• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koleksi dan Pengukuran Organ Testis Secara Langsung

Koleksi organ testis pada 3 jenis ayam lokal diawali dengan melakukan euthanasia secara fisik yaitu pemenggalan leher (decapitation). Ayam dieuthanasia dengan cara memotong 3 saluran yang terletak pada bagian leher yang terdiri dari saluran pernapasan, pencernaan, dan pembuluh darah. Euthanasia dilakukan secara cepat dalam waktu singkat. Ayam yang dipastiakan sudah benar-benar mati dilanjutkan dengan tahap nekropsi. Organ testis ayam yang berwana putih terletak di anterior ginjal kiri dan kanan diambil menggunakan gunting dan dilanjutkan dengan pengukuran.

Pengukuran organ testis ayam yang meliputi berat, volume, penampang memanjang, dan penampang melintang testis dilakukan setelah ayam dieuthanasia. Berat testis adalah berat testis kiri dan kanan yang ditimbang menggunakan timbangan digital (skala max 1000 g) dengan ketelitian 0.1 g. Berat kedua testis dirata-ratakan dari masing-masing ayam jantan. Volumetrik testis diukur dengan prosedur, testis yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam gelas ukur skala 100 mL yang telah diisi cairan NaCl fisiologis sebanyak 50 mL. Testis dimasukkan

13 satu per satu sesuai dengan jenis ayam. Selisih perubahan angka dengan volume awal pada gelas ukur berisi cairan NaCl fisiologis merupakan volume testis yang diukur. Penampang memanjang testis diukur tegak lurus sepanjang testis dan penampang melintang testis diukur pada bagian terlebar testis menggunakan

electronic calipers dalam satuan mm.

Prosedur Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian tahap 1 disampaikan dalam bentuk rerata dan standar deviasi (SD) dan dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian tahap 2 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tersarang dengan 15 ulangan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan menggunakan analisis of variance (ANOVA) menggunaakan software SPSS 16 jika ditemukan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji Duncan.

Penelitian tahap 3 dan 4, ukuran testis hasil USG dan ukuran testis hasil pengukuran langsung dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan uji independen sample (t-test). Korelasi bobot badan dengan ukuran testis dan konsentrasi sel spermatozoa dianalisis menggunakan analisis korelasi menggunaakan software SPSS 16.

14

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Semen Ayam Merawang, Kampung, dan SK kedu

Kualitas semen 3 jenis ayam pada penelitian ini secara umum memiliki volume semen rendah akan tetapi konsentrasi spermatozoa tinggi. Pemeriksaan makroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara warna semen, konsistensi, dan pH. Semua ayam menunjukkan warna semen putih susu dengan konsistensi kental dan pH berkisar antara 6.94±0.20 sampai 6.97±0.21, pH semen yang diperoleh berada dalam kisaran normal. Kualitas semen ayam merawang, kampung, dan SK kedu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kualitas semen ayam merawang, kampung, dan SK kedu (rerata±SD)

Parameter Merawang Jenis Ayam Kampung SK kedu

Makroskopis

Volume (mL) 0.40 ±0.26a 0.24±0.12b 0.16±0.10c

Warna Putih susu Putih susu Putih susu

Konsistensi Kental Kental Kental

pH 6.97±0.21 6.96±0.18 6.94±0.20 Mikroskopis Gerakan Massa 3+ 3+ 3+ Motilitas Spermatozoa (%) 81.83±6.36 82.67±4.81 82.93±4.35 Spermatozoa Hidup (%) 90.02±6.00 91.05±4.34 91.45±4.49 Abnormalitas spermatozoa (%) 3.22±3.54 3.62±4.31 2.99±2.63 Konsentrasi spermatozoa (106 sel mL-1) 4 490±2 890a 3 245±2 199b 3 751±2 369b Total spermatozoa per ejakulat (106 sel) 2 066±1 978a 789±639b 613±546b Ket: huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0.05). SD: standar deviasi

Hasil penelitian menunjukkan volume semen ayam merawang (0.40±0.26 mL) lebih tinggi (P<0.05) dari ayam kampung (0.24±0.12 mL) dan SK kedu (0.16±0.10 mL). Volume semen hasil penelitian ini berada pada kisaran yang sama dengan hasil penelitian Siudzinska dan Lukaszewicz (2008a) pada jenis ayam green legged partridge, black minorca, white crested black polish, dan

italian partridge yaitu antara 0.24 mL sampai dengan 0.52 mL. Perbedaan volume semen sebelumnya telah dilaporkan oleh Malik et al. (2013) pada ayam red jungle, ayam domestik dan ayam bantam masing-masing yaitu 0.33±0.16 mL, 0.29±0.18 mL, dan 0.10±0.10 mL.

