• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di Pulau Lombok

5.2.2 Klasifikasi stakeholder

Hasil penilaian atribut stakeholder meliputi kepentingan, nilai penting dan pengaruh berdasarkan hasil observasi, wawancara dan penelusuran dokumen dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh

Stakeholder Kepentingan Nilai Penting

Pengaruh terhadap proyek Stakeholder Primer

Kelompok Tani 1. Menjaga mata air dan

kelestarian hutan 2. Akses sumberdaya air

Tinggi Rendah Asosiasi Pelanggan PDAM 1.Peningkatan pelayanan pelanggan 2. Ketersediaan air Tinggi Rendah PDAM Menang- Mataram

1. Menjaga kualitas dan kuantitas air

2. Akses ke sumberdaya air

Tinggi Tinggi

Institusi Multi Pihak (IMP)

Mengelola dana jasa lingkungan untu kelestarian sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan

Tinggi Tinggi

PT Narmada Awet Muda(Swasta)

1. Menjaga kualitas dan kuantitas air

2. Akses terhadap air

Tinggi Tinggi

Konsepsi Pendampingan masyarakat desa Sedang Sedang

Dishutbun Lobar Konservasi hutan Tinggi Sedang

Pemkab Lombok barat 1. Peningkatan PAD, 2. Akses sumberdaya air

Tinggi Tinggi

PEMKOT Mataram Akses sumberdaya air Tinggi Tinggi

WWF Nusa Tenggara Konservasi hutan dan

keanekaragaman hayati

Sedang Sedang

SCBFWM Pembinaan masyarakat sekitar

hutan

Sedang Sedang BPDAS Dodokan-

Moyosari

Pengelolaan Wilayah DAS Tinggi Tinggi Dinas Perikanan dan

Kelautan Lombok barat

Pendampingan budidaya air tawar

 

Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh (lanjutan)

Stakeholder Kepentingan Nilai Penting

Pengaruh terhadap proyek Stakeholder Sekunder

Dinas Pertanian NTB Pembangunan saluran irigasi dan pertanian

Rendah Sedang PUSLIDA UNRAM Penelitian dan sarana praktikum Sedang Rendah

BLHP Monitoring kualitas air,

Konservasi sumbedaya

Sedang Rendah Dinas Kehutanan NTB Pengelolaan Tahura Sesaot Rendah Tinggi

BKSDA Perlindungan Kawasan Sedang Sedang

Keterangan: Diadaptasi dari Mayers (2001) menurut penilaian dengan tingkatan tertentu secara kualitatif.

Penilaian tinggi dan rendahnya tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder didasarkan pada posisi masing-masing dalam kemitraan. Ada pihak yang berkepentingan secara legal menurut mandat negara yang dibebankan sebagai tanggung jawab dan ada juga yang berkepentingan riil terhadap sumberdaya, baik dalam dalam hal pengelolaan maupun pemanfaatan. Sebagai faktor penentu IMP dan PDAM Menang-Mataram memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi dalam mekanisme PJL. Kepentingannya antara lain karena keberadaan IMP mutlak diperlukan untuk mengelola dana jasa lingkungan.

IMP memiliki kewenangan sesuai Perda No. 4 tahun 2007, sehingga pengaruh terhadap berlangsungnya mekanisme PJL cukup tinggi. Demikian pula dengan PDAM Menang-Mataram sebagai lembaga pengelola air dan penghubung antara masyarakat pelanggan PDAM dan IMP. Kelompok tani sebagai penyedia jasa lingkungan memiliki kepentingan yang tinggi untuk melestarikan kawasan hutan sebagai sumber penghidupan mereka dan untuk akses kebutuhan air. Namun sayangnya kelompok tani sebagai lembaga informal kecil tidak memiliki wewenang atas pelaksanaan mekanisme ini. Keberadaan mereka tidak memiliki kewenangan untuk menentukan pelaksanaan dari program PJL yang berlaku. Asosiasi pelanggan PDAM awalnya dibentuk atas keinginan dari PDAM Menang- Mataram untuk memudahkan dalam komunikasi dengan pelanggan. Kepentingannya tinggi karena mewakili dari masyarakat pelanggan untuk jaminan ketersediaan air dari hulu. Pada kenyataannya asosiasi ini kurang berpengaruh karena pengurus terpilih dianggap tidak kompeten oleh PDAM Menang-Mataram. Universitas Mataram menggunakan daerah Sesaot dan DAS Jangkok sebagai

lokasi penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga memiliki kepentingan yang cukup dan pengaruh yang ditimbulkan kecil pada mekanisme PJL.

