• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Endapan Mineral

Dalam dokumen Mineral Deposit (Halaman 21-34)

Pembentukan jebakan mineral terjadi/dikontrol oleh proses diferensiasi magma yang juga menghasilkan komposisi batuan yang berbeda-beda.

Konsep pembentukan jebakan oleh Niggli :

1. Stadium Likwido Magmatis (T = > 600), terbentuk mineral tahap awal (sedikit unsur volatilnya, yaitu silikat) dan logam, endapannya : Jebakan magmatis atau endapan ortomagmatik.

2. Stadium Pegmatik-Pneumatolitik (T = 600 -400), larutan sisa magma dgn unsur volatil meningkat sehingga tekanan juga meningkat, membentuk endapan/jebakan

pegmatik/pneumatolitik.

3. Stadium Hidrotermal (T = 450 -350/50), larutan sisa magma semakin encer tekanan juga menurun, membentuk endapan/jebakan hidrotermal.

Adapun tipe endapan pada endapan mineral adalah: Tipe Endapan Ortomagmatik

Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu : 1. Kimberlite – eclogit :Diamond, garnet.

2. Peridotite – pyroxenite :cromite,platinum metals, chrysotile

asbestos, nikel – copper sulphies. 3. Norit gabbro – anorthosite : Titaniferous magnetite, ilmenite, native copper

Endapan dari sisa larutan magma Pegmatik – pneumatolitik yang kaya dari fase cair dengan sedikit gas H2O, CO2, H3BO3, HCl dan HF, pada T = 600 – 550 dengan tekanan yang mulai meningkat. Menerobos batuan sekitar dengan tekstur kasar, umum asosiasi dengan granit. Mineral gaunge : felspar, kuarsa, muskopit. Mineral logam adalah timah, wolfram, molibden, tungsten, bismuth, Yttrium, thorium, dan lain lain. Struktur endapan adalah butiran kasar yang intergrwoth, comb, banded atau crustified dengan replacement. Kadang-kadang hadir non logam berharga adalah permata.

Tipe Endapan Pneumatolitik

Terbentuk dari larutan sisa yang kaya volatil (gas dan uap) dengan T = 550 -450. Endapan terbentuk dari proses sulimasi volatil maupun hasil reaksi antara volatil dengan batuan yang diterobosnya (metasomatis kontak Batemen, 1949) membentuk endapan logam dan non logam. Logam terbentuk dua tahap :

1. Tahap pertama pada T tinggi terbentuk logam Magnetit, hematit, spinel, wolframit, scheelit, kasiterit dan martit.

2. Tahap kedua pada T yang lebih rendah : Arsenopirit, pirit, pirotit, sfalerit, galena dan kalkopirit.

Mineral gaunge adalah wolastonit, augit, epidot, forsterit, skapolit, fluorit, topaz, turmalin, kalsit, dolomit, felspar, flogopit, kuarsa. Struktur endapan dikontrol oleh struktur dan sifat batuannya, seperti proses pengisian rekahan (cavity filling) dan umumnya diikuti proses kristalisasi, replacement dan alterasi.

Tipe Endapan Hidrotermal

Terbentuk dari larutan sisa magma yang sangat encer (kaya akan H2O, T = 350 – 100. Berdasarkan temperatur dan kedalaman (Lindgren, 1933) dibedakan atas :

Hipotermal / Porphyri deposit, T = 300 – 500 C, P 3 – 10 km. Mesotermal deposit, T = 200 – 300 C, P 1 – 4 km.

Epitermal deposit, T = 50 – 200 C, P 0.3 – 1.3 km. Teletermal deposit, T < 50, P rendah (Shallow)

Gambar 2.3. Sistem Endapan Hidrotermal

Endapan hidrotermal banyak menghasilkan mineral-mineral logam (epitermal dan porfiri), terutama pada magma seri kalk-alkali dan alkali.

Pembagian endapan logam dibedakan atas :

1. Logam mulia → Au, Ag, kelompok Pt (PGM, platinum group metals).

2. Logam bukan besi → Cu, Pb, Zn, Sn, Al (empat yang pertama dikenal dengan istilah logam dasar, base-metals).

4. Logam jarang → Sb, As, Be, Cd, Mg, Hg, REE, Se, Ta, Te, Ti, Zr, dll. 5. Logam fisi (membelah) → U, Th (Ra).

Untuk membentuk logam yang ekonomis dibutuhkan minimal 3x sirkulasi hidrotermal atau berumur 1 juta tahun. Sebagai contoh tipe endapan porfiri Freeport 4 x intrusi, Batu Hijau 3x dan Bangka-Belitung 5x intrusi, Selogiri 2x.

