• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLABORASI ATAU KONSULTASI

Diagnosa potensial kebutuhan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat.

a. Persiapan resusitasi yaitu :

1) Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering. Gunakan ruangan yang hangat dan terang.

2) 2 helai kain/handuk

3) Bahan ganjal bayi digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur pasisi kepala bayi.

4) Alat penghisap lendir De Lee atau balon karet.

5) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal. 6) Kotak alat resusitasi.

7) Jam (JNPK-KR, 2007) b. Tindakan resusitasi yaitu :

1) Langkah awal

a) Menjaga bayi tetap hangat. b) Mengatur pasisi bayi. c) Mengisap lendir.

d) Mengeringkan dan rangsang taktil e) Reposisi.

f) Melakukan penilaian, apakan bayi menangis atau bernafas spontan dan teratur. Jika tidak lakukan ventilasi.

a) Pasang sungkup dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.

b) Melakukan ventilasi percobaan (2 kali). Lakukan tiupan udara dengan takanan 30 cm air, lihat apakah dada bayi mengembung, bila tidak mengembung periksa posisi kepala, dan pastikan posisi kepala sudah benar.

c) Melakukan ventilasi definitif, lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik, apabila bayi sudah bernafas normal hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bila bayi belum bernafas lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik berikutnya. Kemudian menyiapkan rujukan apabila bayi belum bernafas dalam 2 menit diventilasi (JNPK-KR, 2007).

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat dan penanganan lebih lanjut persalinan dengan presentasi bokong.

V. PERENCANAAN

Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan data subjektif, objektif dan diagnosa kebidanan. Pada presbo perencanaan persalinan sebagai berikut :

1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. 2. Beri ibu dukungan emosional.

3. Lakukan palpasi uterus, besarnya uterus dapat dijadikan pedoman untuk menentukan usia kehamilan. Pada kehamilan muda besar

uterus ditentukan pemeriksaan bimanual, sedangkan mengukur tinggi fundus dalam sentimeter bermanfaat sampai usia kehamilan 28-30 minggu. Keadaan yang mempengaruhi penentuan usia kehamilan berdasarkan besar uterus untuk mengetahui kehamilan kembar, letak sungsang, gangguan pertumbuhan janin, poli hidramnion, kandung kencing penuh atau kehamilan dengan mioma. Lakukan penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan pengaruhnya terhadap pembukaan servik) dan perkiraan berat badan janin.

4. Lakukan pengawasan 10

5. Siapkan partus set dan resusitasi.

VI. PELAKSANAAN

Melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan.

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa kondisi kehamilan ibu merupakan kehamilan dengan letak sungsang, sehingga harus mendapatkan penanganan lebih lanjut.

2. Memberi ibu dukungan emosional. 3. Melakukan palpasi uterus.

a) Keadaan umum b) Tekanan darah c) Nadi d) Suhu e) Respirasi f) Kontraksi g) DJJ h) Bandle ring i) Vesika urinaria j) Kemajuan persalinan

5. Menyiapkan partus set dan resusitasi : a) Klem ½ kocher

b) Gunting episiotomy

c) 2 klem Kelly atau 2 klem kocher d) Gunting tali pusat

e) Benang tali pusat f) Kateter nelaton g) Kassa

h) Gulungan kapas DTT i) Kateter penghisap De Lee

j) Sarung tangan steril 2 pasang. Alat alat di atas dalam wadah steril

k) Tabung suntik 2 ½ atau 3 ml dan 5 ml l) Oksitosin 8 ampul

m) 3 botol RL

n) 2 kanula IV no 16-18 G (JNPK-KR, 2007) Persiapan resusutasi yaitu :

a) Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering. Gunakan ruangan yang hangat dan terang

b) 2 helai kain/handuk

c) Bahan ganjal bayi digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi

d) Alat penghisap lendir De Lee atau balon karet

e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal f) Kotak alat resusitasi

g) Jam

VII. EVALUASI

Langkah terakhir dilakukan evaluasi keaktifan asuhan yang sudah diberikan meliputi teratasi masalah apakah sudah sesuai dengan diagnosanya. Dalam evaluasi akan ditemukan perkembangan kesehatan klien, apakah membaik, memburuk atau tidak ada perubahan setelah dilakukan asuhan teori kebidanan. Berdasarkan evaluasi rencana asuhan kebidanana dituliskan dalam catatan perkembangan mencakup SOAP yang artinya :

S : Subyektif : data yang didapat dari klien secara langsung.

O : Obyektif : Data yang didapat dari hasil observasi dan pemeriksaan.

A : Assesment : Pernyataan gangguan yang terjadi atas subyektif dan obyektif

P : Perencanaan : Perencanaan yang sesuai dengan masalah yang terjadi.

Evaluasi tindakan adalah langkah terakhir dalam melaksanakan menejemen kebidanan agar klien memperoleh asuhan kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan.