Variasi volume semen antara jenis ayam dapat disebabkan oleh fisiologis normal proses spermatogenesis dan respon terhadap teknik masase selama koleksi semen (Tarif et al. 2013). Donoghue et al. (2000) menyatakan bahwa volume ejakulasi bergantung pada bangsa, umur, individu, musim, pencahayaan, dan faktor lingkungan lainnya. Perbedaan volume semen pada penelitian ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan jenis ayam dan bobot badan di antara ayam merawang (2 712±320 g), kampung (2 571±406 g) dan SK kedu (2 258±428 g).

15 Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan (P>0.05) antara gerakan massa, motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa dari ketiga jenis ayam (Tabel 1). Gerakan massa spermatozoa ayam +3. Persentase motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa pada ayam merawang, kampung, dan SK kedu secara berturut-turut adalah 81.83±6.36%, 82.67±4.81%, dan 82.93±4.35%; 90.02±6.00%, 91.05±4.34%, dan 91.45±4.49%; 3.22±3.54%, 3.62±4.31% dan 2.99±2.63%.

Konsentrasi spermatozoa antara 3 jenis ayam lokal menunjukkan perbedaan. Ayam merawang memiliki konsentrasi tertinggi (4 490 x 106 mL-1) (Tabel 1) sedangkan konsentrasi ayam kampung dan SK kedu tidak berbeda (P>0.05), yaitu (3 245 x 106 mL-1) dan (3 751 x 106 mL-1). Perbedaan konsentrasi pada beberapa jenis ayam juga telah dilaporkan oleh Malik et al. (2013) dan Hermiz et al. (2016). Malik et al. (2013) melaporkan konsentrasi spermatozoa pada ayam red jungle,

ayam domestik dan ayam bantam adalah 4 440±9.05 × 106 mL-1, 2 730±10.50 × 106 mL-1 dan 1 830±7.43 × 106 mL-1. Hermiz et al. (2016)

melaporkan konsentrasi spermatozoa ayam jantan yaitu 3 650 × 106 mL-1 sampai 5 890 × 106 mL-1. Tarif et al. (2013) juga melaporkan bahwa konsentrasi spermatozoa bervariasi antara ayam jantan dari 9 600 × 106 ke 7 500 × 106 per mL. Perbedaan konsentrasi spermatozoa antara ayam diduga disebabkan oleh faktor jumlah pakan yang dikonsumsi, perbedaan bobot badan, dan rumpun (Malik et al.

2013) serta umur dan musim (Elagib et al. 2012). Rumpun ayam yang besar memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi (Donoghue et al. 2000).

Total spermatozoa per ejakulat hasil penelitian berbeda (P<0.05) antar 3 jenis ayam lokal. Rerata total spermatozoa per ejakulat ayam merawang (2 066±1 978 x 106 sel per ejakulat) lebih tinggi dibandingkan ayam kampung

(789±639 x 106 sel per ejakulat) dan SK kedu (613±546 x 106 sel per ejakulat). Perbedaan total spermatozoa per ejakulat antar jenis ayam disebabkan oleh perbedaan konsentrasi dan volume semen antar jenis ayam. Lebih tingginya total spermatozoa per ejakulat pada ayam merawang dikarenakan ayam merawang memiliki konsentrasi dan volume yang lebih tinggi dibandingkan ayam kampung dan ayam SK kedu.

