• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.2 Kajian Teori

2.2.5 Kohesi

2.2.5.1 Kohesi Gramatikal

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa Halliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2003:23) membagi kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Aspek gramatikal wacana meliputi: pengacuan (r efer ence), penyulihan

(substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction).

2.2.5.1.1 Pengacuan (Referensi)

Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, pengacuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengacuan endofora apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana.

Berdasarkan arah pengacuan endofora dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) pengacuan anaforis (a na phor ic r efer ence) adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri. (2) pengacuan kataforis

(cata phoric reference) adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual

tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan.

Jenis kohesi gramatikal pengacuan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (1) pengacuan persona, (2) pengacuan demonstratif, dan (3) pengacuan komparatif. (Sumarlam, 2003: 23-24).

2.2.5.1.1.1 Pengacuan Persona

Menurut konsep gramatikal, kata ganti orang atau pronomina persona dibedakan menjadi tiga yang meliputi persona pertama (persona I), kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun jamak (Sumarlam, 2003: 24). Contohnya adalah sebagai berikut.

”Bima anakku, mengapa kauragu, tidak puaskah dengan kesaktianmu, semua kesatria mengakui kebesaranmu.”

Sebagai perwujudan kekohesifan wacana pada aspek gramatikal berupa morfem ka u- pada kaur agu dan -mu pada kesaktianmu, kebesar anmu mengacu pada tokoh Bima yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu pada awal kalimat atau antesedennya berada di sebelah kiri. Dalam tuturan tersebut digunakan dua satuan lingual yang mengacu pada tokoh yang sama (Bima), yaitu ka u-sebagai pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat kiri, sedangkan -mu merupakan pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat kanan. Dengan ciri-ciri semacam itu maka

kau- dan -mu adalah jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora yang anaforis melalui pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat kiri dan kanan. 2.2.5.1.1.2 Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu (temporal) mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan waktu netral. Sementara pronomina demonstratif tempat ada yang mengacu pada tempat atau lokasi yang dekat dengan pembicara, agak jauh dengan pembicara, jauh dengan pembicara, dan menunjuk secara eksplisit (Sumarlam, 2003: 25). Contohnya adalah sebagai berikut.

(a) “Di perbatasan Maespati, tiba-tiba Sumantri menghentikan rombongannya.” (Narasi)

(b) ”Raden Sumantri, bukankah tinggal setengah hari lagi perjalanan kita

memasuki Maespati?” (TMJY.19).

(c) Raden, sekarang aku ingat, bahwa Gunung Indrakila itu sangat angker. Untuk mencapai puncak Gunung Indrakila yang menjulang tinggi itu harus melalui hutan yang sangat lebat dan di kanan kiri jalan terdapat tebing yang sangat curam.

Tampak pada contoh (a) frasa di per bata san Maespati menunjuk secara eksplisit suatu tempat Sumantri menghentikan rombongannya. Kata Maespati pada tuturan (b) juga menunjuk secara eksplisit suatu tempat, tetapi pembicara (dalam hal ini kata Tumenggung Jayayuda/TMJY) ketika menuturkan kalimat itu sedang berada di tempat yang jauh dari tempat yang dimaksudkan pada tuturan itu. Dengan kata lain, pembicara sedang berada di perbatasan Maespati, sedangkan untuk mencapai

Maespati masih dibutuhkan perjalanan setengah hari lagi. Selanjutnya, satuan lingual

sekar ang pada tuturan (c) merupakan pronomina demonstratif waktu yang mengacu

2.2.5.1.1.3 Pengacuan Komparatif (Perbandingan)

Pengacuan komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya (Sumarlam, 2003:27).

”Permohonan atau larangan dari saudara-saudaranya agar Bima tidak pergi ke Samodra ditolak oleh Bima. Keinginan Bima yang sangat kuat untuk mendapatkan air suci Perwita Sari di Samudra itu seperti karang berdiri tegak yang tidak goyah oleh deburan ombak atau sapuan gelombang.”

Satuan lingual seperti pada contoh di atas adalah pengacuan komparatif yang mengacu pada perbandingan dan persamaan antara sikap Bima yang mempunyai kemauan yang keras dan tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain dalam hal itu perkataan saudara-saudaranya dengan sifat karang yang tidak goyah oleh deburan ombak atau sapuan gelombang.

2.2.5.1.2 Penyulihan (Substitusi)

Penyulihan (substitusi) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dilihat dari satuan lingualnya substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.

2.2.5.1.2.1 Substitusi Nominal

Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual yang lain yang berkategori nomina (Sumarlam, 2003:28). Sebagai contoh unsur pengganti dalam substitusi nominal adalah sebagai berikut.

”Pengusaha itu memiliki kekayaan demikian banyak, tetapi dia tidak mempunyai anak. Untuk itu, kelak dia akan menyerahkan hartanya kepada badan pengelola amal agar harta tersebut dapat dibagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.

