• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Kursi, Kamar dan lapangan

Dalam dokumen Kisah Cerpen Islam 1 (Halaman 25-36)

Bag.2 : Kamar

+++++++++++++++++++++++++++++++++++ by :em em be

"Maaf , apa benar Bapak adalah Joni setyanto...?" sapa seorang pria, berwajah campuran Indo, tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

"ya, saya Joni setyanto, maaf anda siapa ?" balasku

"Oh, kalau begitu perkenalkan, saya Josef Hendrawan, saya supir dari Persatuan Buruh Khilafah, yang ditugasi menjemput Anda" Pria berkemeja rapi dan bersepatu hitam itu menjawab pertanyaanku

Kemudian, dengan ramah pria itu mengajakku segera beranjak dari Hall Terminal Kedatangan bandara, untuk kemudian menuju pintu keluar.Sambil berjalan aku melihat sekeliling, sambil menyegarkan mata yang tadi sempat basah karena lamunanku.Ketika berkeliling, aku melihat berbagai macam Ras yang ada di bandara itu, ada seorang ibu berjilbab berwajah eropa sedang menemani anaknya makan eskrim, "mommy, why abi go to Tehran ?" tanya anak yang sedang makan eskrim itu dalam bahasa inggris "abi go for business my dear, don't worry you'll meet him again today right.." ibu itu dengan kasih menjawab pertanyaan anaknya dengan wajah yang penuh kasih, rupanya ayah anak itu pergi ke Tehran untuk berbisnis, dan mereka sedang menunggu kedatangannya hari ini.Memang semenjak khilafah berdiri 3 tahun yang lalu banyak sekali muslim taat dari negara2 barat yang bermigrasi ke Negara khilafah.

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 26

Di dekat restoran bandara mataku terpaku pada beberapa orang yang berambut

pirang,memakai kupluk dan kelihatannya sedang bergurau, tak jauh dari situ ada sekeluarga orang yang wajahnya seperti orang arab terlihat membawa tas berisi batik. " Allah memang sudah menyatukan kami umat Islam, bukan hanya dalam hati, Allah telah membuat kami sebagai sebuah kesatuan Tubuh yang bisa saling mengasihi, saling membela.Segala Puji Hanya Untukmu Ya Malik"

Sesampainya di pintu keluar bandara, Josef mengajakku untuk masuk ke sebuah mobil yang telah menunggu, aku bersikeras untuk duduk di kursi depan , meskipun pada awalnya ia memaksaku untuk duduk di belakang."ah seperti bos saja" pikirku aku memang paling tidak suka diperlakukan seolah atasan.

Dan mobil pun mulai melaju dengan tenang di jalanan beraspal yang halus.Cuaca hari itu sangat sejuk, apalagi wilayah di sekitar Bandara memang seperti "sebuah Taman Raksasa" .Hanya ada beberapa bangunan yang terlihat di sepanjang wilayah bandara, sisanya taman-taman hijau yang menyegarkan , danau - danau buatan yang membuat udara selalu sejuk, dan beberapa bangku-bangku yang digunakan sebagai tempat istirahat bagi

orang-orang.Pemerintahan Ini memang menyeimbangkan antara pembangunan dan Kelestarian alam, sesuai perintah Allah dalam Al Qur'an, Subhanalllah.

Saat Josef menyetir , aku teringat suatu hal, yang sedari tadi ingin kutanyakan padanya. "Pak Josef , kalau boleh tahu apakah...?" aku hentikan pertanyaanku, aku takut ia tersinggung. "sekilas Josef menengok kepadaku, kemudian dengan wajah yang ramah dan sedikit kekanak-kanakan ia menjawab " apa saya seorang pengikut Kristus ?, Kristen? apa saya seorang Kristiani ?" ia balik bertanya padaku, anehnya tak tampak sedikit pun kemarahan dalam wajahnya

"Ya, Pak Joni benar, saya beragama kristen, kenapa pak ?" Josef bertanya lagi."saya cuman ingin tahu bagaimana perasaan anda ketika dulu, Khilafah hampir berdiri ?" tanyaku

padanya.Sambil membelokkan arah mobil di sebuah tikungan Josef menjawab pertanyaanku "Sebenarnya Pertanyaan yang sama sudah ditanyakan pada saya Mungkin sekitar 374 kali, hahaha, maaf Pak Joni, saya bercanda" Josef melanjutkan "kalau bukan Bapak yang bertanya saya mungkin sudah gak mau njawab pertanyaan ini.."

