• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

DIKSI, GRAMATIKAL, BAHASA FIGURATIF, SERTA KONTEKS DAN KOHESI DALAM NOVEL

4.2.1.1 Klasifikasi Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa

Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi dua yaitu kalimat tunggal (ukara lamba) dan kalimat majemuk (ukara camboran). Sedangkan kalimat majemuk ada dua yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Klasifikasi kalimat berdasarkan jumlah klausa novel DSIB karya Suparto Bratadapat dilihat dalam kutipan di bawah ini.

Ing sasi Agustus 1948, wayah sore, ana serdhadhu Walanda tanpa tandha pangkat mlebu ing Restoran Tong Sien (DSIB, G, 3).

•‘Bulan Agustus 1984, sore hari, ada serdadu Belanda yang tidak berpangkat masuk ke Restoran Tong Sien.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan waktu-kejadian. Klausa ing sasi Agustus 1948, wayah sore

mempunyai makna waktu, sedangkan klausa kejadiannya adalah ana serdhadhu Walanda tanpa tandha pangkat mlebu ing Restoran Tong Sien.

Wong Jawa sing oleh tugas kuwi ngocak-ocak gelase, supaya anyepe bis bisa warata (DSIB, G, 5).

•‘Orang Jawa yang bertugas itu mengocok-ngocok gelasnya, supaya dinginnya es dapat merata.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan sarana-tujuan. Klausa wong Jawa sing oleh tugas kuwi ngocak-ocak gelase mempunyai makna sarana, sedangkan klausa tujuannya adalah supaya anyepe bis bisa warata.

Wong Jawa mau ngecungake driji marang peladen, driji panudinge diobah-obahake ngundhang peladen (DSIB, G, 7).

•‘Orang Jawa tadi mengacungkan jarinya kepada pelayan, jarinya digerak-gerakkan memanggil pelayan.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk tanpa konjungsi.

Van Grinsven nglumpruk (DSIB, G, 8).

•‘Van Grinsven tergeletak.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek dan predikat. Van Grinsven sebagai subjek, sedangkan predikatnya adalah

nglumpruk.

Peladen wadon teka (DSIB, G, 8).

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek dan predikat. Peladen wadon sebagai subjek, sedangkan predikatnya adalah teka.

Ngarepe ditambahi canthuk wesi, piranti kanggo ngresiki kawat-kawat kang mantheng malang ing marga sing dipasang dening gerilyawan Republik (DSIB, G, 10).

•‘Depannya diberi catuk besi, piranti untuk membersihkan kawat-kawat yang terlentang yang dipasang oleh para tentara Republik.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan perbuatan-tujuan. Klausa ngarepe ditambahi canthuk wesi

mempunyai makna perbuatan, sedangkan klausa tujuannya adalah piranti kanggo ngresiki kawat-kawat kang mantheng malang ing marga sing dipasang dening gerilyawan Republik.

Dheweke ngulat-ulatake kahanane njero jip lan tangan alus kang nyekel pistul kuwi (DSIB, G, 11).

•‘Dia mengamat-ngamati keadaan di dalam jip dan tangan halus yang sedang memegang senjata itu.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk setara yang memiliki hubungan penambahan. Kata lan adalah yang menunjukkan hubungan penambahan.

•Waktu terbenam matahari, jalannya menjadi tidak rata.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan waktu-kejadian. Klausa wayah surup srengenge mempunyai makna waktu, sedangkan klausa kejadiannya adalah dalane saya ora rata.

Herlambang mateni mesin montere (DSIB, G, 19).

•‘Herlambang mematikan mesin motornya.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Herlambang sebagai subjek, mateni sebagai predikat, sedangkan objeknya adalah mesin montere.

Sajrone Herlambang omong, pengawal-pengawal sing nggawa bedhil mau ngupengi Herlambang (DSIB, G, 37).

•‘Sewaktu Herlambang berbicara, pengawal-pengawal yang membawa bedil tadi mengepung Herlambang.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan waktu-kejadian. Klausa sajrone Herlambang omong

mempunyai makna waktu, sedangkan klausa kejadiannya adalah pengawal-pengawal yang membawa bedil tadi mengepung Herlambang.

Dene yen arep dienggo ngancani ngemut, dheweke kudu milih sing kuning bureg (DSIB, G, 44).

•‘Kalau mau menemani mengunyah, dia harus memilih yang kuning samara.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan kejadian-syarat. Klausa dene yen arep dienggo ngancani ngemut mempunyai makna kejadian, sedangkan klausa syaratnya adalah dheweke kudu milih sing kuning bureg.

Pengkuh mendeliki Ngesthireni (DSIB, G, 57).

•‘Pengkuh melototi Ngesthireni.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Pengkuh sebagai subjek, mendeliki sebagai predikat, sedangkan objeknya adalah Ngesthireni.

Wong-wong padha metu saka pendhapa (DSIB, G, 59).

•‘Orang-orang keluar dari pendapa.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan keterangan. Wong-wong sebagai subjek, padha metu sebagai predikat, sedangkan objeknya adalah pendhapa.

Saiki kutha Sala lagi kisruh, akeh wong bedhil-bedhilan (DSIB, G, 60).