Tipe Endapan Ortomagmatik

Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu : 1. Kimberlite – eclogit : Diamond, garnet.

2. Peridotite – pyroxenite : cromite, platinum metals, chrysotile, asbestos, nikel – copper sulphies.

3. Norit gabbro – anorthosite : Titaniferousmagnetite, ilmenite, native copper.

BAB III

PROSES DAN STRUKTUR ENDAPAN MINERAL 3.1. Struktur Internal Bumi dan Tektonik Lempeng

Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.

Dari data geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel. Pembagian lapisan struktur internal bumi dapat berdasarkan sifat kimia (atau komposisinya) ataupun berdasarkan sifat fisiknya dapat dijelaskan seperti beikut: 1. Pembagian Lapisan bumi berdasar komposisi kimia

 Kerak Benua (Continental Crust), 0,374% masa bumi, pada kedalaman 0-75 Km. Mengandung 0,554% masa Mantel-kerak, merupakan bagian paling luar dari bumi yang tersusun oleh berbagai batuan. Merupakan lapisan dengan densitas rendah (2,7 g/cm3) yang didominasi mineral-mineral kuarsa (SiO2) dan feldspar, membentuk batuan berkomposisi granitik.

 Kerak Samodera (Oceanic Crust), 0,099% masa bumi, dengan kedalaman 0-10 km. Lapisan ini mengandung 0,147% masa mantel-kerak. Mayoritas kerak ini terbentuk karena aktifitas magmatisme-volkanisme pada zona pemekaran. Sistem Punggungan Tengah Samodera, sebagai jaringan gunungapi sepanjang 40.000 km, menghasilkan kerak samodera baru dengan kecepatan 17 Km3 /tahun, menutup lantai samodera membentuk batuan berkomposisi basaltik (densitas 3,0g/cm3).

 Mantel Atas (Upper Mantle), 10,3% masa bumi, kedalaman 10-400 km, mengandung 15,3% masa mantel-kerak. Berdasarkan observasi fragmen yang berasal dari erupsi ngunungapi atau jalur pegunungan yang tererosi, mineral utama pada mantel atas adalah Olivin (Mg,Fe)2SiO4 dan Piroksen (Mg,Fe)SiO3, membentuk batuan ultra mafik (Peridotit).

 Zona Transisi Mantel Bawah-Mantel Atas, 7,5% masa bumi, kedalaman 400-650 km. Zona transisi atau Mantel Tengah atau secara fisik dikenal sebagai Mesosfer mengandung 11,1% masa mantel-kerak, merupakan sumber magma basaltic. Juga mengandung kalsium (Ca), Aluminium (Al), dan garnet, merupakan kompleks silikat mengandung Aluminium. Lapisan ini relative mempunyai densitas tinggi jika dingan, disebabkan kandungan granetnya. Tetapi akan mudah mengapung atau ringan jika panas, karena mineral yang lebur akan membentuk basalt, menerobos naik melewati mantel atas membentuk magma.

Gambar 3.1 gambar susunan internal bumi

 Mantel Bawah (Lower Mantle), 49.2% masa bumi, kedalaman 650-2.890 km, 72,9% disusun oleh masa mantel-kerak dengan komposisi terdiri dari silicon (Si), magnesium (Mg), dan oksigen (O). Sebagian kemungkinan disusun oleh besi (Fe), kalsium (Ca), dan aluminium (Al). Para ahli membuat deduksi ini berdasarkan asumsi bahwa proporsi dan jenis unsus pada bumi relative sama dengan meteorit primitive.

 Inti Bumi, 32,5% masa bumi, kedalaman 2.890-6370 km. Lapisan ini didominasi oleh besi (Fe), juga mengandung sekitar 10% sulfur (S) dan atau oksigen (O). Sulfur dan Oksigen menyebabkan lapisan ini densitasnya sedikit lebih ringan dari leburan besi murni

3.1.1. Komposisi Kerak Bumi

Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi). Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100°C.

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt. Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km

(Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.

Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat dilihat di Skala Waktu Geologi.