Sedetik setelah kudengar Jawabannya , kukatakan padanya "kalau pertanyaan ini menyinggungmu kamu tidak usah menjawabnya, dan maafkanlah saya Josef, saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu" "Bukan-bukan, sama sekali bukan begitu Pak Joni, saya sama sekali tidak tersinggung" Josef berkata dengan terburu - buru, "kami Umat Kristen , sebagian besar tidak khawatir dengan apakah Indonesia akan memakai hukum syari'ah, atau bahkan Indonesia akan melebur dengan negara muslim lain menjadi sebuah Negara Baru, Khilafah" Josef menambahkan.

Aku tersentak dengan Jawabannya, belum usai rasa terkejutku ia sudah berkata "kami hanya ingin hidup dengan tenang , bisa menjalankan ibadah kami, bisa bekerja dengan Gaji yang pantas, Bisa mengembangkan bisnis kami , ya tapi memang ada sebagian kecil dari kami yang beranggapan bahwa kami harus menyelamatkan Umat manusia dengan membawa

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 27

mereka pada agama kami, tapi itu adalah bagian kecil.." " sebagian besar dari kami memang ketakutan saat khilafah hampir berdiri, kami takut akan dipaksa meninggalkan agama kami, kami takut gereja akan dihancurkan, kami takut bahwa kami harus mengikuti gaya hidup orang Islam, kami takut...., entahlah waktu itu memang banyak orang yang sering nakut-nakutin kami dengan berkata bahwa Bila negara berubah menjadi negara Islam maka Kami akan dipaksa ini-dipaksa itu, ya jadi wajar kan kalau saya takut?" Josef bercerita panjang lebar, rupanya sikapnya yang kalem telah mengelabuiku , sebenarnya ia orang yang suka bercerita.

Mobil Kami terus meluncur, membawa kami memasuki Kota Jakarta yang kini tampak seperti sebuah Kota Taman yang rapi, tidak seperti keadaan 4 tahun yang lalu."trus gimana lagi?" aku melanjutkan bertanya."waktu itu , Amerika menyerang Iran atas desakan Israel yang merasa terancam oleh Iran, dan parahnya lagi Banyak dari serangan Pesawat-pesawat tempur Amerika yang Nyasar ke wilayah Pakistan, katanya "salah sasaran" hal ini membuat Keadaan di dunia Islam seperti Api yang diguyur dengan bensin " Sambung Josef. Josef , dengan mimik yang tenang Josef berkata "maafkan saya bercerita tentang Hal ini, saya yakin pak Joni juga tau sejarah ini to?" . "ya, tidak apa2 saya justru ingin tahu dengan perasaanmu, keluargamu waktu itu.." jawabku agar ia melanjutkan ceritanya.

"yah, waktu itu saya bekerja di wilayah tangerang, saya bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik tekstil, intinya saya orang biasa yang datang dari Salatiga untuk cari makan di Jakarta" Josef meriwayatkan dirinya "Istri saya Juga bekerja di Pabrik yang sama, sehingga saya khawatir kalau Terjadi apa-apa saat Khilafah berdiri, karena Pemilik Perusahaan kami bukan orang Islam" "selain itu saya juga sangat takut bila nanti keluarga saya dipaksa masuk islam, istri saya harus pakai jilba..., dan banyak lagi" wajahnya berubah serius saat bercerita, lalu ia melanjutkan "setelah amerika menyerang Iran, semua terjadi begitu cepat, jalin - menjalin berurutan, bagai sebuah skenario film, meskipun pada saat itu saya yang cuman orang awam tidak tahu bahwa ini akan menjadi Tonggak era baru pada kehidupan di dunia kita..." lanjut Josef.

