• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pertanyaan :

Satker kami menanyakan tentang

perlakuan sukucadang alat kesehatan, sukucadang alat kesehatan tersebut melekat pada alat kesehatan yang bersangkutan (tanpa suku cadang, alat kesehatan tersebut tidak dapat berfungsi) suku cadang tersebut bernilai Rp 1,4 Milyar yang ditanyakan: sesuai PSAP-05 suku cadang termasuk dalam kelompok persediaan, apakah kasus diatas termasuk dalam definisi tersebut?

jika sukucadang diatas memenuhi kriteria (5 kriteria) untuk pengadaan aset tetap, dimana untuk kasus diatas & dari nilai kapitalisasi, apakah suku cadang diatas termasuk dalam aset/belanja modal atau tetap digolongkan dalam persediaan (karena sifat nya sebagai suku cadang) Jawaban :

Ya, suku cadang Belanja Penambahan Nilai Gedung

2. Pertanyaan :

Untuk perbaikan/perkerasan lantai (floor hardener) gudang, nilainya 600jt, apakah

bisa dimasukkan ke dalam belanja penambahan nilai gedung, jika bisa, menggunakan volume dan satuannya apa? bolehkah menggunakan satuan paket? Karena jika dengan meter persegi

takut salah dicatat dalam BMN

menambah volume gudang. terima kasih Jawaban :

Setelah perbaikan lantai gudang tersebut memiliki manfaat yang bertambah untuk penyimpanan maka nilai gedung gudang tersebut juga bertambah sesuai dengan unit gudang yang dicatat. Bila satu unit gudang yang nilainya bertambah karena masa manfaatnya bertambah maka dicatat sejumlah unit gedung tersebut dengan penambahan nilainya. Belanja yang digunakan adalah belanja modal gedung dan bangunan karena nilai gedung bertambah seiring dengan penambahan manfaat gedung tersebut. Dalam pencatatan gedung dan bangunan dalam laporan keuangan tidak dikenal satuan paket tetapi unit, untuk satuan paket dikenal dalam penganggaran dan pelaksanaan anggaran saat kontrak

perbaikan lantai dibuat. Kontrak dibuat sesuai dengan output yang diharapkan dari kegiatan perbaikan tersebut, dapat per meter persegi atau paket. Namun ketika pencatatan penambahan nilai

gedung untuk tujuan pelaporan

digunakan satuan sesuai dengan satuan gedung pada saat pertama kali direkam perolehannya tersebut termasuk dalam definisi persediaan

3. Pertanyaan :

Kanwil Kepri saat ini sampai 3 tahun ke depan menyewa 5 ruko, jika terdapat dana untuk membuat sekat/pertisi, image building, neon sign dan lain-lain. Akun apa yang dapat dipergunakan sehubungan dengan gedung sewa tersebut ?

Jawaban :

Untuk mencatat kegiatan pembangunan

ruko tersebut dapat dicatat menggunakan akun 135111-Aset Tetap Renovasi. Dalam penjelasannya akun tersebut digunakan untuk mencatat kapitalisasi atas biaya renovasi/biaya pengembangan yang memenuhi kriteria kapitalisasi Aset Tetap, yang bukan milik entitas akuntansi,

namun digunakan dalam kegiatan

operasional entitas akuntansi yang melakukan renovasi.

Berdasarkan hal tersebut, Aset Tetap Renovasi memiliki kriteria sbb:

1. Aset yang direnovasi bukan milik

entitas akuntansi bersangkutan;

2. Aset yang direnovasi digunakan untuk

kegiatan operasional entitas akuntansi yang merenovasi;

3. Sampai dengan tanggal pelaporan

belum diserahkan oleh entitas akuntansi perenovasi kepada pemilik Aset; dan

4. Jika dapat diidentifikasi, maka pada

saat penyusunan LK, Aset Tetap Renovasi dilakukan eliminasi antara entitas terkonsolidasi.

4. Pertanyaan :

Jika sebuah bangunan sudah masuk ke dalam aset ekstra komptable, kemudian direnovasi, apakah nilai pembukuannya hanya berdasarkan nilai renovasi atau nilai renovasi ditambah nilai aset ekstra komtable nya. Terima kasih.