Seperti di sebutkan di atas,kerak bumi dibedakan menjadi kerak samudera yang berkomposisi basaltic dan kerak benua yang berkomposisi granitic. Disamping adanya perbedaan komposisi batuan, kedua tipe kerak tersebut juga mempunyai perbedan kadar unsur-unsur yang yang terdapat di dalamnya, walupun demikian terdapat beberapa unsure yang mempunyai proporsi relative sama pada kedua kerak tersebut.

Tabel 2.1. Daftar kadsar beberapa logam penting di kerak bumi

Logam Granit (kerak benua) Diabas (kerak samudera) Kadar Dlm Kerak(%) Mining Grade(%) Au/Emas 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 1 Ag/Perak 0.000 0055 0.000 008 0.000 007 0.008 Fe/Besi 1.37 7.76 5 25-55 Cu/Tembaga 0.0013 0.011 0.005 1 Pb/Timbal 0.0048 0.00078 0.0013 20-Apr Zn/Seng 0.0045 0.0086 0.007 10-Apr Ni/Nikel 0.0001 0.0076 0.0075 1.5-2,5 Cr/Krom 0.002 0.0114 0.01 30 Mn/Mangan 0.0195 0.128 0.09 35 Al/Aluminium 7.43 7.94 8.13 30 Sn/Timah 0.00035 0.00032 0.000 2 0.5-2 Hg/ Raksa 0.000 01 0.000 02 0.000 008 0,2-8 Mo/Molibdenum 0.000 65 0.000 057 0.000 15 0,01-0,6 W/wolfram 0.000 04 0.000 05 0.000 15 0,3-6 WO3 Pt/Platina 0.000 00019 0.000 00012 0.000 001 0,0003-0,0015 Si/Silikon 33.96 24.6 27.7 O/Oksigen 48.5 44.9 46.6

3.1.2. Tektonik Lempeng dan Mineralisasi

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang

pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Pada dasarnya teori tektonik lempeng adalah bahwa bumi yang padat ini terdiri dari banyak lempengan yang pecah-pecah, yang merupakan pembalut keras bumi, yang terus bergerak mendorong, menjauh, berpapasan, menggilas, mendidih tiada hentinya. Lempeng ini sedikitnya ada delapan lempeng yang besar, delapan lempeng yang berukuran kecil, yang semuanya terus bergerak berarak-arak tiada henti hingga kini. Teori semakin banyak diyakini setelah data dari berbagai dunia analisis, yang meyakinkan bahwa telah terjadi pergerakan lempeng sejagad. Misalnya, pada saat batuan kuno di kepulauan Inggris diukur kemagnetanya, tercatat penyimpangan sejauh 300 drajat dari kutub magnet sekarang. Pertanyaan timbul, apakah kutub magnet bumi telah berpindah sejauh ini, ataukah kepulauan Inggris yang telah bergeser dari waktu ke waktu hingga pada posisinya sekarang.

Menurut teori kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relative dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. Ada dua jenis kerak bumi yaitu kerak samudera yang tersusun oleh batuan yang bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai pada samudera yang sangat dalam, dan kerak benua yang tersusun dari batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi yang menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi bebrapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian

lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus konveksi tersebut merupakan kekuatan utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.

Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu pergerakan yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling berpapasan. Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasa merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang alur penujaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatic dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara kedua lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penujaman di selatan pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan berbagai cekungan seperti Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara.

Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi dan akibatnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur magmatic atau gunung api. Contoh pembentukan gunung api di pematang tengah samudera di laut Pasifik dan benua Afrika. Pergerakan saling berpapasan dicirikan ileh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya sesar besar San Andreas di Amerika.

Continental rifting dan Mid Oceanic Spreading dibentuk pada retakan lempeng, ketika magma bergerak naik dari mantel menuju permukaan lantai samudra membentuk sekuen batuan ofiolit penampang tengah samudera, sebagai lempeng baru. Lempeng baru yang terbentuk bergerak menjauhi sumbu pemekaran, makin lama semakin dingin dan semakin tebal, hingga densitasnya semakin besar dan kemudian tenggelam membentuk penunjaman (Subduction Zone), sehingga lempeng akan panas, hancur, menyebabkan terbentuknya leburan sebagian pada mantel

membentuk magma, dengan densitas rendah bergerak kembali ke permukaan menbentuk rangkaian gunungapi.

