• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Klasifikasi Pestisida

2.5.1. Pengelompokan Pestisida Berdasarkan Sasaran

Menurut Wudianto (2010) sasaran pengelompokan pestisida sebagai berikut : 1. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga.

2. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunkan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan pada umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Kumpulan benang ini disebut miselium. Miselium ini bisa tumbuh dia atas atau dalam tubuh inang.

3. Bakterisida

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteria.

4. Nematisida

Nematisida adalah racun yang mengendalikan nematoda. 5. Akarisida

Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba.

6. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis pengerat, misalnya tikus.

7. Moluskida

Moluskida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpit, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.

8 Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

9. Pestisida lain

Selain jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain. Namun, karena kegunaannya jarang maka produsen pestisida pun belum banyak yang menjual. Sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan.

Pestisida tersebut adalah sebagai berikut (wudianto R, 2004) yaitu:

a. Pestisida adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam

b. Algisida merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida merupakan pestisida pembunuh burung. d. Larvisia merupakan pestisida pembunuh ulat. e. Pedukulisida merupakan pestisida pembunuh kutu.

f. Silvisida merupakan pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon.

g. Ovisida merupakan pestisida perusak telur.

h. Piscisida merupakan pestisida pembunuh predator. i. Termisida merupakan pestisida pembunuh rayap.

j. Arborisida merupakan pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida merupakan pestisida pembunuh hama vertebrata.

2.5.2. Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida

Menurut Djojosumarto (2008) sifat dan cara kerja racun pestisida sebagai berikut :

1. Racun Kontak

Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga

sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.

2. Racun Pernafasan (Fumigan)

Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.

3. Racun Lambung

Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya.

4. Racun Sistemik

Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada

bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.

5. Racun Metabolisme

Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.

6. Racun Protoplasma

Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak. 2.5.3. Formulasi atau Bentuk Pestisida

Menurut Wudianto (2004) formulasi atau bentuk pestisida yang beredar di Indonesia sebagai berikut :

1. Tepung hembus, debu (dust=D)

Merupakan tepung sangat halus dengan kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-10%.

2. Butiran (granula=G)

Berbentuk butiran padat yang cara penggunaannya dapat langsung disebarkan dengan tangan tanpa dilarutkan terlebih dahulu.

3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder =WP)

4. Pestisida berbentuk tepung kering dan tidak bisa digunakan untuk memberantas jasad sasaran. Terlebih dahulu dilarutkan dalam air yang

penggunaannya disemprotkan dengan alat penyemprot atau untuk merendam benih. Kandungan bahan aktifnya 50-85%.

5. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder=SP)

Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaannya pun ditambahkan air. Perbedaannya terletak pad kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlatut dalam air, SP bisa larut dalam air. Kandungan bahan aktifnya biasanya tinggi.

6. Cairan (emulsifiable concentrate=EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantaraan emulsi (emulsifier). Dalam penggunaanya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengenceran atau semprotnya disebut emulsi.

7. Berbentuk cairan yang pekat yang bahan aktifnya mengandung bahan pengemulsi yang dapat digunakan setelah dilarutkan dalam air. Cara penggunaannya disemprotkan dengan alat penyemprot atau di injeksikan pada bagian tanaman atau tanah. Contoh insektisida Agrimec 18 EC.

2.5.4. Dosis Pestisida

Dosis pestisida adalah jumlah pestisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman pada setiap satuan luas bidang sasaran, misalnya liter pestisida per hektar, kilogram pestisida per hektar, dan sebagainya. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan

2.5.5. Konsentrasi Pestisida

Konsentrasi penyemprotan adalah jumlah pestisida yang dicampurkan dalam satu liter air untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Misalnya, penggunaan insektisida Zolone 350 EC dengan konsentrasi penggunaan 0,2%, maka setiap liter air harus mengandung 0,2%/100x1000 ml= 2 ml Zolone 350 EC (Djojosumarto, 2008).

2.5.6. Cara Aplikasi Petisida

Keberhasilan pestisida dalam mematikan jasad pengganggu tidak hanya ditentukan oleh jenis pestisida, dosis, dan konsentrasi saja. Namun juga ditentukan oleh bagaimana cara aplikasi pestisida tersebut (Wudianto, 2010) yaitu :

1. Cara Semprotan (high volume method)

Cara semprotan paling sering digunakan, sebelum disemprotkan formulasi ini dicampur dulu dengan air. Pengenceran disesuaikan dengan konsentrasi dan dosis yang disarankan dalam kemasan.

2. Cara Hembusan

Dilakukan pada pestisida yang berbentuk tepung hembus (dust=D). aplikasi formulasi ini hanya untuk dalam gudang

3. Pengabutan (low volume method)

Cara ini hampir sama dengan penyemprotan, hanya bedanya peengabutan menggunakan volume yang lebih rendah dibandingkan penyemprotan. Formulasi pestisida yang digunakan untuk pengabutan sama dengan penyemprotan.

4. Penaburan Granula

Pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dan granula bisa diaplikasikan dengan beberapa cara sesuai kondisinya, seperti disebarkan langsung, dilubang tanaman, di sekitar leher akar.

5. Penggocoran (drenching)

cara ini sangat tepat untuk aplikasi pestisida sistemik dan berformulasi cairan.

6. Penyuntikan

Alat penyuntikan tanah digunakan untuk menyebarkan nematisida ke dalam tanah.

8. Pengumpanan

Pengumpanan bisa diterapkan untuk mengendalikan tikus, ulat tanah, siput, dan bekicot.

Dokumen terkait