Jawaban :

Pertama-tama dapat saya informasikan bahwa berdasarkan LampiranVII

Per-aturanMenteri Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausaha-an BarPenatausaha-ang MilikNegara, yPenatausaha-ang dimaksud aset ekstrakomptable adalah BMN yang

mempunyai nilai dibawah Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dan dicatat di dalam buku inventaris di luar pembukuan. Dimana nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap :

1. Pengeluaran untuk per satuan

peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah), dan

2. Pengeluaran untuk gedung dan

bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Untuk kasus BMN yang dimaksud gedung laboratorium tersebut menurut hemat kami merupakan aset intrakomptable. Untuk masalah biaya yang digunakan

untuk renovasi apakah dapat

dikapitalisasi atau hanya dianggap sebagai biaya, dapat kita lihat pada PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Bultek Standar Akuntansi Pemerintahan No. 9 Tentang Akuntansi Aset Tetap dimana Kapitalisasi setelah perolehan awal aset tetap dilakukan terhadap biaya-biaya lain yang dikeluarkan setelah pengadaan awal yang dapat memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi

manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan

kapasitas, mutu produksi, atau

peningkatan kinerja. Sebaliknya, pengeluaran-pengeluaran yang tidak memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan

kapasitas, mutu produksi, atau

peningkatan kinerja diperlakukan sebagai biaya (expense).

5. Pertanyaan :

Terdapat KDP yang belum selesai

pekerjaannya dengan kontrak yang

berakhir tanggal 31 Desember 2013. Berdasarkan Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-9284/PB/2013 telah dicairkan Bank Garansi atas pekerjaan yang belum selesai tersebut dan dilakukan penjurnalan per tanggal 31 Desember 2013, yaitu:

Jurnal Piutang Bank Garansi:

Akun Debet Kredit

Piutang PNBP xxxx

Cadangan Piutang

Jurnal Penyisihannya:

Akun Debet Kredit

Cadangan Piutang xxxx

Penyisihan Piutang tak tertagih

xxx

Serta koreksi pencatatan/pengurang KDP Bagaimanakah perlakuan akuntansinya untuk tahun 2014 jika pekerjaan tersebut diselesaikan di tahun 2014?

Apakah pencairan Bank Garansi

dikembalikan atau dikompensasikan pada pembayaran termin berikutnya? Terima Kasih,

Jawaban :

Posisi KDP pada tanggal 31 Desember

2013 setelah koreksi adalah

mencerminkan nilai KDP yang sebenarnya. Kemudian pada tahun 2014, KDP tersebut pengerjaannya dilanjutkan dan dilakukan

pembayaran atas kemajuan

pekerjaannya.

Dengan demikian penambahan nilai KDP

tersebut dicatat sesuai dengan

pembayaran yang dilakukan pada tahun 2014. Terhadap akun piutang dan cadangan piutang tak tertagih, akan dilakukan pembalikan (melalui jurnal balik) sesuai dengan basis akuntansi cash toward accrual (CTA). Terima kasih.

6. Pertanyaan :

Berdasarkan PMK No.1/PMK.06/2013

tentang penyusutan BMN berupa Aset Tetap pada Instansi Pemerintah Pusat, dinyatakan bahwa penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan diterapkan selama masa manfaat serta tidak ada nilai

residu. Dalam pemahaman saya,

penyusutan tersebut tidak mengakibatkan nilai aset tetap menjadi negatif. Dari hasil penelitian terhadap Neraca dalam laporan keuangan satuan kerja, terdapat nilai aset

yang lebih kecil dari akumulasi

penyusutannya. Pertanyaan saya: Apakah

hal ini dibenarkan dalam laporan

keuangan, karena nilai tersebut

merupakan hasil dari proses aplikasi Simak BMN? Demikian mohon penjelasan untuk meningkatkan kualitas LKPP Tahun 2013. Terima kasih dan salam.

Jawaban :

Akumulasi Penyusutan tidak boleh lebih besar dari nilai aset. Kami harus melihat detail transaksinya, biasanya terjadi

apabila menggunakan tranksasi

Penghentian Penggunaan, Penggunaan Kembali Aset yang Dihentikan atau Barang Rusak Berat yang diusulkan ke Pengelola. Pada saat menggunakan

transaksi tersebut, belum menggunakan update Desember. Jika sudah diupdate menggunakan versi Desember, lakukan Ubah Simpan untuk transaksi-transaksi ketiga tadi.