"ketika itu terjadi protes besar-besaran oleh umat islam di seluruh dunia, yang mengecam serangan tersebut, Jakarta hingga Maroko membara karena kejadian itu bukan saja membunuh ratusan ribu jiwa di Iran, tapi juga beberapa wilayah afghanistan" "saya paling ingat suatu saat saya akan berangkat kerja dari tempat tinggal saya di Kebon jeruk menuju pabrik, saya terhambat oleh sekitar 100.000 umat islam yang memadati jalan-jalan , hingga saya mulai takut akan keselamatan keluarga say di rumah." sambung josef

"keadaan diperparah setelah amerika menjatuhkan sangsi ekonomi Keras, bagi mesir yang saat itu dipimpin oleh Ikhwanul muslimin yang memenangi pemilu, Amerika menyatakan bahwa Ikhwanul muslimin telah melakukan tindakan radikal seperti meneror warga dalam memenangi pemilu, " belum lagi keadaan Timur tengah dimana para kaum Islamis

mendapat posisi yang sangat kuat di pemerintahan setelah Revolusi dunia arab antara tahun 2011 - 2012" " huh kadang saya masih merasa tegang kalau ingat masa-masa itu, tapi puji

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 28

Tuhan, keluarga saya tidak apa-apa sampai detik ini..." Joni berucap sambil menyeka keringat di lehernya.Aku serius memperhatikan saat ia menceritakan kejadian sekitar 4 tahun yang lalu itu. Joni melanjutkan perbincangan "Untungnya saya tidak kehilangan akal sehat, melihat banyak Protest yang menginginkan Khilafah kembali berdiri saat itu, saya lalu menemui seorang Ustadz yang juga karyawan di pabrik tempat saya bekerja, yang saya ketahui sering mengajak teman-teman yang beragama islam tuk mengikuti kegiatan-kegiatan tentang khilafah" Joni meneruskan "Saya ingin mendapat keterangan mengenai bagaimana nasib kami sebagai non-muslim bila nanti Indonesia benar-benar jadi bagian dari Khilafah".

"dari Ustadz tersebut saya mendapat jawaban yang memuaskan, saya lalu pulang menemui istri saya , saya ceritakan apa yang sebenarnya diinginkan orang islam, dan bahwa kita sebagai non-muslim tidak akan diganggu hak-haknya selama kita mau hidup dengan aturan isma, saya juga cerita bahwa kami bisa tetap mengadakan kebaktian, membangun gereja dan juga merayakan Natal seperti biasa" Josef berkata dengan suara tenang, kulihat tiba-tiba wajah Josef berubah tenang ketika mengatakan hal itu.

"bahkan saya benar-benar merasakan, meski saya dan keluarga harus membayar Jizyah pada negara, namun kami justru merasa lebih tenang saat berada dirumah, tidak ada lagi ceritanya perampokan atau kemalingan di tempat tinggal saya di kebon jeruk, teman satu Gereja yang punya toko pun merasakan bahwa tokonya lebih aman daripada dulu, karena para preman yang biasa minta "Uang keamanan" sudah dilibas oleh Hukum Islam yang tegas" Josef menimpali."Pak Joni pasti lebih tahu kejadian waktu itu kan, bukankah bapak salah satu pelaku perubahan besar waktu itu ?" Josef bertanya sambil tersenyum ramah."ya, saya masih ingat" jawabku lirih sambil membalas senyumannya.Mataku menerawang

membayangkan lintasan peristiwa dalam hidupku selama 4 tahun ini.

"Mau nginap dimana pak ? kata Atasan saya, saya harus mempersilahkan Bapak memilih sendiri hotel dimana bapak akan menginap" Joni tiba-tiba merubah topik."emm, sebentar , coba belok kiri di perempatan itu ya, di sana dulu ada Hotel favorit saya" sahutku memberi jawaban. "nah berhenti di depan Hotel itu" aku menunjuk sebuah hotel kecil yang meski sederhana namun tampak mencolok karena Arsitekturnya yang seperti sebuah bangunan era 90-an awal.Hotel yang kupilih adalah hotel favoritku setiap aku berkunjung ke Jakarta, hampir 4 kali aku menginap di hotel ini, tak pernah aku mau menginap di hotel lainnya setiap aku kejakarta, mungkin itulah mengapa atasan Josef yang dulu teman-teman satu perjuanganku memberi perintah untuk membebaskan aku menginap.

