32 Gambar 10. BOX : Shopping List Data Base
Dari pengalaman penilaian, data base terpenting yang harus dimiliki oleh kelompok dan bisa ditampilkan adalah 1. data soal kepemilikan lahan; 2. data keanggotaan; 3) data administrasi kayu; dan data potensi hutan jika kelompok akan melanjutkan ke sertifikasi PHBML.
1. Data Umum Desa - Demografi - Penggunaan Lahan
2. Legalitas andil (Wonosobo & Blora) Nama Pemilik
Andil
Luas (ha) Legalitas Penggunaan Lahan
Sastro 0.5 Sertifikat/Leter C/Leter D, dsb..
Kebun Campur
...
Catatan: belum jelas yang didata hanya hutan rakyat atau SEMUA (termasuk pemukiman).
3. Kapasitas Kelembagaan/Kepemimpinan Lokal: a. Profil Kelompok
a.1. Informasi Umum Kelompok Nama Koperasi : Alamat : Nomor Telepon : Ketua : Sekretaris : Bendahara : Manager : No Akte :
a.2. Dinamika Perjalanan Kelompok a.3. Aturan-aturan internal kelompok a.4. Kapasitas Kepemimpinan lokal
adalah kapasitas masing-masing individu anggota kelompok mengenai SVLK. Kapasitas dikelompokan dalam 3 kategori:
o Tidak paham o Paham
o Fasilitator Lokal
33 Dalam kelompok; data ini ditampilkan dalam buku 2 yaitu buku tentang profil unit manajemen; sementara buku 1 berisi tentang dokumen pengajuan, dan buku 3 berisi tentang dokumen pendukung.
Aktifitas ini merupakan media untuk mendesiminasihan hasil pembelajaran kepada publik ada 2 bentuk yang dikembangkan, yaitu web database interaktif di
www.svlk.digital-peasants.org dan media hardkopi dalam bentuk buku saku bagi
pengelola hutan rakyat maupun kelompok HKm dan buku panduan penyiapan unit manajemen menuju SVLK.
Menjadi catatan penting dalam project ini, web interaktif masih berlaku internal dan belum di launching untuk publik, hal ini dilakukan karena sampai saat ini keputusan dari lembaga sertifikasi tentang hasil audit learning site masih belum keluar keputusan sehingga data base interaktif ini belum dianggap baku. Rencana setelah hasil keputusan keluar maka web ini akan di publikasikan untuk pembelajaran publik. Gambar 11. Tampilan web interaktif
MATRIK CAPAIAN
Tabel 12. Matrik Capaian Program “Pengembangan Learning Site Untuk Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Jateng dan DIY”
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung GOAL:
Terwujudnya tatakelola kehutanan yang baik (Good Forestry Governance) melalui pengurangan illegal logging untuk kelestarian sumberdaya hutan di Jawa
1. Meningkatnya supply produksi kayu yang legal di Jawa 2. Berkurangnya laju degradasi
hutat dengan berkurangnya tingkat illegal logging 3. Meningkatnya kualitas tata
kelola kehutanan yang baik
Seluruh wilayah regional jawa khususnya untuk subregional Jawa bagian tengah- selatan dengan luasan potensi Hutan Rakyat sekitar 2,7 ha dan Hutan Negara sekitar 3 ribu ha
-
Immediate objective :
Terlaksananya percepatan proses-proses Sistem Verifikasi Legalitas Kelompok Usaha Kehutanan Kecil dan Mikro yang implementatif dan dipahami oleh parapihak terkait di Jawa Tengah dan DIY
i. Adanya pemahaman di tingkatan tokoh masyarakat/perangkat desa yang terlibat langsung dalam tata usaha kayu rakyat tentang SVLK ii. Adanya pemahaman pengelola dan
terimplementasinya SVLK dalam pengelolaan sumberdaya hutan skala mikro dan kecil (HKm dan Hutan Rakyat)
iii. Tersedianya lesson learned dan rekomendasi implementatif dari penerapan SVLK pada unit manajemen dan industri
pengolahan hasil hutan skala mikro dan kecil
1. Ada minimal 30 orang perangkat desa di wilayah jawa tengah dan DIY yang paham kebijakan dan menerapkan SVLK. 2. Ada minimal 40
kelompok/pengelola hutan rakyat dan 35 kelompok HKm paham dan mampu menerapkan SVLK 3. Tersedia 3 learning site
yang mencakup sertifikasi VLK Hutan Rakyat di 2 kabupaten dan VLK IUPHHK HKm di 1 kabupaten
1. Ada 29 perangkat desa telah mengikuti dan mendapat sertifikat kompetensi sebagai penerbit yang memahami PUHH dan SVLK dan 1 orang dari organisasi paham.