Kualitas Semen Ayam Merawang

Kualitas semen 5 ekor ayam merawang pada penelitian ini menunjukkan karakteristik makroskopis yang sama pada warna dan pH. Semua individu ayam merawang menunjukkan warna semen putih susu dengan pH 6.90±0.10 sampai dengan 7.0±0.05. Konsistensi semen berkisar antara encer sampai kental. Volume semen ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu. Volume semen tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 5 (M5) yaitu 0.66±0.03 mL dan terendah pada M3 (0.17±0.03 mL) (Gambar 2). Hasil penelitian ini berbeda dengan Tarif et al. (2013) yang melaporkan tidak terdapat perbedaan volume semen antar individu ayam. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor jumlah pakan yang dikonsumsi, manajemen, dan respons individu terhadap teknik masase. Volume semen individu ayam merawang dapat dilihat pada Gambar 2.

Karakteristik mikroskopis menunjukkan adanya perbedaan antar individu pada gerakan massa, motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas

16

spermatozoa. Gerakan massa berkisar antara +2 dan +3. Motilitas dan spermatozoa hidup pada M1, M3, M4, dan M5 menunjukkan hasil yang sama, keempatnya lebih tinggi dari M2 (Gambar 3). Menurut Tarif

motilitas spermatozoa berkisar antara 81.70±1

dan persentase spermatozoa hidup berkisar antara 82.20% sampai dengan 87.30% bahkan bisa mencapai 93.08% (Hermiz

satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilit spermatozoa. Perbedaan persentase motilitas spermatozoa dan spermatozoa hidup dapat disebabkan oleh faktor individu.

Gambar 2 Volume semen individu ayam merawang. M1: merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M4: merawang 4; M5: merawang 5 Abnormalitas spermatozoa ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Rerata abnormalitas spermatozoa individu ayam merawang yaitu M1 (3.50±0.90%), M2 (0.58±2.00%), M3 (4.88±0.90%), M4 (2.90±0.90%), dan M5 (2.11±0.90%) (Gambar 3). A

tertinggi terdapat pada M3 (4.88±0.90%) dan terendah pada M2 (0.58±2.00%). Berdasarkan hasil penelitian abnormalitas spermatozoa yang diperoleh masih berada dalam kisaran normal. Selvan (2007) melaporkan abnormalitas spermatozoa pada ayam Rock

kandungan protein pakan, vitamin E, dan kalsium.

spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa dari individu ayam merawang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase motilitas spermatozoa ( abnormalitas spermatozoa (

merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M5: merawang 5 a a ab 0 20 40 60 80 100 M1 Pe rs ent as e Spe rm at oz oa (% )

spermatozoa. Gerakan massa berkisar antara +2 dan +3. Motilitas dan spermatozoa hidup pada M1, M3, M4, dan M5 menunjukkan hasil yang sama, keempatnya lebih tinggi dari M2 (Gambar 3). Menurut Tarif et al

motilitas spermatozoa berkisar antara 81.70±1.70% sampai dengan 85.00±2.90% dan persentase spermatozoa hidup berkisar antara 82.20% sampai dengan 87.30% bahkan bisa mencapai 93.08% (Hermiz et al. 2016). Motilitas merupakan salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilit spermatozoa. Perbedaan persentase motilitas spermatozoa dan spermatozoa hidup dapat disebabkan oleh faktor individu.

Gambar 2 Volume semen individu ayam merawang. M1: merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M4: merawang 4; M5: merawang 5 Abnormalitas spermatozoa ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Rerata abnormalitas spermatozoa individu ayam merawang yaitu M1 (3.50±0.90%), M2 (0.58±2.00%), M3 (4.88±0.90%), M4 (2.90±0.90%), dan M5 (2.11±0.90%) (Gambar 3). Abnormalitas spermatozoa tertinggi terdapat pada M3 (4.88±0.90%) dan terendah pada M2 (0.58±2.00%). Berdasarkan hasil penelitian abnormalitas spermatozoa yang diperoleh masih berada dalam kisaran normal. Selvan (2007) melaporkan abnormalitas

Rock berkisar 3.09% - 5.75% bergantung pada umur, kandungan protein pakan, vitamin E, dan kalsium. Persentase motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa dari individu ayam merawang dapat dilihat pada Gambar 3.

