• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komitmen Indonesia Berdasarkan Hukum Internasio nal dan regional

Dalam dokumen PANDUAN MENYUSUN AMICUS BRIEF (Halaman 104-109)

AMICUS BRIEF

AMICUS BRIEF OLEH THE BECKET FUND FOR RELIGIOUS LIBERTY

C. Komitmen pada Kebebasan Beragama dalam Hukum Internasional danDomestik

1. Komitmen Indonesia Berdasarkan Hukum Internasio nal dan regional

Berdasarkan beberapa perjanjian internasional yang sudah In- donesia sepakati, Indonesia berkewajiban untuk melindungi kebebas- an beragama. Pertama, sebagai anggota PBB, Indonesia telah berjanji untuk "menghormati prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam Pi- agam PBB." Piagam PBB mengikat Indonesiauntuk “menghormati hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental bagi se- mua orang tanpa memandang ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama

97 Lihat Penjelasan, supra note 4, I(2)

98 Lihat The Challenges of Religious Freedom, supra note 13, at 5. Peraturan yang menetap-

kan KTP harus mencantumkan agama seseorang, diskusi infra Part II.A.2.

LAMPIRAN 3

.108” Indonesia juga telah berjanji untuk memegang teguh Universal

Declaration of Human Rights atau “UDHR” (Deklarasi Hak Asasi Ma- nusia Sedunia).109 Dalam pasal 18 UDHR dinyatakan bahwa :

Setiap orang bebas memiliki pikiran, nurani dan agama ; termasuk bebasberpindah agama atau kepercayaan, dan bebas, baik sendiri maupun dalamkomunitas dengan orang lain, di ru- ang publik maupun pribadi, untukmemanifestasikan agama atau kepercayaannya dalam bentuk ajaran, praktek,ibadah dan peng- amatan.110

Dengan menyepakati untuk memegang teguh UDHR, peme- rintah Indonesia berarti menjamin hak seseorang untuk mengikuti doktrin agama yang menjadi pilihan mereka, terlepas dari mayoritas masyarakat atau interpretasi pemerintah atas sebuah doktrin agama. Kedua, Indonesia juga telah berjanji untuk melindungi kebebasan beragama denganmenyetujui International Covenant on Civil and Political Rights atau ICCPR111 (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan politik) pada tahun 2005.112 ICCPR adalah bentuk ekspresi legal prinsip-prinsip yang dijabarkan dalam UDHR dan secara langsung melindungi hak individu untuk bebas memiliki pikiran, nurani dan

108 Id. pasal. 55–56.

109 G.A. Res. 217A (III), U.N. Doc. A/810 (12 Desember 1948). 110 Id. pasal 18

111 G.A. Res. 2200A (XXI), pasal 18, U.N. Doc. A/6316 (16 Desember 1966) 112 Lihat UU No. 12/2005 tentang Indonesia turut merati kasi ICCPR pada tanggal

MENJADI SAHABAT KEADILAN - Panduan Menyusun Amicus Brief

agama,113 bebas untuk berasosiasi,114 dan perlindungan hukum yang setara.115 ICCPR lebih lanjutmencantumkan bahwa agama minoritas juga dijamin dalam perlindungan-perlindungan ini.116

Tiga Pernyataan Umum yang secara langsung mempengaruhi kebebasan beragamaatau kepercayaan dan kebebasan berekspresi, le- bih lanjut menyatakan bahwa batasanyang dapat dilakukan oleh ne- gara terhadap kebebasan-kebebasan ini harus dilakukan secara khu-

sus.117 Pernyataan Komisi Umum Hak Asasi Manusia No. 10 yang

menerjemahkan pasal 19 ICCPR menyatakan :

113 Id. pasal 18 (“1. Setiap orang bebas memiliki pikiran, nurani dan agama ; terma-

suk bebas berpindahagama atau kepercayaan, dan bebas, baik sendiri maupun dalam komunitas dengan orang lain, di ruangpublik maupun pribadi, untuk memanifestasikan agama atau kepercayaannya dalam bentuk ajaran,praktek, pemujaan dan pengamatan. 2. Seseorang tidak boleh menerima tekanan yang dapatnmengganggu kebebasannya untuk beragama atau mengikuti agama atau kepercayaan yang menjadipilihannya. 3. Kebebasan seseorang untuk memanifestasikan agama atau kepercayaannya hanya dapatdibatasi se- bagaimana dinyatakan oleh hukum demi menjaga keamanan masyarakat, ketertiban,kese- hatan, atau moral atau hak asasi dan kebebasan orang lain.”)

114 Id. pasal 21 (“Hak untuk berserikat secara damai harus diakui. Hak ini hanya dapat

dibatasi, sebagaimana dinyatakan dalam hukum yang diperlukan untuk masyarakat demo- kratis, demi kepentingan nasional atau keamanan masyarakat, ketertiban publik, perlin- dungan atas kesehatan atau moral atau perlindungan atas hak dan kebebasan orang lain.”)

115 Id. pasal 26 (“Setiap orang adalah setara di mata hukum dan berhak tanpa adanya

diskriminasi dalam mendapatkan perlindungan hukum yang setara. Maka dari itu, hu- kum melarang diskriminasi dalam bentuk apapun dan menjamin perlindungan hukum yang setara dan efektif kepada semua orang terhadap diskriminasi dalam bentuk apapun, termasuk ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,politik atau pendapat lain, latar belakang nasional atau sosial, properti, kelahiran atau staus lain.”).