2. 38 pengelola hutan rakyat mengikuti pelatihan dan didampingi dalam pemenuhan standar VLK, 10 orang petani di libatkan aktif dalam pemenuhan standar VLK, sehingga pemahaman 48 orang pengelola hutan
Ada kebutuhan untuk memperbanyak Kades yang mempunyai
kapasitas sebagai penerbit; karena penerbit SKAU menjadi kunci pemenuhan VLK di Hutan Rakyat
Pengembangan SOP yang terkait dengan PUHH
Mendorong unit manajemen melakukan bisnis kayu rakyat sehingga pelaksanaan PUHH oleh masyarakat bisa konsisten
Sinergitas penegakan PUHH dengan semua
35
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
4. Ada data dan informasi pembelajaran pada akhir project
rakyat telah mencapai diatas 70% terhadap VLK. 35 orang dari KP HKm telah dilatih dan di dampingi sehingga pemahaman petani mencapai 60% terhadap VLK di Hutan Negara. 3. Persiapan 3 Learningsite;
untuk learning site hutan rakyat sudah sampai tahap 100% dalam konteks VLK, sedang untuk HKm tahapan mencapai 70% dikarenakan ijin IUPHHk KHm belum terbit. 4. Web interaktif internal
untuk pengembangan database VLK
www.svlk.digital-peasants.org
5. Hasil pembelajaran telah dipresentasikan untuk perbaikan p. 38/ 2009 maupun masukan bagi beberapa kebijakan PUHH; seperti p 51/ 2006
pihak (Dinas, Pedagang dan Petani)
Perbedaan prosedur dokumen antara RLPS dan BUK dalam pengelolaan hutan di HKM
Harus ada komitmen dari pemerintah untuk
mendorong VLK di Hutan Negara yang dikelola Masyarakat
Perbaikan panduan bagi petani berdasarkan pengalaman penilaian
Perbaikan kebijakan PUHH supaya kebijakan bisa di implementasikan di lapangan
Output 1.
Peningkatan pemahaman pengelola dan terimplementasinya SVLK dalam pengelolaan sumberdaya
1. Pahamnya pengelola hutan rakyat dan HKm di Jawa Tengah dan DIY terhadap implementasi SVLK
1. Ada 75% dari 105 orang dari wilayah Jawa Tengah dan DIY paham dan mampu menerapkan
29 orang kepala desa atau perangkat desa dan 1 orang petani telah mengikuti pelatihan
Kepala desa telah memiliki wewenang menerbitkan SKAU
36
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
hutan skala mikro dan kecil (HKm dan Hutan Rakyat)
2. Terbentuk learning site implementasi SVLK
3. Adanya review kebijakan dan
feedback kebijakan terhadap
P.38/2009
VLK
2. Ada 3 learning site: hutan rakyat di Blora dan Wonosobo, dan HKm di Gunungkidul 3. Review kebijakan dan
implementasi SVLK
Pengukuran dan Pengenalan Jenis Kayu Rakyat dengan subtansi materi tentang PUHH, Sertifikasi Hasil Hutan dan VLK, kapasitas peserta pelatihan 29 orang lulus dan mempunyai kewenangan untuk menjadi pelaku Penerbit karena kapasitasnya sebagai kepala desa sementara 1 orang lulus tetapi tidak/ belum berhak menjadi penerbit karena berasal dari petani. Hasil pelatihan ini sudah ter-rekognisi Departemen Kehutanan melalui BP2HP wilayah Jawa dan Madura.
