• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIARE BERDARAH

7. KLB dan Penanggulangannya

Penanggulangan KLB Difteri ditujukan pada upaya pengobatan penderita untuk mencegah komplikasi yang berat serta sekaligus menghilangkan sumber penularan.

1) Penyelidikan Epidemiologi KLB

Penyelidikan Epidemiologi dilakukan terhadap setiap adanya 1 kasus difteri, baik dari rumah sakit , puskesmas maupun masyarakat, yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis, memastikan terjadi KLB dan menentukan kasus tambahan serta kelompok rentan.

a. Pelacakan kasus

Pelacakan kasus ke lapangan sangat penting karena kemungkinan akan didapatkan kasus tambahan. Setiap kasus difteri dilakukan pelacakan dan dicatat dalam formulir penyelidikan KLB difteri Pelacakan ke lapangan sebaiknya segera setelah mendapatkan informasi dari rumah sakit atau sumber lainnya. b. Identifikasi kontak

- Kontak serumah

Kontak serumah didatangi dengan menggunakan form pelacakan difteri, seluruh anggota keluarga diperiksa dan diambil apusan tenggorokan atau apusan hidung. Bagi yang menunjukkan gejala klinis difteri segera dirujuk ke rumah sakit.

- Kontak sekolah/ tetangga

Teman sekolah dan teman bermain atau tetangga terdekat indek kasus terutama pada kontak yang ditemukan tanda-tanda faringitis atau pilek-pilek dengan ingus kemerahan, maka segera dilakukan pemeriksaan spesimen/swab tenggorokan. Guru sekolah dapat dimintakan bantuan melakukan pengamatan terhadap anak sekolah yang menunjukkan gejala agar segera melaporkan ke petugas kesehatan

2) Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB difteri ditujukan pada upaya pengobatan penderita untuk mencegah komplikasi yang berat serta sekaligus menghilangkan sumber penularan. Imunisasi diberikan untuk memberikan perlindungan pada kelompok masyarakat rentan.

Adanya satu kasus difteri mengharuskan upaya pencarian kasus lain pada kelompok rentan yang dicurigai, terutama kontak serumah, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah atau tempat bekerja, serta upaya pencarian sumber penularan awal atau tempat kemungkinan adanya carrier. Disamping identifikasi kasus baru lainnya, identifikasi cakupan imunisasi pada bayi dan anak sekolah selama 5-10 tahun terakhir perlu dilakukan dengan cermat.

a. Tatalaksana kasus

76 Edisi Revisi Tahun 2011

Serum (ADS) 20.000 Unit intra muskuler diberikan jika membrannya hanya terbatas pada nasal atau permukaan saja, jika sedang diberikan ADS 60.000 unit, sedangkan jika membrannya sudah meluas diberikan ADS 1000.000 – 120.000 unit. Sebelum pemberian serum dilakukan tes sensitivitas.

Antibiotik pilihan adalah penicillin 50.000 unit/kg BB/hari, diberikan sampai 3 hari setelah panas turun. Antibiotik alternatif adalah erythomicyn 50 mg/kg BB/hari selama 14 hari.

Tracheostomi dapat dilakukan dengan indikasi dyspnea, stridor, epigastric dan suprastenal reaction

pada pernafasan. b. Tatalaksana kontak

Kontak probable dan konfirmasi mendapat pengobatan profilaksis dengan erythromycin 50 mg/kg BB selama 7-10 hari.

c. Kegiatan Imunisasi

Imunisasi dilakukan pada lokasi KLB dan dusun-dusun sekitarnya yang memiliki cakupan imunisasi DPT dan DT kurang dari 80%, dengan ketentuan :

- Anak kurang dari atau sama dengan 3 tahun mendapatkan imunisasi DPT_HB sebanyak 2 dosis dengan selang waktu 1 bulan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.

- Anak usia 3-7 tahun tahun mendapatkan imunisasi DT - Anak usia lebih dari 7 tahun mendapatkan imunisasi Td 8. Sistem Kewaspadaan Dini KLB

Difteri adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dan potensial menyebabkan KLB. Kasus difteri yang dilaporkan akhir-akhir ini cenderung meningkat, oleh sebab itu perlu dilakukan penguatan pelaksanaan surveilans Difteri yang terintegrasi dengan surveilans AFP melalui surveilans aktif di rumah sakit sebagai upaya SKD KLB.

a. Puskesmas : 1) Penemuan kasus

Setiap kasus difteri yang ditemukan di wilayah puskesmas, dicatat dalam formulir penyelidikan KLB difteri dan dilakukan pencarian kasus tambahan serta identifikasi kontak.

Dalam upaya penemuan / pelacakan kasus baru pada waktu investigasi KLB dapat dikembangkan pencarian kasus di masyarakat dengan gejala tonsilitis dan atau faringitis.

2) Pencatatan dan Pelaporan

- Petugas surveilans harus memastikan bahwa setiap kasus difteri yang ditemukan, baik yang berasal dari dalam maupun luar wilayah kerja, dicatat dan dilaporkan sebagai KLB. Kasus tersebut juga dilaporkan pada laporan rutin STP ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.