Sebagai perwujudan kekohesifan wacana pada aspek gramatikal tampak adanya penggantian satuan lingual nomina kekayaa n pada contoh tersebut dengan satuan lingual nomina lainnya, yaitu kata har tanya.

2.2.5.1.2.2 Substitusi Verbal

Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual yang lain yang berkategori verba (Sumarlam, 2003:29). Contohnya sebagai berikut.

”Dalam lakon Begawan Ciptaning, Arjuna berhasil memusnahkan keangkaramurkaan seorang tokoh yang membuat onar negara. Pembuat onar atau tokoh antagonis yang berhasil dilenyapkan oleh arjuna itu adalah Niwatakawaca.”

Kata dilenyapkan dalam tuturan tersebut merupakan unsur pengganti yang berupa satuan lingual verba yang menggantikan kata memusnahkan yang berkategori verba juga.

2.2.5.1.2.3 Substitusi Frasal

Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual yang berupa frasa (Sumarlam, 2003:29).

“Setelah menyadari kesalahannya, Raja Soda, Raja Sri Kalinggapati, dan Raja Sri Wisabajra yang berasal dari kubu Maespati kembali ke medan perang dengan semangat menyala-nyala. Akan tetapi, tidak lama kemudian Raja-Raja Maespati itu berguguran.

Sebagai perwujudan kekohesifan wacana pada aspek gramatikal tampak adanya penggantian satuan lingual yang berupa frasal Raja Soda, Raja Sr i

Kalingga pati, dan Raja Sr i Wisabajr a dengan frasal lainnya, yaitu Raja-Raja

Maespati.

2.2.5.1.2.4 Substitusi Klausal

Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual yang lain yang berupa kata atau frasa (Sumarlam, 2003:30).

Contohnya sebagai berikut.

”Dalam suatu peperangan, Raja Widarba mengejar lawannya, yaitu para kesatria yang selamat dan melarikan diri. Seolah-olah Raja Widarba tidak menginginkan lawannya lolos dalam keadaan hidup.”

Tampak pada contoh tersebut adanya penggantian satuan lingual yang berupa klausa par a kesatr ia ya ng sela mat da n melar ikan dir i, dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa, yaitu lolos dala m keadaa n hidup. Satuan lingual yang disubstitusi, yaitu selamat dala m peper a ngan dan kejar an musuh, serta dapat melar ika n dir i dapat bermakna sama dengan lolos dalam keadaa n hidup. Penggantian itu dimaksudkan agar memperoleh unsur pembeda sebagai perwujudan kekohesifan wacana pada aspek gramatikal.

2.2.5.1.3 Pelesapan (Elipsis)

Pelesapan (elipsis), ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya (Sumarlam, 2003:30).

Contohnya sebagai berikut.

(a) ”Rawana mulai menyerang patih Suwanda dengan berbagai senjata.”

(b) ”Akan tetapi, tidak ada senjata Rawana yang mampu mencapai Suwanda karena selalu tertolak oleh panah Suwanda.”

Pelesapan satuan lingual tampak pada tuturan (b). Pelesapan yang mengacu pada tuturan (a) berupa kata patih terletak antara kata mencapai dan kata Suwanda, juga antara kata panah dan Suwanda. Pada tuturan (a) disebutkan nama jabatan Suwanda adalah patih. Dengan demikian, peristiwa pelesapan pada tuturan (b) dapat dipresentasikan menjadi tuturan (b1), dan apabila kata patih tidak dilesapkan, akan menghasilkan tuturan tidak efektif, tidak efisien, dan tidak praktis, seperti yang terlihat pada tuturan (b2).

(b) 1. ” Akan tetapi, tidak ada senjata Rawana yang mampu mencapai Ø Suwanda karena selalu tertolak oleh panah Ø Suwanda.”

2. ”Akan tetapi, tidak ada senjata Rawana yang mampu mencapai patih Suwanda karena selalu tertolak oleh panah patih Suwanda.”

2.2.5.1.4 Perangkaian (Konjungsi)

Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (Sumarlam, 2003:32). Ada beberapa jenis konjungsi dan maknanya sebagai perangkaian unsur dalam wacana, misalnya konjungsi sebab-akibat (kausalitas) yang meliputi sebab, karena, maka, makanya; konjungsi penambahan (aditif), meliputi dan, juga, serta; konjungsi urutan (sekuensial), meliputi lalu, terus, kemudian; dan sebagainya. Contohnya sebagai berikut.

“Dasamuka terpaksa maju ke medan perang karena pasukannya terdesak oleh

musuh.”

Kekohesifan tuturan pada contoh tersebut ditandai dengan adanya salah satu unsur kohesi gramatikal, yaitu unsur satuan lingual kata perangkaian. Kata perangkaian yang digunakan adalah kata kar ena. Konjungsi kar ena pada contoh tuturan berfungsi menyatakan hubungan kausal antara klausa Da sa muka ter paksa

maju ke medan per ang sebagai akibat, dengan klausa berikutnya, yaitu pasukannya

terdesak oleh musuh sebagai sebab.

Dokumen terkait