Pergerakan lempeng seringkali juga menimbulkan pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform faults), juga diikuti oleh pembentukan magma.

Litosfer bumi dibagi menjadi delapan lempeng besar serta sekitar 24 lempeng kecil, yang bergerak di atas lapisasn Astenosfer dengan kecepatan sekitar 5-10 cm/tahun. Kedelapan lempeng besar tersebut terdiri dari:

• Lempeng Afrika (African Plate) • Lempeng Antartik (Antarctic Plate)

• Lempeng Hindia-Australia (Indian-Australian Plate) • Lempeng Pasifik (Pasific Plate)

• Lempeng Amerika Utara (North American Plate) • Lempeng Amerika Selatan (South American Plate) • Lempeng Nazca (Nazca Plate)

Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas, membentuk lingkungan tektonik yang beragam, secara umum dikenal sebagai

1) Mid-oceanic ridge dan back arc rifting dan transform faults, yang membentuk batas lempeng konstruktif

2) Subduction zone, yang merupakan batas lempeng destruktif, menghasilkan island arcs dan active continental margins

3) Oceanic intra-plate, menghasilkan oceanic island (hot spots)

4) Continental intra-plate, yang menghasilkan continental flood basalt dan continental rift zone Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya magmatisme, hidrotermal, dan volkanisme pada lapisan kerak bumi. Sebagian besar proses pembentukan mineralisasi sangat

terkait dengan proses magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat penting memahami lempeng tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya

mineralisasi. Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga batas lempeng merupakan tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan mineral.

Keberadaan endapan bijih di dunia sebagian besar tersebar pada wilayah batas lempeng, terutama pada jalur magmatisme-vulkanisme yang disebabkan subduksi lempeng. Sebagai contoh adalah batas wilayah lempeng pasifik, yang membentuk busur kepulauan di bagian barat mulai dari Selandia Baru-Papua Nuegini-Indonesia-Pilipina-Jepang dan busur magmatic

kontinen di bagian timur mulai dari Chili-Amerika Serikat hingga Kanada, yang dikenal sebagai Ring Of Fire, merupakan jalur mineralisasi yang sangat potensial.

Keberadaan endapan mineral yang signifikan di Indonesia, sebagian besar

berasosianya atau berada pada jalur busur magmatic, seperti endapan porfiri Cu-Au kompleks Grasberg-Ertzberg yang berada pada busur irian Jaya Tengah, Endapan Cu-Au Batuhijau Sumbawa dan Endapan Au-Ag Epitermal Pongkor yang berada pada busur Sunda-banda, Endapan Au Epitermal Kelian pada busur Kalimantan Tengah, Endapan Au Sedimen Hosted Messel di busur Sulawesi Mindanau, Endapan Au epitermal Gosowong yang berada pada busur Halmmahera, dan lain sebagainya. Jenis logam yang terkonsentrasi, pada wilayah tertentu, sangat dikontrol oleh lingkungan tektoniknya. Sn, W,Mo, F, Nb umumnya dikontrol oleh oleh keberadaan kerak kontinen, baik pada intra-continental hotspot, intra-continental rift zone, maupun pada continental magmatic arcs. Cr, Ni,Pt, Cu dikontrol oleh kehadiran kerak samudera, diantaranya pada pemekaran tengah samudera. Au, Ag,Cu paling sering hadir pada lingkungan tektonik busur kepulauan.

3.2. Bentuk Endapan Bijih

Kebanyakan endapan mineral terbentuk pada temperature yang sedang sampai temperature tinnggi berasosiasi dengan batuan beku, dan asalnya sangat berhubungan dengan proses magmatik. Beberapa mineral bijih dapat terakumulasi langsung dari proses difernsiasi magma: horizon dari kromit ditemukan dalam lapisan intrusi mafic. Seperti di Bushfield, daerah di Afrika Selatan, sebagai contohnya. Lebihnya adalah endapan logam yang dalam transportasinya