Persentase motilitas spermatozoa ( ), spermatozoa hidup (

abnormalitas spermatozoa ( ) dari individu ayam merawang. M1: merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M4: merawang 4; M5: merawang 5

b b a a a a

b a ab

M2 M3 M4

Individu

spermatozoa. Gerakan massa berkisar antara +2 dan +3. Motilitas dan spermatozoa hidup pada M1, M3, M4, dan M5 menunjukkan hasil yang sama,

et al. (2013) .70% sampai dengan 85.00±2.90% dan persentase spermatozoa hidup berkisar antara 82.20% sampai dengan 87.30% 2016). Motilitas merupakan salah satu parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi fertilitas spermatozoa. Perbedaan persentase motilitas spermatozoa dan spermatozoa hidup

Gambar 2 Volume semen individu ayam merawang. M1: merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M4: merawang 4; M5: merawang 5 Abnormalitas spermatozoa ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Rerata abnormalitas spermatozoa individu ayam merawang yaitu M1 (3.50±0.90%), M2 (0.58±2.00%), M3 (4.88±0.90%), M4 bnormalitas spermatozoa tertinggi terdapat pada M3 (4.88±0.90%) dan terendah pada M2 (0.58±2.00%). Berdasarkan hasil penelitian abnormalitas spermatozoa yang diperoleh masih berada dalam kisaran normal. Selvan (2007) melaporkan abnormalitas 5.75% bergantung pada umur, Persentase motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, dan abnormalitas spermatozoa dari individu

), spermatozoa hidup ( ) dan ) dari individu ayam merawang. M1: M4: merawang 4;

a a

ab M5

17 Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). M4 memiliki konsentrasi spermatozoa yang paling tinggi (6 158±693 x 106 mL-1) dan M2 (2 066±693 x 106 mL-1) memiliki konsentrasi spermatozoa yang paling rendah (Gambar 4). Total spermatozoa per ejakulat tertinggi terdapat pada M5 (3 396±421 x 106) dan M4 (3 110±421 x 106) dan terendah pada M2 (486±942 x 106). Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat dari individu ayam merawang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Konsentrasi spermatozoa ( ) dan total spermatozoa per ejakulat ( ) dari individu ayam merawang. M1: merawang 1; M2: merawang 2; M3: merawang 3; M4: merawang 4; M5: merawang 5

Perbedaan konsentrasi antara individu juga dilaporkan oleh Tarif et al. (2013) yaitu pada rumpun ayam sasso namun konsentrasi spermatozoanya lebih tinggi yaitu berkisar antara 9 200±0.30 x 106 mL-1 sampai dengan 9 900±0.30 x 106 mL-1. Konsentrasi spermatozoa M4 yang dilaporkan pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan laporan Siudzinska and Lukaszewicz (2008b) pada ayam white crested black polish dan black minorcas yaitu 4 700 × 106 mL-1 dan 4 200 × 106 mL-1. Rerata total spermatozoa per ejakulat pada individu ayam merawang lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Sonseeda et al. (2013) pada ayam thai yaitu 1 477 x 106 sel per ejakulat dan Junaedi et al. (2016) pada ayam pelung yaitu 706.47±48.5 x 106 sel per ejakulat.

Karakteristik semen dalam individu ayam merawang menunjukkan adanya variasi antar individu. Variasi terlihat dari volume semen, gerakan massa, motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa, dan total spermatozoa per ejakulat. Individu terbaik di dalam jenis ayam merawang secara berturut-turut adalah M4, M5, dan M1. Faktor yang memengaruhi kualitas semen antar individu dalam jenis ayam merawang dapat disebabkan oleh faktor genetik, bangsa, pakan, dan lingkungan (Tabatabaei et al. 2010; Elagib et al. 2012). Kismiati (1997) menegaskan secara khusus bahwa faktor pakan, terutama jumlah protein, dan energi, menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas semen ayam yang dihasilkan.

