• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Kinerja Guru

Kinerja dapat diartikan sebagai : (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Alewine14 menyatakan bahwa „‟ Kinerja merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkaitan, yakni: keterampilan, upaya dan sifat keadaan eksternal‟‟. Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa oleh seseorang karyawan ke tempat kerja seperti: pengetahuan kemampuan,

13

Hasibuan,Malayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, 17.

14

A.DaleTimpe, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Produktivitas, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009, 244.

kecakapan-kecakapan teknis. Tingkat upaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan kondisi-kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.

Pendapat lain menyebutkan, kinerja atau “performance” yaitu:the accomplishment of a given task measured against preset known

standards of accuracy, completeness, cost, and speed. In a contract,

performance is deemed to be the fulfillment of an obligation, in a manner

that releases the performer from all liabilities under the contract.15

Kinerja merupakan pemenuhan tugas yang diberikan diukur terhadap standar yang telah ditetapkan dikenal akurasi, kelengkapan, biaya, dan kecepatan. Dalam kontrak, kinerja dianggap pemenuhan kewajiban, dengan cara yang melepaskan pemain dari seluruh kewajiban di bawah kontrak.

Dengan demikian, kinerja dapat dikatakan sebagai perilaku kerja seseorang guna mencapai tujuan. Hasil yang dicapai menunjukkan efektivitas perilaku kerja yang bersangkutan. Perilaku kerja yang pada gilirannya, mempengaruhi hasil kerja dipengaruhi dua faktor yakni: (1) faktor dalam diri individu, seperti keterampilan dan upaya, yang dimiliki, dan (2) faktor di luar diri individu, seperti keadaan ekonomi, kebijakan pemerintah, terlambatnya bahan mentah dan sebagainya. Kinerja guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggungjawab atas peserta didik

15

Anonim.Performance.http://www.businessdictionary.com/definition/performance.htm diunduh pada hari Selasa 18 Maret 2017, pukul 11.00 WIB.

dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.16

Menurut manajemen, istilah kerja disebut juga performansi atau kinerja. Kinerja dapat berupa proses dan hasil kerja secara individual maupun organisasi. Hal ini berguna bagi pengukuran efektivitas pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Longenecker dan Pringle17, mengemukakan bahwa pengendalian kinerja berarti pemantauan organisasi terhadap penetapan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Efektivitas penetapan tujuan dan pelaksanaan rencana ini relatif tergantung kepada sumber daya manusia dalam organisasi.Dengan demikian kinerja dapat berupa kemampuan individu dalam melaksanakan tujuan dan rencana menurut standart tertentu.

Berikut dijelaskan beberapa definisi kinerja yang ditulis oleh beberapa ahli. Definisi ini beraneka makna tergantung sisi penekanan para ahli tersebut. Menurut Wirawan konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padangannya dalam bahasa Inggris adalah performance. Istilah performance sering diindonesiakan sebagai performa.18 Dikatakan pula oleh Wirawan, bahwa yang dimaksud kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja yang dimaksud Wirawan adalah berorientasi pada hasil dari suatu pekerjaan baik yang dilakukan oleh pekerja yang dilandasi

16

Supardi, Kinerja Guru, Jakarta : Rajagrafindo Perkasa, 2013, 5. 17

R Bacal, Performance Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011, 4. 18

keahlian tertentu (profesi) maupun pekerjaan tanpa dilandasi pekerjaan tersebut dengan keahlian. Kelebihan Wirawan dalam pengungkapan definisinya adalah mengungkap pekerja yang berprofesi (pekerja yang memiliki keahlian) dan pekerja seperti biasa tanpa dilandasi dengan keahlian tertentu.

Dengan kata lain kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok.19 Definisi tersebut menggambarkan penampilan atau perilaku orang secara umum, baik manusia secara individu maupun manusia secara kelompok. Perilaku tersebut baik dalam bentuk kuantitas maupun kualitas dalam organisasi. Dalam bentuk kuantitas, menunjukkan beberapa gerak laku seseorang pada organisasi atau pada kelompok manusia tersebut. Perilaku kualitas menunjukkan gerak laku seseorang yang menunjukkan sifat positif. Hal ini yang ditekankan adalah sifat dari hasil pekerjaan atau kegiatan tersebut. Kinerja menurut Simanjuntak adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan.20 Difenisi yang diberikan oleh Simanjuntak tersebut bermakna oreintasi pada hasil dari suatu kegiatan dalam mencapai tujuan. Makna ini cenderung menekankan pada hasil (outcome) bukan menitik beratkan pada proses (process) kegiatan. Definisinya sama dengan yang diungkap

19

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber...., 7. 20

oleh Ilyas, yakni menekankan pada hasil suatu pekerjaan. Menurut Kusnadi kinerja adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu. Definisi ini lebih rinci menggambar perilaku manusia yang tidak hanya terikat dalam organisasi saja. Akan tetapi, termasuk perilaku manusia secara individual maupun kelompok dalam mencapai tujuan yang sengaja ditentukan sebelumnya. Definisi ini berorientasi pada suatu pekerjaan, tidak menekankan pada perilaku atau sikap. Pekerjaan yang bukan jobnya tidak akan dikerjaan menurut definisi tersebut dan pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan seperti tugas yang sehari-hari.