7. Pertanyaan :

Apakah perbaikan dan pemeliharaan bangunan dapat menambah nilai aset (misalnya bangunan di cat ulang atau memperbaiki atap yang bocor?

Jawaban :

Sesuai Bultek SAP No. 09 Tentang Akuntansi Aset Tetap disebutkan bahwa Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pengeluaran yang dapat memberikan

manfaat lebih dari satu tahun

(memperpanjang manfaat aset

tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran

modal (capital expenditure)

sedangkan;

2. Pengeluaran yang memberikan

manfaat kurang dari satu tahun

(termasuk pengeluaran untuk

mempertahankan kondisi aset tetap)

disebut dengan pengeluaran

pendapatan (revenue expenditure). Berdasarkan dua hal diatas maka perbaikan maupun pemeliharaan bangunan seperti cat ulang atau memperbaiki atap yang bocor masuk kedalam kategori expenditure/ pengeluaran pemeliharaan dan tidak menambah nilai Aset Tetap

8. Pertanyaan :

Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap servis kendaraan roda 4 yang memerlukan pergantian part dengan nilai yang cukup besar?

Contoh: ketika servis dibengkel disarankan mengganti pompa bensin seharga Rp 3juta.

1. Apakah masih bisa menggunakan MAK 523121?

2. Apakah harus dicatat sebagai

penambah nilai kendaraan di BMN? Jawaban :

Terimakasih atas pertanyaannya , Pencatatan biaya pemeliharaan mobil dinas agar memperhatikan :

1. Apabila penggantian part dimaksud

dapat menambah masa manfaat dan umur ekonomis aset tetap maka

penggantian part tersebut menggunakan akun 53XXXX.

2. Apabila penggantian part dimaksud

ditujukan untuk mempertahankan kinerja/performa operasional aset tetap, maka dapat menggunakan akun 52XXXX.

Pilihan apakah penggantian part tersebut menambah masa manfaat atau tidak merupakan hal pertama yang dilakukan untuk menentukan apakah part tersebut masuk dalam kapitalisasi aset atau tidak. terima kasih

9. Pertanyaan :

Beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan:

1. Apakah pengakuan dan pengukuran aset lain-lain yang terdiri dari Aset Tak Berwujud, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, TGR/TPA/TP, dan Aset lainnya pada Pemerintah Pusat sama dengan

pengaturan pengakuan dan

pengukuran aset lain-lain pada

Permendagri 64 tahun 2013 pada Pemerintah Daerah?

2. Saya masih bingung mengenai contoh nyata Aset tak Berwujud pada Pemerintah Pusat. Apa saja contoh Goodwill, Hak CIpta/ Paten, Royalti,

Software, Lisensi, Hasil Penelitian/ Kajian, Aset tak berwujud lainnya, Aset tak berwujud dalam pengerjaan yang ada pada LKPP saat ini yah? Terima kasih.

Jawaban :

1. Terima kasih atas pertanyaannya.

Pertama, yang merupakan Kelompok Akun adalah Kelompok Aset Lainnya, bukan Aset Lain-Lain (Akun). Mengingat Permendagri 64 Tahun 2013 (LKPD Akrual pada Pemda) merupakan turunan dari PP 71 Tahun 2010 (SAP), maka Pengakuan dan Pengukuran Aset Lainnya adalah sama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, yakni secara umum: memiliki manfaat masa depan,

dapat diukur dengan andal

menggunakan nilai perolehan maupun

nilai wajar, serta diterima

kepemilikannya dan atau

kepenguasaannya berpindah.

Pengakuan dan pengukuran ini kemudian dijelaskan lebih rinci terkait karakteristik masing-masing aset lainnya.