Kualitas Semen Ayam Kampung

Kualitas semen 5 ekor ayam kampung pada penelitian ini menunjukkan karakteristik makroskopis tidak berbeda pada warna dan pH. Semua individu ayam kampung menunjukkan warna semen putih susu dengan pH 6.91±0.05

ab b b a ab b b b a a 0 2000 4000 6000 8000 M1 M2 M3 M4 M5 10 6sel m L -1 Individu

18

sampai dengan 7.0±0.05. Konsistensi semen berki

Volume semen ayam kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Volume semen tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 1 (K1) yaitu 0.29±0.03 mL dan K5 (0.28±0.03 mL) dan terendah pada K3 (0.17±0.03 mL) Volume semen individu ayam kampung dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5 Volume semen individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: kampung 2; K3: kampung

Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat

perbedaan (P<0.05) antara individu ayam kampung. Gerakan massa berkisar antara +2 sampai +3. Motilitas s

spermatozoa masing-masing berkisar antara 81.33±1.30 90.59±1.26-92.46±1.26% dan 1.60±0.91

dan total spermatozoa per ejakulat individu ayam kampung dapat dilihat p Gambar 6.

Gambar 6 Konsentrasi spermatozoa (

individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: kampung 2; K3: kampung 3; K4: kampung 4; K5: kampung 5

Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat seme

kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). K2 memiliki konsentrasi spermatozoa (5 913±445 x 10 ejakulat tertinggi (1 299±147 x 10 (1 885±445 x 106 mL (300±147 x 106) (Gambar 6). b b 0 2000 4000 6000 8000 K1 10 6sel m L -1

sampai dengan 7.0±0.05. Konsistensi semen berkisar antara encer sampai kental. Volume semen ayam kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Volume semen tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 1 (K1) yaitu 0.29±0.03 mL dan K5 (0.28±0.03 mL) dan terendah pada K3 (0.17±0.03 mL)

semen individu ayam kampung dapat dilihat pada Gambar 5.

Volume semen individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: kampung 2; K3: kampung 3; K4: kampung 4; K5: kampung 5 Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada ilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan dan total spermatozoa per ejakulat menunjukkan adanya perbedaan (P<0.05) antara individu ayam kampung. Gerakan massa berkisar antara +2 sampai +3. Motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas masing berkisar antara 81.33±1.30-84.00±1.30%, 92.46±1.26% dan 1.60±0.91-4.88±0.91%. Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat individu ayam kampung dapat dilihat p

Gambar 6 Konsentrasi spermatozoa ( ) dan total spermatozoa per ejakulat ( individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: kampung 2; K3: kampung 3; K4: kampung 4; K5: kampung 5

Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat seme

kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). K2 memiliki konsentrasi spermatozoa (5 913±445 x 106 mL-1) dan total spermatozoa per ejakulat tertinggi (1 299±147 x 106) dan K3 memiliki konsentrasi spermatozoa

mL-1) dan total spermatozoa per ejakulat terendah ) (Gambar 6). Rerata konsentrasi spermatozoa dan total

a b b a c b K2 K3 K4 Individu

sar antara encer sampai kental. Volume semen ayam kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Volume semen tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 1 (K1) yaitu 0.29±0.03 mL dan K5 (0.28±0.03 mL) dan terendah pada K3 (0.17±0.03 mL)

Volume semen individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: 3; K4: kampung 4; K5: kampung 5 Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada ilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan menunjukkan adanya perbedaan (P<0.05) antara individu ayam kampung. Gerakan massa berkisar permatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas 84.00±1.30%, Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat individu ayam kampung dapat dilihat pada

) dan total spermatozoa per ejakulat ( ) individu ayam kampung. K1: kampung 1; K2: kampung 2; K3: Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat semen ayam kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). K2 memiliki ) dan total spermatozoa per ) dan K3 memiliki konsentrasi spermatozoa ) dan total spermatozoa per ejakulat terendah

Rerata konsentrasi spermatozoa dan total

b b K5

spermatozoa per ejakulat

sama dengan hasil penelitian Junaedi (2015) pada ayam kamp 3 126±84.22 x 106 mL

Berdasarkan karakteristik semen individu dalam jenis ayam kampung menunjukkan bahwa adanya variasi antar individu dilihat dari volume, konsentrasi spermatozoa dan total s

menyatakan bahwa kualitas semen bervariasi antar individu bergantung bangsa, umur, bobot badan, frekuensi penampungan, suhu lingkungan, dan nutrisi pakan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa konsentrasi spe

perkembangan seksual, tingkat kedewasaan pejantan, kualitas pakan, dan musim.

