• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.4 Kinerja Sosial Bank Syariah

Lanjutan Tabel 2.1

Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

2. Sumber pendapatan nonriba: a. Pendapatan jual beli

(margin)

b. Pendapatan bagi hasil (bagi hasil)

c. Pendapatan sewa (ijarah)

Sumber pendapatan riba: Pendapatan bunga bank.

3. Hanya untuk jenis usaha yang halal dan bermanfaat saja

Jenis usaha dapat halal dan haram, dapat bermanfaat dan tidak bermanfaat (mudharat)

4. Dasar ketentuan usaha:

a. Fatwa Dewan Syariah (DSN)

b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

c. Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

5. Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah hubungan kemitraan

Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah kreditur-debitur

Sumber: Muhamad (2014:97)

2.1.4Kinerja Sosial Bank Syariah

Secara umum, dengan melihat sejarah dan idealism awal pendirian bank syariah dapat disimpulkan bahwa bank syariah memiliki dua fungsi penting yaitu fungsi bisnis dan juga fungsi sosial.Kegiatan bank syariah antara lain, sebagai (Muhamad, 2014:10):

1. Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi;

2. Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai

28 dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana;

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; dan

4. Pengembangan fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa kegiatan pertama dan ketiga berkaitan dengan fungsi bisnis, sedangkan kegiatan keempat adalah fungsi sosial dari bank syariah. Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, fungsi sosial dari bank syariah ini juga dipertegas. Pada pasal 4 dinyatakan, bahwa selain berkewajiban menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu Bank Syariah dan UUS juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf. Selain penghimpunan dan penyaluran zakat dan wakaf, bank syariah juga memiliki produk pembiayaan

qardh (dana kebajikan). Produk ini juga dapat dikategorikan sebagai wujud

tanggung jawab sosial bank syariah yang tidak dapat diperoleh dari bank konvensional. Dengan demikian jelas sekali bahwa fungsi sosial dari bank syariah

29 sangat strategis dalam merealisasikan upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui instrumen ekonomi Islam yang lain.

Evaluasi kinerja dalam penelitian Setiawan (2009) dalam Firmansyah (2013:131) adalah satu metode untuk mengukur pencapaian perusahaan berbasis pada target-target yang disusun diawal. Hal ini menjadi bagian penting control pengukur yang dapat membantu perusahaan memperbaiki kinerjanya dimasa depan. Dalam Islam, keberadaan evaluasi kinerja sangat dianjurkan. Konsep mushabahah merupakan representasi yang mendasar dari evaluasi kinerja, yang bias diterapkan untuk individu atau perusahaan. Hal ini kemudian menjadi landasan filosofi penting mengapa perlu dilakukan evaluasi kinerja bagi bank syariah, termasuk kinerja sosialnya.

Menurut Setiawan (2009) dalam Firmansyah (2013:131), jika penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinerja bank syariah di Indonesia lebih banyak berfokus pada kinerja keuangan atau bisnis. Maka, beberapa pakar perbankan syariah internasional telah mencoba melihat kinerja bank syariah lebih komprehensif.Hal ini didasari oleh sebuah kesadaran bahwa perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional.Perbankan syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam didirikan juga untuk mencapai sosial-ekonomi Islam seperti mewujudkan keadilan distribusi dan seterusnya.

Setiawan (2009) dalam Firmansyah (2013:132) misalnya, selain menggunakan beberapa rasio keuangan yang umum digunakan seperti rasio

profitability, liquidity, risk and solvency juga mengevaluasi komitmen perbankan

30

domestic and Muslim community). Untuk mengevaluasi komitmen perbankan

syariah terhadap pembangunan ekonomi digunakan analisis: 1. Long Term Loan Ratio (LTA)

2. Government Bond Investment Ratio (GBD)

3. Mudharabah-Musyarakah Ratio (MM/L)

Dalam penelitian Setiawan (2009), upaya lebih serius untuk merumuskan sekaligus menggunakan kinerja yang khas bagi perbankan syariah dilakukan Hameed, et.al (2004). Dalam metode pengukuran kinerja bagi bank syariah tersebut rasio keuangan yang digunakan antara lain:

1. Profit Sharing Ratio (Mudharabah+Musyarakah/Total Financing)

2. Zakat Performance Ratio (Zakat/Net Asset)

3. Equitable Distribution Ratio

4. Directors-Employees Welfare Ratio (Average directors’

remuneration/Average employees’ welfare)

5. Islamic Investment vs Non-Islamic Ratio

6. Inslamic Income vs Non-Islamic Income Ratio.

Rumusan indeks kinerja bank syariah diaplikasikan mereka untuk mengevaluasi kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan Bahrain Islamic Bank (BIB) secara deskriptif.Dalam Islamicity Performance Index sebagian besarnya dapat disebut sebagai kinerja sosial sebagaimana alat evaluasi komitmen perbankan syariah terhadap pembangunan ekonomi yang digunakan oleh Samad dan Hasan diatas.

