62.189,19 64.709,10 67.316,97 6 Kelebihan/kekurangan (ton) -29.894 -22.591 -21.901

Proyeksi tersebut diperoleh dengan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan areal panen padi yang diproyeksikan rata-rata 4,36 persen pertahun, hasil dari peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 100 ke IP 200 dan IP 200 ke IP 300. Kemudian di Kecamatan Rambah dan Rambah Samo bertambah pada tahun 2018 sebagai hasil dari Peningkatan IP dan perluasan areal sawah baru di Areal Irigasi Sei Duo Okak.

2. Laju pertumbuhan peningkatan produktivitas padi rata-rata 3 persen untuk padi sawah dan 2,4 persen untuk padi gogo pertahun.

3. Laju pertumbuhan penduduk diprediksi sebesar 5,56 persen (BPS, Release Sensus

Penduduk tahun 2010, BPS Provinsi Riau 2010).

4. Tingkat Konsumsi beras penduduk diprediksi turun menjadi 107 kg/kapita/tahun, (Secara nasional konsumsi beras penduduk 102 kg/kapita/tahun dan diproyeksi

berkurang sebesar 1,5 persen pertahun – Rencana Strategis Kementerian Pertanian RI 2016 - 1019).

Untuk mengatasi kondisi tersebut serta mewujudkan tujuan pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura, maka pengoptimalan usaha pokok berupa intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan sumberdaya alam, baik lahan basah maupun lahan kering. Untuk itu diperlukan berbagai upaya yang saling mendukung dan berkesinambungan dalam mencapai peningkatan produksi.

Disamping itu perlu adanya upaya terobosan yang harus dilakukan yakni penyediaan tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian) disetiap Desa yang potensil untuk pengembangan tanaman pangan khsusunya padi.

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS

Dokumen terkait