Setelah Mengantarku ke kamar, Josef kemudian berkata, bahwa nanti malam ia akan menjemputku, karena pengurus persatuan buruh ingin berbincang denganku di pusat organisasi tersebut di bilangan Kuningan. Setelah Josef berpamitan aku masuk ke

kamar.Kamar yang sederhana , yang lebih tampak bagaikan kamar sebuah Rumah keluarga biasa di perumahan RSS, menyambutku.Kasur yang bersih namun sederhana dengan kain merah bermotif kembang, TV 21 Inch , mungkin sudah berumur 10 tahun lebih, kamar

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 29

mandi kecil dengan WC model jongkok, semuanya biasa, tak ada yang mewah dari kamar ini.Aku sengaja memilih kamar ini, karena aku rindu dengan suasana rumah, Rumahku dulu ketika Khilafah belum berdiri.Setelah bersih-bersih, aku duduk di kasur, meluruskan tulang punggung dan kaki yang lelah akibat perjalanan pesawat dan perjalanan di mobil tadi.Oh ya aku lupa menceritakan mengapa aku memilih Hotel ini, sebetulnya aku tidak punya

kenangan spesial dengan hotel ini, hanya saja kamar hotel ini mirip sekali dengan Ruangan rumahku dulu, dan Aku Rindu dengan Rumahku bukan karena Rumah itu sendiri, melainkan aku rindu dengan orang yang pernah hidup bersamaku di rumah itu.Istriku, Nina.

Sambil mengipaskan koran pada tubuhku yang lelah aku menerawang menatap TV yang mati dalam kamar hotel itu, aku ingat dulu ketika sepulang kerja aku biasa makan malam dengan istriku di depan TV, sambil mengobrol tentang kegiatanku di pabrik istriku

menemaniku.Setiap habisa makan biasanya perutku tidak punya kesempatan untuk

beristirahat, karena istriku pasti sudah membuat hidangan pencuci mulut yang kuarasakan sangaaaaat enaaak. Ya sebenarnya masakan istriku termasuk biasa saja sih, behkan kalau dia sedang tidak mood, istriku sering masak keasinan, tapi bukan itu masalahnya , aku merasakan masakannya enak karena ia begitu pandai merayuku untuk segera makan, entah ia bilang "jangan telat makan mas, nanti sakit ..." atau "mas, awas lho kalau ketiduran sebelum makan, nanti jadi nggak kemakan lagi nih masakan Nina mau marah ah.., awas lho!" begitulah istriku, dia sangat memahami kalau aku paling takut ia marah sehingga ia merayuku dengan berpura-pura akan ngambek kalau aku sedang malas makan.Dan semua kasih sayangnya yang ia curahkan ketika menanak nasi, menggoreng tempe , atau menumis kangkung itulah yang membuat masakannya terasa bagai masakan surga ketika aku

menyantapnya.

Eh, apa aku lupa cerita bagaimana aku bertemu istriku ? Semua bermula saat 13 tahun yang lalu , aku dan serombongan Teman di Grup pengajian kami pergi ke Jakarta tuk mengikuti sebiuah Konferensi yang aku ingat tempatnya di stadion lebak Bulus, waktu itu pertengahan musim kemarau, di perjalanan aku lebih banyak tertidur, ya mungkin aku kecapekan karena tadi malam juga harus mengedit skripsiku yang masih perlu perbaikan.Hingga tiba-tiba mobil yang kami tumpangi sudah berada di parkir sebuah stadion di Jakarta, ternyata sudah ada ratusan orang di sana, mungkin ribuan! kami langsung turun, rasa kantukku tiba-tiba hilang melihat suasana yang ramai. Wajah2 teman-teman seperjuangan dari penjuru jabodetabek yang penuh semangat membuat diriku semakin penasaran dengan acara ini.Sambil

celingukan aku berjalan , aku gak ikut dengan teman2 yang entah sedang berbicara tentang apa.