Referensi:

Bultek SAP 01, Bab VII: Aset

Lainnya;

Bultek SAP 02, Bab VIII: Aset

Lainnya;

Bultek SAP 11: Aset Tidak

Berwujud;

Permendagri 64 Tahun 2013,

Lampiran I: Kebijakan Akuntansi). 2. Merujuk LKPP Tahun 2012 (Audited),

pada CALK disebutkan bahwa Aset Tak Berwujud merupakan aset yang berupa software dan hak paten yang berada di KL dan tidak dirinci lebih lanjut. Namun apabila merujuk kepada Laporan Keuangan masing-masing K/L, maka akan terlihat rinciannya, seperti pada LIPI, yakni Hak Kekayaan Intelektual berupa Kajian Implementasi Integrated Farming System sebagai contohnya. Atau kalau di DJPB, ada SPAN dan SAKTI sebagai contoh. Hak Cipta bisa jadi ditemukan di Kemenristek seperti Hak Cipta Penggunaan Chip Robotik. Yang perlu diperhatikan disini, ATB diakui ketika memenuhi kriteria dapat diidentifikasi, dikendalikan dan memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Lebih jelasnya terkait

Aset Tidak Berwujud beserta

Akuntansi dan Ilustrasinya, silahkan

membuka Bultek SAP 11: Aset Tidak Berwujud. Selamat Membaca dan Mendalami! Terima kasih.”

10. Pertanyaan

Di Pengadilan Negeri Cibadak ada pelunasan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sejak 2012, yang saya tanyakan kenapa Nilai TGR dineraca sakpa 2013 tidak ada? padahal masih ada Pembayaran TGR belum lunas dikarenakan tidak munculnya dineraca 2013 persoalan ini jadi Temuan BPK. Terimkasih atas bantuannya

Jawaban :

Nilai TGR dan Bagian Lancarnya harus dilakukan input melalui jurnal Neraca pada SAKPA supaya bisa muncul di Neraca. Namun jika pendapatan TGR tersebut merupakan pelunasan atas Piutang TGR pada Satker lain, maka seharusnya pendapatan TGR tersebut diinput sebagai penerimaan satker lain dimaksud dan Piutang TGR-nya disajikan di Neraca Satker ybs.

11. Pertanyaan :

Sesuai dengan Perdirjen Nomor Per-62/PB/2009 pasal 3 Satuan Kerja selaku

UAKPA menyajikan informasi

dilampirkan sebagai suplemen pada laporan keuangan tingkat UAKPA tahunan, pertanyaannya:

1. Apabila Satker selaku UAKPA pada laporan keuangan tahunannya tidak

menyampaikan informasi belanja

akrual kemudian pada tahun anggaran

berikutnya satker tersebut

mengajukan tagihan kepada negara atas beban tahun anggaran lalu, apakah KPPN boleh membayar tagihan tersebut?

2. Cut off LKPP tahunan unaudited tingkat Kuasa BUN KPPN adalah tanggal 20 Januari 2014, apakah

Satker tersebut tetap harus

menyampaikan informasi belanja

akrual tersebut? dan Apakah KPPN sebagai Kuasa BUN tetap mencatat

perubahan tersebut sebagai

perubahan data audited tingkat Kuasa BUN? “Maju terus akuntansi berbasis akrual, untuk pengelolaan Keuangan Negara yang Lebih Baik” . Demikian, terima kasih

Jawaban:

Sesuai dengan Perdirjen 62 Tahun 2009 tentang Tatacara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan maka setiap

entitas pelaporan menyajikan informasi pendapatan dan belanja secara akrual mulai dari tingkat satker sampai dengan

tingkat pengguna anggaran.

Terkait dengan pertanyaan saudara, dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Walaupun satker mempunyai

kewajiban untuk menyajikan informasi pendapatan dan belanja secara akrual, namun dalam hal satker tidak menyajikan informasi belanja secara akrual sebagai suplemen dalam laporan keuangan yang disusun maka KPPN tetap dapat membayarkan tagihan tahun anggaran yang lalu.

Ketentuan pembayaran atas

kewajiban/tagihan tahun yang lalu dilaksanakan sesuai dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor

190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor

07/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2014.