- Setiap minggu direkap dalam W2/PWS KLB dan dilaporkan Ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai alat SKD KLB.

3) Semua laporan rutin maupun laporan KLB didokumentasikan 4) Analisa data :

- Setiap akhir bulan dilakukan tabulasi kasus difteri menurut bulan, desa, kelompok umur dan status imunisasi Membuat grafik trend kasus difteri setiap bulan dan tahunan

- Membuat grafik kasus difteri berdasarkan status imunisasi dan golongan umur - Membuat spot map kasus difteri berdasarkan desa

- Mengidentifikasi daerah-daerah yang masih perlu mendapat perhatian ( daerah sulit, konflik dan lain-lain)

- Mapping populasi rentan difteri selama 5 tahun terakhir menurut desa. 5) Diseminasi Informasi :

Mendiskusikan hasil kajian data tersebut dengan pimpinan puskesmas dan program terkait pada pertemuan berkala puskesmas.

b. Rumah Sakit (Surveilans Aktif) 1) Penemuan kasus

Edisi Revisi Tahun 2011 77

Penemuan kasus dapat dilakukan oleh kontak person rumah sakit atau saat kunjungan aktif oleh petugas kabupaten.

2) Pencatatan dan Pelaporan

- Setiap kasus difteri dilaporkan dengan formulir KDRS ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Apabila ditemukan pada saat petugas kabupaten melakukan surveilans aktif RS, kasus dicatat dalam formulir FPPD.

- Data tersebut direkap dalam formulir STP RS dan dilaporkan setiap bulan ke Dinas kesehatan Kabupaten/kota

c. Kabupaten :

1) Penemuan kasus

Setiap minggu petugas dinas kesehatan kabupaten/kota mengunjungi rumah sakit di wilayah kerjanya untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus difteri (diintegrasikan Surveilans AFP). Tata cara pelaksanaan surveilans aktif RS lebih rinci lihat buku pedoman surveilans AFP tahun 2007. Setiap kasus difteri yang dilaporkan dari rumah sakit segera diinformasikan ke puskesmas lokasi kasus untuk pencarian kasus tambahan dan identifikasi kontak.

2) Pencatatan dan pelaporan Laporan Integrasi

- Lakukan rekapitulasi data difteri yang bersumber dari laporan KLB ke dalam formulir integrasi. - Kirim laporan integrasi ke provinsi setiap bulan sebagai lampiran laporan STP.

d. Provinsi :

1) Pencatatan dan pelaporan 2) Laporan Integrasi

- Rekap data difteri dari laporan integrasi kabupaten menggunakan formulir integrasi provinsi - Kirim laporan integrasi ke pusat cq. Subdit Surveilans setiap bulan.

78 Edisi Revisi Tahun 2011 Lampiran 1

Formulir Penyelidikan Epidemiologi Difteri I. Identitas Pelapor

1. Nama : ____________________

2. Nama Kantor & Jabatan : ____________________ 3. Kabupaten/Kota : _______________ 4. Provinsi : ________________ 5. Tanggal Laporan : ____/____/200_ II. Identitas Penderita

1. No. Epid : 2. Nama :

3. Nama Orang Tua/KK :

4. Jenis Kelamin : [1] Laki-laki [2]. Peremp, Tgl. Lahir : __/__/___, 5. Umur :__ th, __ bl

6. Tempat Tinggal Saat ini :

7. Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) :

8. Desa/Kelurahan : , Puskesmas: 9. Kecamatan :

10. Kabupaten/Kota : , Provinsi: 11. Tel/HP :

12. Pekerjaan : 13. Alamat Tempat Kerja :

14. Orang tua/ Saudara dekat yang dapat dihubungi : 15. Alamat (Jalan, RT/RW, Blok, Pemukiman) : 16. Desa/Kelurahan : , Kecamatan :

17. Kabupaten/Kota : , Provinsi : Tel/HP : III. Riwayat Sakit

1. Tanggal mulai sakit (demam) :

2. Keluhan Utama yang mendorong untuk berobat: 3. Gejala dan Tanda Sakit

 Demam Tanggal : __/__/20__

 Sakit Kerongkongan Tanggal : __/__/20__  Leher Bengkak Tanggal : __/__/20__  Sesak nafas Tanggal : __/__/20__  Pseudomembran Tanggal : __/__/20__  Gejala lain, sebutkan _____________________________ 4. Status imunisasi Difteri:

a. Belum Pernah b. Sudah, berapa kali: tahun: c. Tidak Tahu 5. Jenis Spesimen yang diambil:

a. Tenggorokan b. Hidung c. Keduanya

6. Tanggal pengambilan spesimen: ___/___/____ No. Kode Spesimen: IV. Riwayat Pengobatan

1. Penderita berobat ke:

A. Rumah Sakit ; Dirawat Y/T Tracheostomi Y/T B. Puskesmas; Dirawat Y/T

Edisi Revisi Tahun 2011 79

C. Dokter Praktek Swasta D. Perawat/mantri/Bidan E. Tidak Berobat

2. Antibiotik: 3. Obat lain: 4. ADS:

5. Kondisi Kasus saat ini:

a. Masih Sakit b. Sembuh c. Meninggal