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan waktu-kejadian. Klausa saiki kutha Sala lagi kisruh

mempunyai makna waktu, sedangkan klausa kejadiannya adalah akeh wong bedhil-bedhilan.

Weruh prengehe Herlambang, muntap kanepsone Ngesthireni (DSIB, G, 62).

•‘Melihat muka Herlambang, meluap kemarahanya Ngesthireni.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan sebab-akibat. Klausa weruh prengehe Herlambang

mempunyai makna sebab, sedangkan klausa akibatnya adalah muntap kanepsone Ngesthireni.

Nanging yen prekara lelabuh bangsa lan Negara, Ngesthireni isih mamang (DSIB, G, 67).

•‘Namun kalau masalah mengenai bangsa dan Negara, Ngesthireni masih ragu.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk yang dibentuk dengan konjugasi nanging.

Kiswanta ngajak golek penginipen dhisik, marga yen wis sore sok kangelan (DSIB, G, 72).

•‘Kiswanta mengajak mencari penginapan dahulu, karena kalau sudah sore maka akan sulit.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan akibat-sebab. Klausa Kiswanta ngajak golek penginipen dhisik mempunyai makna akibat, sedangkan klausa sebabnya adalah marga yen wis sore sok kangelan.

Roke kecanthol lingire lungguhan, katon pupune kang gilig (DSIB, G, 114).

•‘Roknya tercantol di lingir kursi, terlihat pahanya yang besar.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan sebab-akibat. Klausa roke kecanthol lingire lungguhan

mempunyai makna sebab, sedangkan klausa akibatnya adalah katon pupune kang gilig.

Wayah awan ngarepake bedhug, prahoto mlebu tlatah kutha Madiun

(DSIB, G, 120).

•‘Waktu siang mengharapkan beduk, parahoto masuk kota Madiun.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan waktu-kejadian. Klausa wayah awan ngarepake bedhug

mempunyai makna waktu, sedangkan klausa kejadiannya adalah prahoto mlebu tlatah kutha Madiun.

Mesin dipateni, sopir klupukan mudhun (DSIB, G, 125).

•‘Mesin dimatikan, sopir yang memakai kupluk turun.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk tanpa konjungsi.

Bubar tuku clana tisikan, Herlambang golek kebutuhan liyane (DSIB, G, 137).

•‘Setelah membeli celana rajutan benang, Herlambang mencari kebutuhan lainnya.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk tanpa konjungsi.

Setasiyun dijaga tentara (DSIB, G, 137).

•‘Setasiun dijaga para tentara.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan pelengkap. Setasiyun sebagai subjek, dijaga sebagai predikat, sedangkan pelengkapnya adalah tentara.

Para penumpang liyane padha mesakake, nanging ya ora wani protes

(DSIB, G, 139).

•‘Penumpang lainnya sangat kasihan sekali, namun ya tidak berani protes.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk yang dibentuk dengan konjugasi nanging.

Pegawe piket digawa mlebu (DSIB, G, 167).

•‘Pegawai piket dibawa masuk.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan pelengkap. Pegawe piket sebagai subjek, dibawa sebagai predikat, sedangkan pelengkapnya adalah mlebu.

Ir. Suwandi bali mbukak map (DSIB, G, 179).

•‘Ir. Suwandi kembali membuka map.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Ir. Suwandi sebagai subjek, bali mbukak sebagai predikat, sedangkan objeknya adalah map.

Raden Mas Yogyantara melu maspadakake tilpun Ir. Suwandi nyasmitani supaya dheweke nyedhak (DSIB, G, 181).

•‘Raden Mas Yogyantara ikut waspada terhadap telpon Ir. Suwandi sebagai tanda supaya dia menhampirinya.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan sarana-tujuan. Klausa Raden Mas Yogyantara melu maspadakake tilpun Ir. Suwandi nyasmitani mempunyai makna sarana, sedangkan klausa tujuannya adalah supaya dheweke nyedhak.

Weruh wong wadon sing ditresnani dipilara kaya ngono, Kiswanta mencolot nyandhak gulune ipane (DSIB, G,189).

•‘Melihat wanita yang disayangi dianiaya seperti itu, Kiswanta melompat memegang leher iparnya.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat majemuk bertingkat yang memiliki hubungan sebab-akibat. Klausa weruh wong wadon sing ditresnani dipilara kaya ngono mempunyai makna sebab, sedangkan klausa akibatnya adalah

mencolot nyandhak gulune ipane .

Montor ngliwati plantaran kantor Administrasi (DSIB, G, 198).

•‘Motor melewati halaman kantor Administrasi.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Montor sebagai subjek, ngliwati sebagai predikat, sedangkan objeknya adalah plantaran kantor Administrasi.

Para tamu padha keplok mangayubagya suksese laku sasmita kuwi (DSIB, G, 207).

•‘Semua tamu bertepuk tangan dengan bahagia merayakan suksesnya misi itu.’

Kalimat dalam kutipan di atas termasuk kalimat tunggal yang terdiri dari subjek, predikat, dan pelengkap. Para tamu sebagai subjek, padha keplok sebagai

predikat, sedangkan pelengkapnya adalah mangayubagya suksese laku sasmita kuwi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan ungkapan kata-kata yang terdapat pada kutipan di atas mampu menghidupkan suasana.

Dokumen terkait