Kualitas semen 5 ekor ayam SK kedu pada penelitian menunjukkan karakteristik makroskopis tidak berbeda pada warna dan pH. S

ayam SK kedu menunjukkan warna semen putih susu dengan pH 6.87±0.05 sampai 6.99±0.05. Konsistensi semen berkisar antara encer sampai kental. Volume semen ayam SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Volume semen tertingg

0.26±0.03 mL dan volume terendah pada SK5 (0.09±0.03 mL) individu ayam SK kedu dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Volume semen individu ayam SK kedu. kedu 2; SK3: SK kedu 3; SK4:

Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan konsentrasi spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan (P

ayam SK kedu. Gerakan massa berkisar antara +2 sampai +3. Motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa masing

individu berkisar antara 81.67±1.30 2.73±0.91-3.70±0.91%.

Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat semen ayam

SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). SK4 (5 073±572 x 106 mL

sama, keduanya memiliki konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dibandingkan 3 individu lainnya (Gambar 7). SK4 (876±127 x 10

spermatozoa per ejakulat 5 individu ayam kampung berada pada kisaran yang sama dengan hasil penelitian Junaedi (2015) pada ayam kamp

mL-1 dan 641.74±56.9 x 106 per ejakulat.

Berdasarkan karakteristik semen individu dalam jenis ayam kampung menunjukkan bahwa adanya variasi antar individu dilihat dari volume, konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat. Salisbury dan Vandemark (1985) menyatakan bahwa kualitas semen bervariasi antar individu bergantung bangsa, umur, bobot badan, frekuensi penampungan, suhu lingkungan, dan nutrisi pakan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa konsentrasi spermatozoa dipengaruhi oleh perkembangan seksual, tingkat kedewasaan pejantan, kualitas pakan, dan musim.

Kualitas Semen Ayam SK Kedu

Kualitas semen 5 ekor ayam SK kedu pada penelitian menunjukkan karakteristik makroskopis tidak berbeda pada warna dan pH. S

ayam SK kedu menunjukkan warna semen putih susu dengan pH 6.87±0.05 sampai 6.99±0.05. Konsistensi semen berkisar antara encer sampai kental. Volume semen ayam SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Volume semen tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 2 (SK2) yaitu 0.26±0.03 mL dan volume terendah pada SK5 (0.09±0.03 mL). Volume semen individu ayam SK kedu dapat dilihat pada Gambar 7.

ume semen individu ayam SK kedu. SK1: SK kedu 1; SK2: SK kedu 2; SK3: SK kedu 3; SK4: SK kedu 4; SK5: SK kedu 5

Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan konsentrasi spermatozoa menunjukkan adanya perbedaan (P<0.05) antara individu ayam SK kedu. Gerakan massa berkisar antara +2 sampai +3. Motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa masing

individu berkisar antara 81.67±1.30-85.00±1.30%, 90.65±1.26-92.24±1.26% dan 0.91%.

Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat semen ayam

SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). SK4 mL-1) dan SK1 (4 791±572 x 106 mL-1) menunjukkan hasil yang

memiliki konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dibandingkan 3 individu lainnya (Gambar 7). SK4 (876±127 x 106), SK2 (849±127 x 10

19 5 individu ayam kampung berada pada kisaran yang

sama dengan hasil penelitian Junaedi (2015) pada ayam kampung yaitu Berdasarkan karakteristik semen individu dalam jenis ayam kampung

menunjukkan bahwa adanya variasi antar individu dilihat dari volume, konsentrasi permatozoa per ejakulat. Salisbury dan Vandemark (1985) menyatakan bahwa kualitas semen bervariasi antar individu bergantung bangsa, umur, bobot badan, frekuensi penampungan, suhu lingkungan, dan nutrisi pakan. rmatozoa dipengaruhi oleh perkembangan seksual, tingkat kedewasaan pejantan, kualitas pakan, dan musim.