35 Orang Perwakilan Kelompok Tani HKm DIY telah mengikuti pelatihan SVLK, dengan tingkat pemahaman 30% pada saat pelatihan dan terus ada peningkatan pemahaman terhadap VLK setelah dilakukan pendampingan; dari verifier yang ada kelompok HKm telah
oleh propinsi sehingga biaya menjadi mahal dan tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan
Data yang ada di desa masih beragam/ tidak konsisten sehingga menimbulkan kesulitan dalam penyusunan dokumen
Web interaktif masih berlaku di internal, belum di launching ke publik karena bentuk bakunya belum ada, masih menunggu keputusan penilaian dari lembaga sertifikasi.
Bahasa dan Sistem SVLK yang rumit dan susah dipahami petani
Kebijakan PUHH tidak dilaksanakan dengan konsisten di lapangan
37
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
mencapai pemenuhan standar diatas 60% dengan catatan masalah yang paling berat dihadapi ada pada persoalan perijinan (IUPHHK-HKm) dan juga
Pembiayaan UKL/UPL/ Amdal.
21 Kelompok tani hutan/ petani di Wonosobo telah mengikuti pelatihan SVLK, dengan
pemahaman cukup 45% pada saat pelatihan dan meningkat sampai 90% paham terhadap VLK setelah melakukan persiapan untuk pengajuan Verifikasi kepada lembaga verifikasi legalitas kayu (Sucofindo)
23 Kelompok Tani Hutan/ Individu di Blora telah mengikuti pelatihan dengan pemahaman cukup dan bagus 82% pada saat pelatihan dan saat ini mencapai pemahaman hampir 90% tentang VLK.
10 orang Pengurus KWML, Pengurus
38
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
Paguyuban di Kd. Keris; Girisekar dan Dengok Kabupaten Gunungkidul memahami SVLK setelah dilakukan kegiatan Monev yang melibatkan KWML dan Juga
penyiapan dokumen untuk pengajuan sertifikasi VLK
3 Kabupaten learning site untuk Hutan Rakyat yaitu Gunungkidul, Wonosobo dan Blora, pada saat ini telah dilakukan assesment oleh LV-LK (Sucofindo)
1 Kabupaten Learning site HKm; belum sampai ke tahap pengajuan tetapi pembelajaran ada pada diagnosa persoalan pemenuhan standar untuk hutan yang dikelola masyarakat
Terumuskannya masukan bagi perbaikan p 38/ 2009 dan juga aturan lain yang terkait erat dengan PUHH misalnya p 51/ 2006 tentang PUHH di HR dan juga beberapa persoalan untuk IKM
39
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung Aktivitas 1.1. Pelatihan SVLK
bagi perangkat desa yang bertugas dalam Tata Usaha Kayu Rakyat
Meningkatnya pemahaman para perangkat desa Jateng-DIY terhadap legalitas kayu dan VLK
1. Ada minimal 30 perangkat desa
mengikuti pelatihan dan paham tentang TUK 2. Ada minimal 75% dari
30 perangkat desa menerapkan TUK
29 orang kepala desa dan perangkat desa serta 1 Organisasi tani telah mengikuti pelatihan TUK, termasuk pemahaman awal SVLK
Aktivitas 1.2. Pelatihan SVLK bagi unit usaha kehutanan skala mikro (kelompok/koperasi HKm, kelompok/koperasi hutan rakyat, dan atau individu pemilik hutan rakyat) di DIY dan Jawa Tengah
Meningkatnya pemahaman SVLK bagi unit usaha kehutanan skala mikro (kelompok/koperasi HKM, kelompok/koperasi hutan rakyat, dan atau individu pemilik hutan rakyat) di DIY dan Jawa Tengah
1. Ada minimal 35 koperasi / kelompok HKm paham VLK IUPHHK HKm di Gunungkidul 2. Ada minimal 75% kelompok HKm mampu menyiapkan penerapan VLK 3. Ada minimal 20 kelompok hutan rakyat/individu di Blora paham VLK hutan rakyat
4. Ada minimal 75% dari 20 kelompok hutan rakyat di Blora menerapkan VLK 5. Ada 20 kelompok hutan
rakyat/individu paham VLK hutan rakyat di Wonosobo