Dari beberapa pemaparan definisi tersebut di atas, makna kinerja dapat disimpulkan definisinya yaitu setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu. Definisi ini senada dengan Kusnadi. Definisi tersebut cenderung menekankan pada proses untuk mencapai tujuan dan dilakukan secara sadar. Pada dasarnya suatu pekerjaan dilakukan secara sadar akan berhasil dengan baik. Hal demikianlah definisi Kusnadi yang akan dikembangkan. Kinerja tidak terbatas meliputi personil yang mengampu jabatan fungsional maupun struktural, akan tetapi juga pada keseluruhan jajaran personil dan organisasi. Deskripsi kinerja mencakup 3 komponen penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Deskripsi tujuan memberikan

arah dan mempengaruhi bagaimana perilaku kerja diharapkan personil di dalam suatu organisasi. Penentuan tujuan saja tidaklah cukup sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang personil telah mencapai kinerja yang diharapkan. Deskripsi menyangkut penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personil. Tindakan ini akan membuat personil senantiasa berorientasi pada tujuan dan berperilkau sesuai arah dan tujuan yang hendak dicapai .

Dalam sebuah organisasi, setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda, faktor kemampuan berkaitan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Pendapat Davis (2007) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).21 Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas. Menurut Hasibuan22 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

a. Sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja ). b. Pendidikan.

c. Keterampilan.

d. Manajemen kepemimpinan. e. Tingkat penghasilan. f. Gaji dan kesehatan. g. Jaminan sosial. h. Iklim kerja.

21

Supardi, Kinerja Guru, …155 22

i. Sarana prasarana. j. Teknologi.

k. Kesempatan berprestasi.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kerja seseorang dapat berasal dari dalam individu itu sendiri seperti motivasi, keterampilan, dan juga pendidikan. Ada juga faktor dari luar seperti iklim kerja, tingkat gaji dan sebagainya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S At-taubat:105



































Artinya: dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.23

Dan juga dalam firman Allah Q.S Al-An‟am: 132





















23

Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil Al Quran dan Terjemahnya disertai Tema Penjelasan Kandungan Ayat, Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2014, 204

Artinya: Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.24

Serta dalam Q.S Al-An‟am: 135





































Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.25

Seseorang yang bekerja dengan baik dapat dikatakan sebagai pekerja profesional. Kata profesionalitas apabila ditinjau secara etimologi

berasal dari kata profesional. Istilah “profesional” (professional) aslinya adalah kata sifat dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan.26 Atau bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.27 Secara umum profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang

24Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil…., 146

25Departemen Agama RI, Mushaf Al Kamil…., 146

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi,Cet. X: Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 230.

27

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2007, 897.

digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya menyangkut aspek-aspekyang lebih bersifat mental dari pada yang bersifat manual

work.28

Profesional juga merujuk pada dua hal yakni pertama, orang yang menyandang suatu profesi, orang yang profesional biasanya melakukan pekerjaan secara otonomi dan mengabadikan diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya. Kedua, kinerja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.29 Greta G. Morine

– Dershimer dalam Wina Sanjaya menjelaskan bahwa seorang profesional adalah seorang yang memiliki keterampilan dan pengetahuan khusus (specialized knowledge and skill), mampu mempertimbangkan pilihan-pilihan (alternatives), dan mampu memilih di antara sekelompok tindakan yang kemungkinan besar bersifat produktif, terutama sekali yang sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung.30

Menurut Indrajati Sidi, guru profesional dituntut dengan sejumlah syarat minimal, antara lain memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan

28

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Cet. III; Jakarta: Rajawali, 1990, 131.

29

Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002, 22-23.

30

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, KTSP, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, 274-275.

peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi, internet, buku seminar dan semacamnya.31

Dengan persyaratan semacam ini maka tugas seorang guru bukan lagi sebagai knowledge based tetapi lebih bersifat competency based yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai etika dan moral. Dalam Standar Nasional Pendidikan, Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.32

Ruang lingkup kompetensi profesional guru secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya.

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c. Mampu melaksanakan dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

31

Indrajati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Jakarta: Paramadina, 2003, 38.

32

Peraturan PemerintahRepublik Indonesia, No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: BSNP, 2006, 21-22.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi,

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.33

Secara luas profesionalitas kinerja guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami standar nasional pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. b. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

meliputi: memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengembangkan silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, menilai hasil belajar dan memperbaiki kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman.

33

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 3.

c. Menguasai materi standar yang meliputi, menguasai bahan pembelajaran (bidang studi) menguasai bahan pendalaman (pengayaan).

d. Mengelola program pembelajaran yang meliputi : 1) Merumuskan tujuan,

2) Menjabarkan kompetesi dasar, 3) Menetapkan materi atau bahan ajar,

4) Menjabarkan indikator-indikator kecapaian pembelajaran, 5) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran,

6) Menetapkan sumber belajar, media dan alat peraga pembelajaran,

7) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran, 8) Melaksanakan pembelajaran.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya guru harus mempunyai kemampuan dasar yang disebut kompetensi. Menurut Sudjana kompetensi tersebut terdiri dari tiga bidang, yaitu :

a. Kompetensi bidang kognitif. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan yang dimiliki guru, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang masyarakat serta pengetahuan umum lainnya.

b. Kompetensi bidang sikap. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesinya, mempunyai kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

c. Kompetensi bidang perilaku atau performance. Kompetensi perilaku

atau performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai

ketrampilan dan berprilaku, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan peserta didik, ketrampilan merancang dan menyusun persiapan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas, dan lain-lain.

Kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuan, sedangkan kompetensi perilaku berkenaan dengan praktek pelaksanaan sebagai implementasi dari teori atau pengetahuan yang dimiki oleh guru. Kompetensi guru dalam bidang sikap berkenaan dengan aspek psikologis, terutama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang merupakan implikasi dari jabatan profesi yang disandangnya. Ketiga bidang kompetensi tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.

3. Pengaruh Supervisi Manajerial dan Intensitas Supervisi terhadap

Dokumen terkait