Tiba-tiba...., GubRRaaakk...!!, aku ternyata menabrak seorang wanita yang sedang berjalan bersama teman-teman akhwatnya, dan parahnya lagi kepalanya terkena sikutku. Sambil bengong melihat dia yang kesakitan aku berkata "maaf mbak, eh maaf Ukhty... saya ndak sengaja..." . "Iya gapapa, permisi..." jawaban sopan dari akhwat berjilbab lebar dan bergamis itupun meluncur dengan tenang , sama sekali tidak ada nada marah.Tanpa sengaja , meski ia terus menunduk sambil berjalan tanpa melihat wajahku, aku sempat melihat sekilas

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 30

hati..., entah kenapa tiba-tiba hatiku berdesir seperti ada rasa hangat yang menjalar.... " "Oh itu Nina, temen kampus kita, dia juga ngaji sama seperti kita, dia kan adik tingkat kita " kata teman pengajianku Budi,ia tiba-tiba sudah ada dibelakangku, mungkin Budi

memperhatikan ketika aku dan Wanita tadi bertabrakan."ayo Jon, nanti gak kebagian tempat duduk kalo kita kelamaan di sini" budi mengajakku beranjak, aku yang sedang terus memperhatikan wanita yang bernama Nina itu, langsung mengangguk .Sesampainya di Kursi Stadion yang sudah penuh sesak aku melihat banyak sekali rekan-rekan satu perjuangan yang hadir tempat duduk untuk Ikhwan berada di bagian stadion yang terkena sinar matahari, sedang peserta akhwat cukup beruntung karena panitia memilihkan temat yang sejuk diseberang kami para ikhwan.Aku melihat Barisan kursi peserta akhwat yang tampak seperti pelangi oleh Jilbab mereka yang berwarna-warni.Mungkin Nina juga ada disitu pikirku waktu itu."Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah karena memikirkan seorang wanita yang belum hamba ikat secara sah dihadapanmu" seru batinku saat itu, dan akupun mulai konsentrasi pada acara konferensi yang akan segera dimulai.

Beberapa bulan berlalu setelah konferensi itu berlangsung, aku tinggal menunggu saat wisudaku .Ketika itu kami sekelompok Pengajian baru selesai Halaqoh rutin saat Pembina/ Musyrifku Joko memberi sebuah kertas yang tampaknya adalah sebuah undangan

pernikahan.Aku bertanya "siapa yang nikah nih, kamu ya Jok?, wah selamat ya, eh tapi sama siapa ? aku gak pernah lihat kamu barengan sama seorang akhwatpun?" dengan wajah yang tampak lebih berseri dari biasanya Joko menjawab " alhamdulillah Akhi ( akhi = saudaraku ) saya baru bertemu 3 minggu yang lalu dengan calon istri saya, setelah menemukan

kecocokan , kami memutuskan langsung menikah meski secara sangat sederhana, ini kami lakukan agar saling bisa mendukung dakwah , dan tentunya agar Rasa kasih sayang kami bisa membuat kami saling bahagia di dunia dan akhirat" .Teman - teman langsung

mengaminkan ucapan joko, "wajar saja kalau Joko menikah, dia kan sudah dapat pekerjaan dipersaahaan di daerah Jakarta Barat, sedangkan aku / wisuda aja belum ?" batinku saat itu. "lalu kamu mau nikah kapan Jon ? masak dari banyak wanita Soleh dikampus kita sama sekali tidak ada yang menarik perhatianmu?" tiba-tiba Joko menanyakan hal yang sama sekali tidak kuperkirakan, wajahku memerah malu, aku gelagapan, tapi sebelum aku tambah malu tiba-tiba Budi berkata " Jelas aja si Joni, gak nikah-nikah, ngrampungin skripsi aja kebingungan, gimana mau Cari sitri" sontak saja teman - teman tertawa bersamaan mendengar lelucon Budi, Aku hanya bisa cengar-cengir sambil pura-pura marah saat itu. Tanpa teman-temanku ketahui aku sudah memiliki pilihan sendiri dalam hati, Ya, Nina, gadis yang pernah bertemu denganku di Konferensi kala itu.Diam-diam aku telah mengumpulkan info tentang dirinya , melalui beberapa akhwat yang kukenal, kuketahui ternyata ia juga berasal dari jawa tengah sama sepertiku, ia berasal dari Kota Purwokerto.Dari