6. Ada minimal 75% dari 20 kelompok hutan rakyat di Wonosobo menerapkan VLK 35 Kelompok/ Koperasi HKm telah mengikuti pelatihan SVLK dengan tingkat pemahaman 30% 35 Kelompok HKm telah menyiapkan dokumen pendukung VLK dan mempersiapkan SOP PUHH 23 kelompok hutan rakyat/ individu di Blora telah mengikuti pelatihan SVLK dengan tingkat pemahaman cukup dan bagus 82%
Ada 25 KTH di level dusun dari 8 desa telah menjadi anggota “Jatimustika dan telah Audit VLK” 21 Kelompok hutan rakyat/ individu di Wonosobo telah mengikuti pelatihan SVLK dengan tingkat pemahaman cukup
40
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
mencapai 45%
Ada 22 KTH di 5 Desa telah menjadi anggota APHR dan telah di audit VLK
Aktivitas 1.3. Pendampingan
learning site SVLK untuk
Kelompok Hutan Rakyat dan HKm di wilayah DIY dan Jawa Tengah, terkait kelembagaan
Siapnya kelembagaan HKm dan Hutan rakyat dalam sertifikasi
1. Ada 1 koperasi HKm siap diajukan sertifikasi IUPHHK HKm 2. Ada 8 desa di Blora dan
2 desa di Wonosobo siap diajukan sertifikasi VLK hutan rakyat
3. Ada penyiapan kelembagaan hutan rakyat 8 desa di Blora dan 2 desa di Wonosobo untuk sertifikasi PHBML
Ada 1 Kop HKm terdampingi secara intensif dalam penyiapan VLK. Jumlah anggota di Sedyorukun 254 KK petani. Proses yang belum selesai adalah pengajuan IUPHHK-HKm dan Amdal; proses VLK di Sedyomakmur ini akan berdampak pada lebih dari 3.098 petani HKm di DIY.
Ada 8 desa di Blora dengan jumlah petani (KK) 884 petani yang didampingi intensif ; 8 desa ini tergabung dalam 1 unit assesment dengan nama Gapoktanhut Jatimustika Blora; penyiapan dokumen 100% dan telah dilakukan penilaian oleh LV-LK.
Ada 5 desa di Wonosobo dengan jumlah anggota/ petani 4384 atau 2698 KK yang didampingi intensif.
41
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
5 desa ini tergabung dalam 1 unit assesmen bernama asosiasi pemilik hutan rakyat (APHR) Wonosobo. Penyiapan Dokumen 100% dan sudah dilakukan penilaian SVLK oleh Sucofindo
Ada 3 Desa di Gunung Kidul siap sertifikasi VLK, dengan jumlah petani (1658 KK) yang tergabung dalam 1 unit manajemen KWML
Aktivitas 1.4. Penghitungan potensi hutan rakyat dan pemetaan partisipatif kawasan hutan rakyat
Tersedianya informasi potensi hutan rakyat dan kawasan hutan rakyat
Ada 8 desa di Blora dan 2 desa di Wonosobo dan teridentifikasi potensi hutan rakyatnya dan kejelasan batas-batas areal desa
Blora : sudah terpetakan areal hutan rakyat di 8 desa dengan batas areal yang jelas. Peta sudah dalam bentuk digital; dari hasil inventarisasi hutan rakyat dapat diketahui potensi kayu di 8 desa: standing stock 36.121 m3 dengan luas hutan rakyat 500,37 ha.
Wonosobo :sudah terpetakan kawasan hutan rakyat di 5 desa dan sudah dalam bentuk peta digital. Total tegakan/ potensi kayu ada 526.880 pohon dengan jenis; sengon
42
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
(452.4740, suren (18.365), Mahoni (30.409), dan Kelapa (25.632) ; dengan potensi kayu per hektar 90 m3 dengan total luas wilayah hutan rakyat: 1.228 hektar
Aktivitas 1.5. Pengajuan sertifikasi VLK Hutan Rakyat, meliputi penyiapan dokumen sampai dengan pengajuan sertifikasi
Siapnya pengajuan sertifikasi VLK hutan rakyat ke lembaga sertifikasi
Ada kelengkapan dokumen pengajuan sertifikasi pada 8 desa hutan rakyat Blora dan 2 desa hutan rakyat
Wonosobo
Wonosobo: Dokumen pengajuan sudah 100% terdiri dari : 1) peta desa dan hutan rakyat di 5 desa Kalimendong,
Jonggolsari, Burat, Manggis dan Duren Sawit ; 2) Bukti kepemilikan lahan; 3) Keanggotaan; 4) organisasi pengaju; 5) Dokumen pendukung dan 6) aplikasi pengajuan penilaian. Untuk dokumen angkutan (SKAU) belum di verifikasi karena kelompok belum melakukan pemanenan kayu.