PT Narmada Awet Muda memiliki kepentingan yang tinggi, yakni aksesnya terhadap mata air sebagai bahan baku produksinya. Perusahaan ini juga memiliki pengaruh yang tinggi karena merupakan perusahaan besar. Keikutsertaan perusahaan ini pada mekanisme akan memberikan kontribusi yang besar sebagai pembeli jasa lingkungan. Namun sampai saat ini perusahaan ini belum berkontribusi pada mekanisme PJL. Konsepsi dan WWF Nusa Tenggara merupakan perintis mekanisme PJL yang ada di Lombok Barat. Konsepsi berperan dalam pendampingan masyarakat dan fasilitasi perizinan HKm. WWF Nusa Tenggara bergerak dalam bidang konservasi dan pengembangan jasa lingkungan. Baik Konsepsi maupun WWF NT merupakan LSM berskala lokal sehingga hanya memiliki pengaruh yang sedang.

SCBFWM, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Lombok Barat merupakan unit-unit teknis di lembaga pemerintahan. Wewenang dan Tugas mereka berada pada lokasi diselenggarakannya mekanisme PJL ini, sehingga mereka memiliki kepentingan dan pengaruh yang cukup tinggi terhadap mekanisme PJL ini. Sedangkan Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memiliki kepentingan yang tinggi karena obyek jasa lingkungan yaitu air yang terkait mekanisme ini merupakan produk yang strategis bagi masyrakat dan memberikan pemasukan yang cukup besar bagi kedua pemerintah daerah tersebut. Pengaruh mereka tinggi karena pemerintah mekanisme PJL ini berlokasi di wilayah administratif kedua pemerintahan. BPDAS Dodokan-Moyosari memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi karena obyek jasa lingkungan adalah air, apabila berbicara tentang air tentu tidak bisa lepas dari daerah aliran sungai (DAS). DAS berada dibawah pengelolaan BPDAS.

Pada kelompok stakeholder sekunder terdapat Dinas Pertanian NTB, Puslida Universitas Mataram, BLHP, Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA. Stakeholder tersebut tidak terlibat langsung dalam mekanisme PJL, namun menaruh kepentingan pada dampak keberadaan mekanisme PJL. Rekapitulasi dari

 

tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh dari stakeholder dapat dipetakan dalam matriks berikut (Gambar 7 ).

High

Importance

Low High

Influence

Gambar 7 Diagram matriks minat dan pengaruh dari tiap stakeholder. Berdasarkan matriks tersebut, kotak A, B, dan C merupakan stakeholder kunci yang dapat mempengaruhi mekanisme secara signifikan. Implikasi dari masing-masing kotak adalah sebagai berikut :

a) Stakeholder dengan tingkat kepentingan tinggi terhadap mekanisme tetapi memiliki pengaruh yang rendah (Subject). Pada mekanisme PJL stakeholder yang termasuk Subject adalah Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM, Konsepsi dan WWF.

b) Stakeholder dengan tingkat pengaruh dan kepentingan yang tinggi terhadap keberhasilan mekanisme (Key Player). Stakeholder yang termasuk Key Player adalah PDAM Menang-Mataram, Institusi Multi Pihak (IMP), PT Narmada Awet Muda (Swasta), Dishutbun Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS Dodokan-Moyosari, Pemkab Lombok Barat dan PEMKOT Mataram.

•PDAM , IMP, PT Narmada, Pemkab. Lobar, Pemkot Mataram, BPDAS

A

•Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM B •Dishut NTB •Konsepsi, WWF • SCBFWM, Dishutbun Lobar, Dinas Perikanan dan kelautan Lobar

D Dinas C Pertanian NTB, BLHP, Unram •BKSDA

c) Stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi tetapi tidak memiliki kepentingan terhadap mekanisme (Context setter). Stakeholder yang termasuk dalam Context setter adalah Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA. d) Stakeholder pada kuadran ini memiliki pengaruh dan kepentingan yang

rendah terhadap mekanisme (Crowd). Stakeholder yang termasuk dalam Crowd adalah Dinas Pertanian NTB, Universitas Mataram dan BLHP.

Matriks tersebut dapat menjelaskan posisi stakeholder dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM, Konsepsi dan WWF sebagai subject harus memiliki inisiatif khusus bila kepentingan mereka ingin dilindungi. Di sisi lain PDAM Menang-Mataram, Institusi Multi Pihak (IMP), PT Narmada Awet Muda (Swasta), Dishutbun Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS Dodokan-Moyosari, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan Pemerintah Kota Mataram sebagai key player yang menentukan kesuksesan dari berjalannya mekanisme PJL ini. Stakeholder lainnya harus menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan key player tersebut.

Stakeholder yang berperan sebagai Context setter dalam hal ini Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA, membutuhkan manajemen dan monitoring yang hati-hati. Stakeholder ini mampu menghentikan mekanisme, sehingga harus diperhatikan. Sedangkan stakeholder yang menjadi crowd yaitu Universitas Mataram, Dinas Pertanian NTB dan BLHP bukan merupakan subyek dalam mekanisme, sehingga hanya dibutuhkan monitoring dan evaluasi dalam prioritas yang rendah.

Dokumen terkait