Kualitas semen 5 ekor ayam SK kedu pada penelitian menunjukkan karakteristik makroskopis tidak berbeda pada warna dan pH. Semua individu ayam SK kedu menunjukkan warna semen putih susu dengan pH 6.87±0.05 sampai 6.99±0.05. Konsistensi semen berkisar antara encer sampai kental. Volume semen ayam SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu i ditunjukkan oleh ayam nomor 2 (SK2) yaitu . Volume semen

SK1: SK kedu 1; SK2: SK SK kedu 4; SK5: SK kedu 5

Karakteristik mikroskopis menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, abnormalitas spermatozoa sedangkan <0.05) antara individu ayam SK kedu. Gerakan massa berkisar antara +2 sampai +3. Motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan abnormalitas spermatozoa masing-masing 92.24±1.26% dan Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat semen ayam

SK kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). SK4 ) menunjukkan hasil yang

memiliki konsentrasi spermatozoa lebih tinggi dibandingkan 3 ), SK2 (849±127 x 106) dan

20

SK1 (736±127 x 106) memiliki total spermatozoa per ejakulat yang sama, ketiganya lebih tinggi dibandingkan 2 individu lainnya.

Tuncer et al. (2008) melaporkan konsentrasi spermatozoa ayam berkisar antara 2 420±0.02 x 106 spermatozoa mL-1. Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat ayam silangan SK kedu lebih tinggi dibandingkan ayam

silangan kampung broiler hasil penelitian Junaedi et al. (2016) yaitu 2 623±51 x 106 mL-1 dan 361.04±45 x 106 per ejakulat. Faktor yang memengaruhi

perbedaan ini dapat disebabkan oleh jumlah ejakulat dan interval penampungan kondisi pejantan, dan lingkungan (Johnson et al. 2000) serta dapat disebabkan juga oleh perbedaan jenis ayam, faktor pakan yang dikonsumsi, dan manajemen. Konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat individu ayam SK kedu dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Konsentrasi spermatozoa ( ) dan total spermatozoa per ejakulat ( ) individu ayam SK kedu. SK1: SK kedu 1; SK2: SK kedu 2; SK3: SK kedu 3; SK4: SK kedu 4; SK5: SK kedu 5

Berdasarkan karakteristik semen individu dalam jenis ayam SK kedu menunjukkan bahwa adanya variasi antar individu dilihat dari volume, konsentrasi spermatozoa dan total spermatozoa per ejakulat. Setiap individu memiliki kualitas spermatozoa yang bebeda meskipun dipelihara dengan sistem dan manajemen pakan yang seragam. Sukmawati et al. (2014) menyatakan bahwa pada ternak sapi kondisi masing-masing individu seperti kualitas organ reproduksi akan memengaruhi kualitas semen demikian juga pada ayam.

Bobot Badan Ayam Lokal

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (P<0.05) pada

bobot badan antara 3 jenis ayam lokal. Bobot badan ayam merawang (2 712±320 g) lebih tinggi dibandingkan ayam kampung (2 571±406 g) dan SK

kedu (2 258±428 g) (Tabel 2). Variasi bobot badan juga teramati antara individu dalam jenis ayam. Bobot badan ayam merawang menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Bobot badan tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 5 (M5) yaitu 3 058±94 g dan terendah pada M2 (2 244±210 g). Bobot badan ayam kampung menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Bobot badan tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor satu (K1) yaitu 3 282±210 g dan terendah pada K5 (2 285±168 g). Bobot badan 3 jenis ayam lokal dapat dilihat pada Tabel 2. a b b a b a a b a b 0 2000 4000 6000 8000 SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 10 6sel m L -1 Individu

21 Tabel 2 Bobot badan 3 jenis ayam lokal (rerata±SD)

Jenis Bobot Badan (g)

Merawang 2 712±320a

Kampung 2 571±406b

SK kedu 2 258±428c

Ket: huruf berbeda yang mengikuti angka pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05). SD: standar deviasi

Bobot badan ayam SK Kedu menunjukkan adanya perbedaan antar individu (P<0.05). Bobot badan tertinggi ditunjukkan oleh ayam nomor 2 (SK2) yaitu 2 841±440 g dan terendah pada SK1 (1 782±89 g). Perbedaan bobot badan antara jenis ayam dan antara individu dalam jenis ayam dapat disebabkan oleh faktor jumlah pakan yang dikonsumsi, faktor umur, manajemen, dan lingkungan (Djermanovic et al. 2013). Adanya perbedaan antara bobot badan antara jenis dan antara individu dalam jenis ayam menunjukkan bahwa bobot badan juga dipengaruhi oleh jenis ayam dan faktor individu walaupun memiliki umur yang

Dokumen terkait