Blora: Dokumen siap 100%; terdiri dari peta hutan rakyat 8 desa : Jurangjero, NgAmpel, Waru, Soko, Tempuran, Platungan, Sendangharjo, dan Jatirejo. Dokumen
43
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
yang diajukan antara lain : 1) Aplikasi Dokumen; 2) Keanggotaan; 3) Kepemilikan Lahan; 4) Kelembagaan; 5) peta kepemilikan HR; dan 6 Dokumen Pendukung. Gunungkidul: Dokumen pengajuan siap 100%; terditi dari: 1) Daftar keanggotaan; 2) Rekapitulasi bukti kepemilikan HR; 3) Dokumen angkutan; 4) Kelembagaan; 5) Peta Hutan rakyat di 3 desa (kd. Keris, Girisekar dan Dengok); 6. Aplikasi dokumen; dan 7. Dokumen pendukung (etat dan potensi, serta penelitian pihak lain)
Aktifitas 1.6. Pengajuan
sertifikasi VLK IUPHHK HKm, meliputi penyiapan dokumen sampai dengan pengajuan sertifikasi
Siapnya pengajuan sertifikasi VLK pemegang IUPHHK HKm ke lembaga sertifikasi
Ada kelengkapan dokumen pengajuan sertifikasi pada 1 koperasi HKm
Penyiapan dokumen mencapai 70%, sesuai verifier yang dinilai untuk pengelolaan hutan oleh masyarakat; kekurangan ada pada ijin IUPHHK HKm yang belum turun (Kewenangan BUK-kementrian kehutanan) dan dokumen amdal (luas
44
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
dibawah 6.000 hektar tidak diperlukan); sehingga belum bisa mengajukan ke LV-LK
Aktifitas 1.7 Latih-damping peserta pelatihan tata usaha kayu dan SVLK
Terimplimentasinya hasil-hasil pelatihan TUK dan SVLK
1. Ada 30 perangkat desa terlatih-damping TUK 2. Ada 35 kelompok tani HKm di Gunungkidul terlatih-damping VLK 3. Ada 40 kelompok/
pengelola hutan rakyat di Wonosobo dan Blora terlatih-damping
Ada 14 perangkat desa di Wonosobo yang terlatih damping dan telah berkomitment
Ada 15 perangkat desa yang akan difasilitasi oleh pokja HRL di
GunungKidul
Ada 35 kelompok HKm yang telah mengikuti pelatihan VLK
Ada 44 kelompok (21 Wonosobo dan 23 Blora) dan petani yang telah mengikuti pelatihan VLk dan mempunyai agenda untuk mensosialisasikan VLK dan mulai
mengimplementasikan VLK
o Aktifitas 1.8 Koordinasi
parapihak daerah (kabupaten dan provinsi)
Terkomunikasinya inisiatif SVLK kepada parapihak daerah
Ada tim kerja multipihak di Blora,Wonosobo, dan Gunungkidul
Wonosobo : para pihak di daerah sepakat untuk mendorong implementasi VLK di wonosobo; proses ini akan di gawangi oleh Assek 2 (bapak munir) dan rencananya masuk menjadi bagian di FHW
Blora : Dinas kehutanan blora berkomitmen untuk
45
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
mendorong VLK dan menjadi tupoksi dari seksi perlindungan dan juga penyuluh lapangan kehutanan
Gunungkidul: untuk HKm implementasi VLk akan didorong oleh pokja pemberdayaan dan untuk HR akan dikawal oleh Pokja HRL
Output 2.
