• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perjanjian Baku Pembelian Sepeda Motor

4. Klausula Eksonerasi Atau Klausula Baku

Klausula eksonerasi adalah klausula yang mengandung kondisi

membatasi, atau bahkan menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak produsen (penjual).Isi klausula baku seringkali merugikan pihak yang yang menerima klausula baku tersebut, yaitu pihak konsumen karena dibuat secara sepihak. Bila konsumen menolak klausula baku tersebut ia tidak akan mendapatkan barang ataupun jasa yang dibutuhkan, karena klusula baku serupa akan ditemuinya ditempat lain. Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak ada memberikan istilah mengenai klausula eksonerasi. Yang ada adalah “klausula baku” dalam Pasal 1 Angka (10) :

“Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat

yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.”

Shidarta membedakan antara klausula baku dengan klausula eksonerasi yaitu bahwa, kalau dalam klausula baku, yang ditekankan adalah

mengenai prosedur pembuatannya yang sepihak dan bukan mengenai isinya, sedangkan dalam hal eksonerasi yang dipersoalkan adalah menyangkut substansinya, yakni mengalihkan kewajiban atau tanggungjawab pelaku usaha. 36

Terlepas dari istilah yang dipergunakan oleh para pakar hukum tersebut, klausula eksonerasi adalah klausula yang digunakan dengan tujuan pada dasarnya untuk membebaskan atau membatasi tanggungjawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya, dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian tersebut.Menanggapi keberadaan klausula eksonerasi dalam hubungannya dengan perlindungan konsumen.

Sebagaimana diuraikan diatas perjanjian dengan syarat-syarat eksonerasi tersebut pula dengan perjanjian syarat-syarat untuk pembatasan berupa penghapusan ataupun pengalihan tanggung jawab.Bebabn tanggung jawab yang diberikan oleh peraturan perundang-undnag dihapus oleh penyusun perjanjianmelaalui syarat-syarat eksonerasi tersebut.Oleh karena itu syarat-syarat eksonerasi dapat berupa penghapusan/pengurangan terhadap akibat hukum, atau pembatasan/penghapusan kewajiban sendiri dan menciptakan kewajiban tetapi membebankan pihak lain.

Secara sederhana, klausula baku mempunyi ciri berikut :

1.Sebuah klausula dalam suatu perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha, yang posisinya relatif lebih kuat dibandingkan konsumen;

36

2.Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi klausula tersebut;

3.Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal; dan

4.Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong kebutuhan.

Menurut Sudaryatmo ada beberapa karakteristik klausula baku

antara lain sebagai berikut.37

1. Perjanjian dibuat sepihak oleh mereka yang posisinya relative lebih kuat dari konsumen.

2. konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian. 3. dibuat dalam bentuk tertulis dan masal.

4. konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena dorongan oleh faktor kebutuhan.

Pasal 18 Ayat (1) UU Perlindungan Konsumen :

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali barang yang dibeli konsumen;

c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan

kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa

atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

37

Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, Hlm 93

dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha

untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Dalam penjelasan Pasal 18 Angka (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan tujuan dari larangan pencantuman klausula baku yaitu “Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak” sehingga diharapkan dengan adanya Pasal 18 Angka (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen akan memberdayakan konsumen dari kedudukan sebagai pihak yang lemah di dalam di dalam kontrak dengan pelaku usaha sehingga menyetarakan kedudukan pelaku usaha dengan konsumen.

Pasal 18 Angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen membatasi pelaku usaha dalam pencantuman klausula baku yang mengarah kepada klausula eksonerasi. Artinya, klausula baku adalah klausula yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak boleh mengarah pada klausula eksonerasi. Dimana butir pasal 18 Angka 1 butir a sampai dengan h merupakan klausula eksenorasi dalam perjanjian standar antara produsen dan konsumen yaitu pembatasan dan penghapusan tanggung jawab dalam hal :

a. pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. penolakan penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;

c. penolakan penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang

d. pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. pengaturan pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. pengurangan manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan

konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

g. penundukan konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. pemberian kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak

tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Pasal 18 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen :

“Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada

dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.”

R.H.J. Engels menyebut adanya 3 (tiga) faktor dari perjanjian dengan klausula eksonerasi yaitu sebagai berikut :

a. Tanggungjawab untuk akibat-akibat hukum, karena kurang baik

dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban perjanjian.

b. Kewajiban-kewajiban sendiri yang biasanya dibebankan kepada

pihak untuk mana syarat dibuat, dibatasi atau dihapuskan (misalnya, perjanjian keadaan darurat).

c. Kewajiban-kewajiban diciptakan (syarat-syarat pembebasan)

oleh salah satu pihak dibebankan dengan memikulkan tanggungjawab yang lain yang mungkin ada untuk kerugian yang diderita pihak ketiga.

Sluijter, mengatakan bahwa klausula baku bukan merupakan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah berarti membentuk undang-undang swasta ( lagio particuliere wetgever )

syaarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam klausula itu adalah undang-undang, bukan perjanjian.

Harus diakui bahwa, perjanjian baku sangatlah dibutuhkan dalam

dunia perdagangan yang semakin pesat ini, dengan penggunaan klausula baku tersebut, berarti para pihak dapat mempersingkat waktu bernegosiasi. Dan disamping itu juga perjanjia baku juga tetap mengikat para pihak dan pada umumnya beban tanggung jawab para pihak berat sebelah.Upaya perlindungan konsumen diatas tetstu sangatlah terbatas dan tidak mungkin

memberikan perlinudungan kepada semua konsumen secara

keseluruhan.akan tetapi upaya tersebut dapat dijadikan untuk membatasi kerugian penggunaan klausula baku.

Pembatasan atau larangan pencantuman klausula baku tertentu dalam

perjanjian tersebut, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan keadaan oleh pihak yang memiliki kedudukan yang lebih kuat, yang pada akhirnya dapat merugikan konsumen.

B. Bentuk Perlindungan Konsumen Terhadap Perjanjian Baku Pembelian