2. Satker menyampaikan laporan

keuangan dengan dilampiri suplemen informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual sesuai dengan batas

waktu yang ditentukan, tidak dipengaruhi oleh batas waktu cut-off penyusunan LKPP tingkat kuasa BUN KPPN (unaudited). Perlu kami sampaikan bahwa KPPN tidak perlu melakukan penyesuaian atas LKPP Tingkat Kuasa BUN KPPN atau data pendapatan dan belanja pada KPPN, terkait dengan suplemen informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual yang disampaikan oleh satker. 12. Pertanyaan :

Bagaimana cara Membuat laporan

Keuangan yang Benar Jawaban :

Pertanyaannya sangat singkat dan padat. Laporan keuangan yang berkualitas

adalah laporan keuangan yang

menyajikan informasi yang relevan, andal,

dapat dimengerti dan dapat

dibandingkan. Untuk mewujudkan laporan keuangan yang berkualitas tersebut secara umum dapat dilakukan dengan menyusun laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dimana setiap transaksi diakui, dinilai dan disajikan sesuai dengan SAP. Selain itu, perlu pengungkapan yang memadai atas kejadian atau peristiwa yang oleh SAP

diharuskan atau dianjurkan oleh SAP dalam catatan atas laporan keuangan (CaLK)

Dan tentunya laporan Keuangan tersebut disusun dengan akurat yaitu tidak terdapat kesalahan dalam perhitungan aritmetika atas penyajian pos-pos dalam laporan keuangan. Terima kasih

13. Pertanyaan :

Pada Lampiran IVa “Ilustrasi LK tingkat UAKPA” , CaLK untuk akun Neraca C.4.2

Aset Lain-lain (page 34)

tercantum:”Penambahan dari reklasifikasi usulan penghapusan sebesar Rp7.500.000 merupakan usulan penghapusan 1 unit kendaraan bermotor, berdasarkan SK

usulan penghapusan Nomor

234.1/KBAP/Kep/IV/2013 tanggal 25

Agustus 2013 “maksudnya “terdapat penambahan nilai Aset lain-lain senilai Rp 7.500.000 karena adanya aset tetap yg

diusulkan penghapusannya”Hal ini

berbeda dengan ketentuan dalam PMK

Nomor 1/PMK.06/2013

tentang Penyusutan BMN berupa Aset Tetap pd Entitas Pemerintah Pusat pasal 7:”Aset tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan

kepada Pengelola Barang untuk

Pasal 4 ayat (3) huruf b: a. direklasifikasi ke dalam Daftara Barang Rusak Berat; b. tidak dicantumkan dalam Laporan

Barang Kuasa Pengguna, Laporan

Barang Pengguna, LBMN, dan Neraca; dan c. dituangkan dalam Catatan atas Laporan Barang dan CaLK”maksudnya; tidak lagi dicatat dalam Neraca baik sebagai Aset Tetap maupun Aset lain-lain. Mana ketentuan yg harus ditaati? Jawaban:

Terima Kasih atas pertanyaannya, memang dalam ilustrasi tersebut sedikit membingungkan, sesuai dengan PMK. 01/PMK.06/2013 bahwa Aset tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dihapuskan, namun supaya tidak membingungkan tolong diasumsikan dalam ilustrasi tersebut bahwa suratnya sudah dibuat namun belum diterima oleh pengelola barang sehingga masih masuk ke Aset Lain-Lain. Namun jika suratnya sudah diterima oleh pengelola barang tanpa menunggu persetujuan aset tetap tersebut cukup diungkapkan dalam CaLK bukan disajikan sebagai aset lain-lain. Terima kasih.

14. Pertanyaan :

Ada beberapa pertanyaan yang saya sampaikan, yaitu: Bagaimana strategi dalam masa transisi penerapan basis akrual pada Akuntansi Pemerintah tahun 2015 mendatang? Apakah sudah ada buletin teknis khusus yang mengatur

bagaimana penjurnalan/ pencatatan

transaksi berdasarkan PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah? Apa yang menjadi alasan penerapan basis akrual di Indonesia? (masih sedikit negara yang menggunakan akrual basis) Mohon jawabannya. terima kasih.