Knowledge management (lesson learned development) dari proses pendampingan
SVLK
1. Tersedianya data dan informasi ttg learning site implementasi SVLK
2. Tersedia data dan proses pembelajaran implementasi SVLK
3. Diseminasi hasil pembelajaran SVLK
1. Satu model database dan informasi implementasi SVLK 2. Paket modul
pendampingan SVLK hutan rakyat dan HKm
Baseline Unit Managemen Hutan Rakyat dan HKm
Web - data interaktif (internal)
www.svlk.digital-peasants.org
Buku saku bagi petani HR dan HKm
Buku panduan menuju SVLK bagi pengelola hutan rakyat dan HKm o Aktivitas 2.1. Penyusunan
database learning site
Siapnya database interaktif Satu model database VLK Tersusunya shopping list database
Tersedianya sumber data bagi unit manajemen HR dan HKm
o Aktivitas 2.2 Diseminasi meliputi database interaktif dan modul pendampingan
Tersusunnya dan terdistribusinya hasil-hasil pembelajaran SVLK
1. Ada database interaktif 2. Ada modul
pendampingan
Web interaktif di
www.svlk.digital-peasants.org
46
Targets Indicators Capaian Program
(Pointers, Angka, Prosentase dari Target)
Hambatan dan Faktor Pendukung
pengelola HKm dan HR
Buku panduan persiapan menuju SVLK bagi kelompok hutan rakyat dan HKm
4. Rencana Tindak dan Rekomendasi
Rencana tindak merupakan merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan; antara lain
No Tantangan Rencana Tindak
1 Perluasan Areal di level Kabupaten
Memperkuat Unit Manajemen
Merealisasikan manfaat VLK bagi petani
Membangun unit bisnis petani
Advokasi dukungan pemda terhadap VLK di HR
2 Pasar bagi HR sertifikasi Jejaring antara UM HR dengan IUI
Peningkatan kapasitas petani dalam grading kayu
Membangun Unit bisnis kayu rakyat
Membangun task force level kabupaten untuk mendukung kayu rakyat
3 IUPHHK HKm Advokasi Ke Kementrian kehutanan 4 PUHH Meningkatkan kapasitas penerbit
SKAU bagi UM tersertifikasi
Advokasi kebijakan layanan SKSKB dan SKAu
sedangkan beberapa rekomendasi.
No Rekomendasi Keterangan
1 Pembiayaan sertifikasi Untuk hutan rakyat sebaiknya di tanggung APBN/ Negara
Mendorong penganggaran VLK di hutan rakyat oleh Pemda
2 Kelembagaan/ Unit Assesment Perumusan unit manajemen hutan rakyat harus lebih jelas
Unit Manajemen harus dengan pertimbangan ekonomis/ cucuk 3 Sosialisasi P38/ 2009 Karena banyak orang pemerintah yang
belum memahami kebijakan ini
Lintas sektor diluar kehutanan harus tau juga
4 Estafet Pendampingan dari LSM ke Pemda & Koordinasi parapihak daerah (kabupaten dan provinsi)
Advokasi supaya pasca pendampingan oleh LSM, Pemda bisa melanjutkan fasilitasi UM mencapai VLK
5 Data Base Perbaikan data dan informasi sehingga akan memudahkan proses VLK
Menyediakan data dan informasi mengenai SVLK, Unit Manajemen
48 dan Pasar kepada Publik
49 5. STATUS KEUANGAN
Dana yang telah diterima : Rp Dana yang telah dibelanjakan : Rp 6. Lampiran – lampiran
Lampiran dalam laporan ini terdiri dari: 1. Lampiran 0. Laporan MFP triwulan 1 2. Lampiran 1. Peta Wonosobo
3. Lampiran 2. Peta Blora
4. Lampiran 3. Peta Gunungkidul 5. Lampiran 4. Dokumen Blora 6. Lampiran 5. Dokumen Wonosobo 7. Lampiran 6. Dokumen Gunungkidul 8. Lampiran 7. Dokumen Aplikasi Sucofindo
9. Lampiran 8. Dokumen keanggotaan lahan Wonosobo 10. Lampiran 9. Keanggotaan KWML
11. Lampiran 10. Anggota Blora
12. Lampiran 11. Data inventarisasi hutan Blora 13. Lampiran 12. Data inventarisasi hutan wonosobo 14. Lampiran 13. Laporan Pendampingan Blora 15. Lampiran 14. Laporan Pendampingan Wonosobo