DATA PERKEMBANGAN I Subyektif :

1. Ibu merasa ingin BAB dan tidak kuat ingin meneran

2. Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin lama semakin kuat Obyektif :

1. Tampak tekanan pada anus, vulva membuka, dan perineum menonjol

2. Hasil pemeriksaan dalam : dilatasi servis 10 cm, effasement 100 %, penurunan kepala H III +

3. Kontrasi uterus baik 4. Pemeriksaan DJJ (+)

Assesment :

Ny. G P A umur kehamilan (dalam minggu), keadaan janin dalam uterus dalam persalinan kala II dengan presentasi bokong

Planning

1) Mendengar & melihat adanya tanda persalinan kala dua yaitu dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka.

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun & air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu. 16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Menginstruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his. Mengedan dengan benar, mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, mengupayakan tenaga mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat lutut, angkat kepala dan lihat kepusar.

20) Memimpin berulang kali hingga bokong turun didasar panggul. Melakukan episiotomy saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.

21) Melahirkan bayi dengan cara Bracht : Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara Bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul). Sementara langkah ini dilakukan, seorang asisten

melakukan perasat Wigand M. Wingkel. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada, lakukan hiperlordosis pada saat angulus scapula inferior tampak dibawah simpisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kearah perutibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi, dan kepala. Bila terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai daerah scapula inferior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau muller (manual aid).

Hasil : bayi lahir pada jam, jenis kelamin laki-laki/perempuan, menagis/tidak, gerak aktif/tidak, APGAR skor.

DATA PERKEMBANGAN II Subyektif

1. Ibu mengatakan lega bayinya sudah lahir 2. Ibu mengatakan perunya merasa mules Obyektif

1. Bayi telah lahir, menangis/tidak, A/S, jenis kelamin, TFU setinggi pusat, kontraksi baik

2. Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu , uterus globuler, tali pusat bertambah panjang dengan sendirinya, ada semburan darah mendadak

Ny. P A, dalam persalinan kala III dengan presentasi bokong Planing

1. Setelah bayi lahir melakukan penilaian selintas, apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak aktif .

2. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

3. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

5. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

6. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

7. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

8. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.

9. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

10. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 11. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

12. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

13. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).

14. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

15. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Hasil : keadaan plasenta, jumlah kotiledon, selaput plasenta, insersi tali pusat dan panjang tali pusat, laserasi pada derajat berapa

DATA PERKEMBANGAN III Subyektif

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules Obyektif

1. Plasenta sudah lahir

2. Evaluasi keadaan umum, tanda-tanda vital 3. TFU 2 jari di bawah pusat

4. Kotraksi uterus 5. Jumlah perdarahan

6. memeriksa antropometri (BB,PB,LK,LD,LP,LILA) Assesment

Ny. P A, dalam persalinan kala IV dengan peraslinan presbo Planning

1. Periksa fundus uterus, tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pertama dan dan setiap 30 menit jam kedua karena jika uterus lembek lakukan mesase sampai uterus keras atau uterus berkontraksi baik, otot akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan (Saefudin AB, 2002)

2. Membersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering sehingga ibu merasa nyaman (Saefudin AB, 2002)

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan bantu ibu pada posisi yang nyaman karena ibu telah mengeluarkan banyak tenaga untuk melahirkan (Saefudin AB, 2002).

4. Memeriksa antropometri bayi meliputi berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar perut, lingkar dada, dan lila

Hasil : TD, Nadi, Suhu, TFU, kontraksi, kandung kemih, jumlah perdarahan dan hasil pemeriksaan antropometri.

Prosedur tetap persalinan sungsang di RSUD Wonosobo ibu dipimpin meneran saat bokong sudah tampak di vulva, pada primipara atau multipara dengan jalan lahir yang kaku dilakukan episiotomi lebar, cunam piper harus selalu disiapkan, bayi harus lahir dalam waktu kurang dari 10 menit setelah tali pusat lahir, usahakan bayi lahir spontan (secara Bracht), bila tidak berhasil segera lakukan manual aid secara klasik, muller atau lovset, kepala dilahirkan secara mauritceau.

Persalinan dilakukan dengan SC apabila dicurigai disproporsi kepala panggul (DKP), partus mulai menunjukan tanda-tanda tak lancar, kelainan his, primitua atau infertilitas dan taksiran berat janin > 3500 gr.

B. ASPEK HUKUM

Kompetensi bidan di Indonesia dalam asuhan selama persalinan dan kehamilan kompetensi bidan harus memiliki pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan

masyarakat dan kesehatan profesional, dan memiliki ketrampilan dasar salah

satunya yaitu memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan preterm.

Sedangkan dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002. BAB V Tentang praktik bidan pasal 16 tentang pelayanan kebidanan pada ibu salah satunya yaitu pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, posterm dan preterm.

Dokumen terkait