dilakukan oleh air danterlarut dalam cairan dan suatu saat akam terakumulasi menjadi suatu lapisan endapan yang kita temukan. Salah satu sumber air yang mengandung material residu dari proses kristalisai magma. Sumber dari logam yang mungkin dari hujan meteorit atau air laut yang bersirkulasi pada kedalaman yang tinggi atau didekat tubuh intrusi. Atau air yang terperangkap dalam suatu formasi sediment. Atau sebagai volatile yang perpecah dari prose metamorfisme. Apapun sumber mereka larutan yang memiliki temperatur hangat ini disebut fluida hidrotermal, dan mineral bijih yang mungkinterendapka adalah mineral bijih hidrotermal. Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock nya, dikenal istilah singenetik dan epigenetic. Singenetik diartikan bahwa bijih terbentuk relative bersamaan dengan pembentukan batuan, sering merupakan bagian rangkaian stratigrafi batuan, seperti endapan bijih besi pada batuan sediment. Epigenetik, kebalikan dengan singenetik, merupakan bijih yang terbentuk setelah host rock-nya terbentuk. Contoh endapan epigenetic adalah endapan yang berbentuk urat (vein). Seperti dalam terminology batuan beku, juga dikenal istilah tubuh bijih diskordan dan konkordan. Tubuh bijih diskordan, jika memotong perlapisan batuan, sedangkan tubuh bijih konkordan jika relaqtif sejajar dengan lapisan batuan.

3.2.1. Tubuh Bijih Diskordan

Tubuh bijih tabulat mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang, tetapi sisi ketiga relative pendek. Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk vein (urat) atau fissure -veins. Vein pada umumnya mempunyai kedudukan miring, seperti pada sesar, pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan bagian atasnya dikenal sebagai hanging wall (Gambar 3.1). Gambar 3.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami sesar normal. Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell yang membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka akan terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang memungkinkan fluida pembawa bijih masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya terbentuk pada system rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan.

3.2.1.1. Tubuh Bijih Beraturan

Tubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi ketiganya. Pada posisi vertical atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes) atau chimneys, sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan istilah “mantos”. Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh pelarutan batuan induknya (host rocks), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih seringkali tidak menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod (podshaped orebodies).

Gambar 3.3. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal.

Gambar 3.4. Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit ± pirit-magnetit 3.2.1.2. Bentuk Tidak Beraturan

a. Endapan Sebaran (Disseminated Deposits)

Pada endapan sebaran (diseminasi), bijih tersebar pada tubuh batuan, seperti pada pembentukan mineral asesori pada batuan beku. Pada kenyataannya bijih ini sering sebagai mieral asesori pada batuan beku.

Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada sebagian besar perpotongan jaringan urat-urat halus (veinlets), yang dikenal sebagai stockwork, juga di sepanjang urat-urat halus atau pada pori batuan. Stock work sebagian besar terbentuk pada tubuh intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat menerus hingga pada batuan sampingnya.

b. Endapan Replacement (penggantian)

Beberapa endapan bijih terbentuk oleh proses replacement (penggantian) pada mineral atau batuan yang telah ada, berlangsung pada temperature rendah hingga sedang. Replacement yang berlangsung pada temperature tinggi, umum terbentuk terutama pada contak dengan intrusi yang berukuran besar hingga menengah. Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan oleh pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradidgrosularit garnet, maupun tremolit-aktinolit.

Gambar 3.5 Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. 3.2.2. Tubuh Bijih Korkordan

Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan batuan di

stratigrafi dengan host rock-nya, tetapi juga dapat terbentuk secara epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan umumnya terbentuk pada batas batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir, batugamping, batuan lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada batuan plutonik atau metamorf.

Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar tubuh bijih relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa bagian sering miring atau bahkan tegak lurus dengan bidang perlapisan. Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan volcanogenic massive sulphide.

Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik, juga sering membentuk lapisan-lapisan mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan ini disebabkan oleh gravitational settling atau liquid immicibility.

Gambar 3.6. Memperlihatkan tubuh bijih konkordan pada batuan sedimen 3.3. Proses Pembentukan Bijih

Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan bijih. Interpretasi genesa mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati. Ada tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space filling (infilling), tekstur replacement, serta exolution.

3.3.1. Tekstur Infilling (pengisian)

Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah dimana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar cenderung bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan bentuk asli dari pori serta daerah tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur geologi yang mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan informasi tentang komposisi fluida hidrotermal, maupun temperatur pembentukannya.

Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat (magma) juga dapat terbentuk dari presipitasi fluida hidrotermal. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali dari kenampakan: • Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai

Dalam dokumen Mineral Deposit (Halaman 21-34)

Dokumen terkait