teman-temannya pula kuketahui kalau ia merupakan Gadis yang sangat menjaga kontak antara Pria dan wanita, meski kalau diantara teman-teman akhwatnya ia termasuk cukup riang dan cerewet, dan aku juga tahu kalau ia mengambil jurusan IT di kampusku.Belakangan kuketahui kalau Nina merupakan seorang Musyrifah atau pembina di kelompok Pengajian putri, sungguh rasa kagumku kian hari kian bertambah kepadanya, apakah ini yang sering didendangkan pada syair-syair lagu? apakah ini yang dinamakan : CINTA ?

Kisah – kisah Islam Dipersembahkan oleh :

https://www.facebook.com/KursusOnlineUangFB

Hal 31

Suatu malam aku terbangun dari tidurku, entah kenapa aku memimpikan Nina,

"Astagfirullah, Ya Allah ada apa ini, mengapa aku selalu terbayang-bayang mengenai Nina?" ucapku lirih karena aku takut membangunkan budi yang pulas tertidur di kasurnya.Akhirnya aku memutuskan pergi ke kamar mandi, aku ingin wudhu lalu sembahyang malam agar keluhanku pada Allah mampu mengobati Rasa yang sulit dilukiskan ini, rasa campuran antara ingin tahu, Bahagia, namun juga khawatir.Setelah sholat akau berdoa pada Allah agar dberikan jalan keluar dari kemelut dihatiku, aku keluhkan keadaanku yang belum diwisuda dan belum bekerja.Aku menangis Mohon diberi Keberanian melamar agar bisa

mempersunting Nina, dan membina Rumah tangga.Aku memohon agar Allah membuatku tetap bisa membantu Bapak-Ibu di solo membiayai kedua adikku sambil aku membina Rumah Tangga.

Esoknya, dengan langkah yang terkadang ragu, kuberanikan diri menemui salah satu sahabat Nina yang kukenal, aku datang bersama Budi, dan Akhwat itu juga bersama sahabatnya.Kami bertemu di halaman masjid kampus.Aku memberanikan diri,

mengutarakan maksudku, yaitu agar mereka berkenan menyampaikan lamaranku pada Nina, akhirnya kedua akhwat itu menyanggupi, namun tidak berani menjanjikan apa-apa, apalagi mereka tahu aku diwisuda saja belum, mungkin mereka takut Nina tidak mau karena aku belum bisa memberi jaminan Nafkah."Ya Insya Allah Kita sampaikan, cuman kami tidak berani memastikan apa-apa, sebab kami hanya menyampaikan permintaan ta'aruf dari antum saja, jadi semuanya terserah Nina .." begitulah jawaban mereka saat itu.

Hingga suatu hari..

Aku sedang membaca sebuah majalah yang banyak memuat tentang perlunya Khilafah bagi umat islam sedunia, ketika hapeku berbunyi, Hape Nokia jadul itu bergetar-getar sambil membuyikan nada khas yang menandakan ada SMS masuk.Langsung kusambar hapeku dan kubaca, oh rupanya dari nomor yang belum ada di Addres Book HPku, setelah kubuka, ternyata isinya

"Assalammu'alaikum, Perkenalkan ini Nomor Saya Nina, saya mendapat pesan bahwa antum mau Berta'aruf dengan saya, tapi karena saya belum mengenal antum secara dalam, jadi ada baiknya, bila antum serius, nanti jam 4.00 sore kita bertemu sebentar di pelataran masjid, harap dengan teman antum yg bisa dipercaya"

Dalam dokumen Kisah Cerpen Islam 1 (Halaman 25-36)

Dokumen terkait