Jawaban :

Strategi implementasi akuntansi berbasis

akrual pada tahun 2015 adalah

menerapkan akuntansi berbasis akrual dengan menggunakan aplikasi SPAN dan/atau SAKTI. Apabila ada masa transisi maka akan diterapkan model paralel dimana akan dijalan sistem lama yang dibarengi dengan implementasi sistem yang baru dengan menggunakan SPAN dan/atau SAKTI. Buletin teknis yang mengatur mengenai transaksi berbasis akrual belum ada. Namun demikian, RPMK yang mengatur mengenai hal ini akan segera diterbitkan. Sedangkan,

alasan mengapa Indonesia menerapkan basis akrual, disamping tentunya karena diamanatkan oleh Undang – Undang, adalah juga karena banyaknya manfaat dari basis akrual, misalnya: (1) dapat disusunnya neraca khususnya mengenai penyajian nilai hak dan kewajiban. (2)

adanya alur logis antara

penambahan/pengurangan ekuitas dari Pendapatan dan Beban ( yang disajikan dalam Laporan Operasional) dengan penyajian ekuitas di Neraca; (3) penilaian kinerja dari perhitungan penggunaan sumber daya (aset) maupun pencapaian target pendapatan dapat dihitung lebih akurat. (4) pengamanan aset khususnya terkait belanja dibayar dimuka dapat lebih efektif karena tidak semua pengeluaran menjadi beban tahun berjalan melainkan dicatat sebagai aset untuk periode tahun anggaran berikutnya sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan pembayaran ganda atas beban dimaksud di tahun anggaran yang akan datang.

15. Pertanyaan :

Saya ingin menanyakan bagaimana

statusnya gedung dan bangunan yang telah dicatat sebagai aset tetap pada neraca pemda tetapi ternyata status

kepemilikan tanahnya belum jelas

(walaupun tanahnya juga sudah diakui sebagai aset pemda). Apakah bisa dicatat sebagai aset tetap atau direklasifikasikan sebagai aset lain-lain ? Karena tanahnya berdasarkan Bultek 09 SAP tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset pemerintah serta diungkapkan secara memadai dalam CALK. Terima kasih.. Jawaban :

Apabila tanahnya sudah diakui, maka aset tetap berupa gedung dan bangunan yang didirikan di atasnya dicatat sebagai aset tetap gedung dan bangunan. Apabila nantinya ternyata aset berupa tanahnya tersebut harus diserahterimakan kepada pihak lain, maka aset tetap berupa

gedung dan bangunan bisa

diserahterimakan atau

dipindahtangankan atau dilepas melalui mekanisme dijual atau dirubuhkan untuk diambil nilai sisanya berupa barang bongkaran.

16. Pertanyaan :

Bagaimanakah penilaian LKPP berkaitan dengan lampiran/kelengkapan LKPP untuk

(Informasi Pendapatan dan Belanja

AKRUAL) ? Jika dalam laporan tersebut hanya ada satu satker atau seluruh satker

atau tidak ada sama sekali yang melaporkan apakah penilaiannnya sama? Jawaban :

Prosentase jumlah satker yang

menyampaikan lampiran Informasi

Pendapatan dan Belanja secara akrual tentu menentukan penilaian terhadap LKPP KPPN. Penilaian antara yang mencantumkan seluruh satker tentu berbeda dengan yang hanya sebagian satker saja. demikian juga halnya apabila tidak ada satker yang melampirkan informasi akrual tentu tidak mendapat poin penilaian atas kelengkapan LKPP khususnya terkait informasi pendapatan dan belanja akrual

17. Pertanyaan :

Terdapat transaksi akrual yang tidak

dimasukan dalam neraca Laporan

keuangan Semester I, namun karena Laporan Keuangan Tingkat Kementerian

telah terlanjur diserahkan kepada

Kementerian Keuangan maka tidak

dimungkinkan untuk mengganti laporan keuangan tersebut karena otomatis akan mengganti laporan keuangan tingkat kementerian juga. Bagaimana caranya memperbaiki kekeliruan akibat tidak

dimasukannya transaksi akrual ini didalam neraca semester I?

Jawaban :

Prinsipnya, perbaikan dilakukan pada saat ditemukan. Dalam hal Laporan Keuangan tidak dapat diubah lagi, maka perbaikan dilakukan pada periode berikutnya atau saat diketahuinya (itu pun apabila

pengaruhnya masih ada). Namun

demikian, mengingat pencatatan

transaksi akrual hanya dilakukan pada saat penyusunan LK Semesteran dan Tahunan, maka perbaikan yang Saudara maksudkan, dilakukan pada LK Tahunan, dengan syarat memang masih ada pengaruhnya pada tanggal pelaporan tersebut dan dicatat sebesar pengaruh yang tersisa tersebut.

Dokumen terkait