31 2.1.5 Rasio Kinerja Sosial Bank Syariah

Untuk menilai kinerja sosial bank syariah, penulis menggunakan pendekatan yang pernah dilakukan oleh Setiawan (2009) dalam Firmansyah (2013:132).Adapun komponen dalam kinerja sosial bank syariah ini mencakup Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM).Selanjutnya dari nilai rasio yang dihasilkan dari perhitungan kemudian ditentukan peringkatnya, dari peringkat 1 (tertinggi) dengan 5 (terendah) yang kriterianya sebagian besar merupakan assessment Setiawan (2009) dan beberapa telah ada dalam ketentuan BI (2007). 2.1.6 Penilaian Kinerja Sosial Bank Syariah

Penilaian kinerja sosial bank syariah dimaksudkan untuk menilai kontribusi langsung perbankan syariah kepada masyarakat, diantaranya untuk nasabah yang sedang membutuhkan dan masyarakat miskin.Penilaian ini penting mengingat perbankan syariah juga diharuskan untuk menjalankan peran sosialnya terutama berkaitan dengan distribusi zakat, memberikan pembiayaan kebajikan (qard) dan bahkan juga pendidikan publik. Sedangkan pada pengukuran kesehatan BI (2007) untuk bank syariah juga memasukkan rasio pelaksanaan fungsi sosial (RFS) yang digunakan untuk mengukur besarnya pelaksanaan fungsi sosial bank syariah (Firmansyah, 2013:132). Dalam penelitian ini kinerja sosial bank syariah dinilai dari aspek Rasio Pembiayaan Qardh (QR), Rasio Kinerja Zakat (ZR), dan Rasio Pelaksanaan Fungsi Sosial (RPFS).

2.1.6.1 Rasio Pembiayaan Qardh (QR)

Dalam aktivitasnya bank syariah juga berkewajiban untuk menjalankan fungsi sosial dengan diantaranya memberikan pembiayaan kebajikan

32 (qard).Dengan demikian maka perlu dinilai sejauh mana peran ini telah dijalankan.Rasio pembiayaan qardh atau qardh ratio (QR) digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi pembiayaan qardh bank syariah tersebut. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

QR = Pembiayaan Qardh Total Pembiayaan

Semakin tinggi komponen ini mengindikasikan kepedulian bank syariah yang tinggi kepada pihak yang mengalami kesulitan. Kriteria penilaian peringkat untuk QR adalah: Peringkat 1 = QR > 5%; Peringkat 2 = 3% < QR ≤ 5%;

Peringkat 3 = 2% < QR ≤ 3%; Peringkat 4 = 1% < QR ≤ 2%; dan Peringkat 5 =

QR ≤ 1%.

2.1.6.2 Rasio Kinerja Zakat (ZR)

Rasio kinerja zakat atau zakat ratio (ZR) digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi zakat perusahaan yang dikeluarkan oleh bank syariah. Menurut Hameed, et. al. (2004) rasio ini penting karena zakat sendiri merupakan perintah dalam ajaran Islam.Menurutnya, untuk melihat kinerja bank syariah harus berbasis pada pembayaran zakat yang dilakukan oleh bank syariah untuk menggantikan indikator kinerja konvensional earning per share (EPS).Lembaga keuangan syariah diwajibkan untuk membayar zakat dengan berbasis pada asset bersih. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ZR =Penyaluran Zakat Perusahaan Laba Sebelum Pajak

33 Secara konsesus umum bank syariah di Indonesia menghitung zakat berbasis pada laba sebelum pajak. Kriteria penilaian peringkat untuk ZR adalah: Peringkat 1 = ZR > 2,5%; Peringkat 2 = 2% < ZR ≤ 2,5%; Peringkat 3 = 1,5% < ZR ≤ 2%; Peringkat 4 = 1% < ZR ≤ 1,5%; dan Peringkat 5 = ZR ≤ 1%.

2.1.6.3 Rasio Pelaksanaan Fungsi Sosial (RPFS)

Rasio Pelaksanaan Fungsi Sosial (RPFS) digunakan untuk mengukur besarnya pelaksanaan fungsi sosial bank syariah. Rasio ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

RPFS = Pembiayaan Qardh +Pembayaran Zakat Modal Inti

Menurut BI (2007) semakin tinggi komponen ini mengindikasikan pelaksanaan fungsi sosial bank syariah semakin tinggi. Kriteria penilaian peringkat untuk RPFS adalah: Peringkat 1 = RPFS > 20%; Peringkat 2 = 15% < RPFS ≤ 20%; Peringkat 3 = 10% < RPFS ≤ 15%; Peringkat 4 = 5% < RPFS ≤ 10%; dan Peringkat 5 = RPFS ≤ 5%.

Dokumen terkait