116 Id. pasal 27 (“Di negara-negara dimana terdapat etnis, agama atau bahasa minori-

tas, seseorang yang merupakan anggota kelompok minoritas tersebut juga berhak, dalam komunitas dengan anggota lain dari kelompok tersebut, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk menyatakan dan mempraktekkan agama mereka, atau untuk menggunakan bahasa mereka.”)

117 Lihat UN High Comm’r for Human Rights, HRC, Pernyataan Umum No. 11: Larang- an propaganda perang dan menghasut demi timbulnya kebencian antar nasional, ras atau agama, pasal 20 (29 Juli 1983) [selanjutnya akan disebut sebagai Pernyataan Umum 11]; HRC, Pernyataan Umum No. 22: Hak untuk bebas memiliki pikiran, nurani dan agama, pasal 1, CCPR/C/21/ Rev.1/Add.4 (30 Juli1993)[selanjutnya akan disebut sebagai Pernyataan Umum 22].

LAMPIRAN 3

Dalam menerapkan hak kebebasan berekspresi terdapat tugas dan tanggungjawab dan maka dari itu, terdapat pula ba- tasan-batasan tertentu yang dapatberdampak pada kepentingan orang lain atau pada komunitas secarakeseluruhan. Namun bila negara memberikan batasan tertentu pada kebebasanberagama,

hal ini tidak boleh sampai membahayakan hak itu sendi- ri.118

PBB mengulangi pernyataan ini dalam Pernyataan Umum No. 22 tentang ICCPR pasal 18:

Hak untuk bebas memiliki pikiran, nurani dan agama (ter- masuk kebebasanuntuk menganut kepercayaan) pada pasal 18.1 merupakan hak yang sangat luas dan mendalam; hak terse- but meliputi kebebasan memiliki pikiran dalam segala hal, ke- yakinan pribadi, dan komitmen pada suatu agama ataukeperca- yaan, baik dimanifestasikan secara pribadi maupun dalam

komunitas bersama orang lain. Komisi Hak Asasi Manusia

meminta perhatian negara untuk memperhatikan fakta bahwa kebebasan memiliki pikiran dan kebebasan bernurani juga dilin- dungi sebagaimana dilindunginya kebebasan beragama dan ke- percayaan. Karakteristik fundamental dari kebebasan-kebe-

basan ini juga direfl eksikan dengan fakta bahwa hak ini

tidak dapat dilanggar, walaupun dalam keadaan darurat publik, sebagaimana dinyatakan pada pasal 4.2 dalam Kovenan tersebut.119

Lebih lanjut, dalam Pernyataan Umum dinyatakan bahwa hak atas kebebasan beragama pada pasal 18 …

. . . dalam penerapannya, tidak terbatas pada agama tradisional atau pada agama dan kepercayaan dengan karakter- 118 UN High Comm’r for Human Rights, HRC., Pernyataan Umum No. 10: Kebebasan berekpresi, pasal 19 (26 Juni 1983) (penebalan ditambahkan). Komisi Hak Asasi Manusia yang menerbitkan Pernyataan Umum merupakan sebuah badan yang terdiri dari pakar- pakar independen yang memantau implementasi ICCPR. Komisi tersebut diberikan ke- wenangan demi mendengar keluhan individu dan antar-negara yang berkaitan dengan tuduhan pelanggaran ICCPR dan untuk mengeluarkan Pernyataan Umum intepretatif atas ICCPR.

MENJADI SAHABAT KEADILAN - Panduan Menyusun Amicus Brief

istik institusional atau yang prakteknya selaras dengan agama tra- disional. Maka dari itu, Komisi Hak Asasi Manusia menyayang- kan segala kecenderungan untuk mendiskriminasi suatu agama atau kepercayaan atas alasan apapun, walaupun jika agama atau kepercayaan tersebut baru saja dibentuk, atau mewakili agama minoritas yang mungkin memancing permusuhan dari pihak agama yang sudah lebih dulu terbentuk dan dominan dalam su- atu komunitas.120

Terakhir, sebagai anggota ASEAN (Association of Southeast Asi-

an Nations), Indonesia setuju untuk memegang teguh serangkaian

prinsip yang dicantumkan dalam Piagam ASEAN, antara lain : h) menaati azas-azas hukum, pemerintahan yang baik, prinsip de-

mokrasi dan pemerintahan yang konstitusional; dan

i) menghormati kebebasan fundamental, perlindungan dan kema- juan hak asasi manusia, dan kemajuan keadilan sosial; dan j) menaati Piagam PBB dan hukum internasional, termasuk hu-

kum kemanusiaan internasional, yang diikuti oleh negara-nega- ra anggota ASEAN.121

Berdasarkan Konvensi Vienna122 dan Piagam ASEAN, Indo-

nesia terikat di bawah hukum internasional untuk menaati Piagam

120 penekanan ditambahkan). Amyebi Ligabo, Special Rapporteur tentang kebebasan be-

rekpresi pernah memperingatkan tentang bahaya mengorbankan kebebasan nerekpresi demi perasaan keagamaan. Dalam laporannya pada tahun 2008 kepada UNHRC, Ligabo menyatakan "bahwa “batasan tidak dimaksudkan untuk menekan kebebasan berekspresi atas pandangan-pandangan kritis, pendapat kontroversial atau pernyataan yang diang- gap tidak tepat secara politis… batasan-batasan tersebut tidak dirancang untuk melin- dungi sistem kepercayaan dari kiritk internal maupun eksternal."” Lihat U.N. Doc. A/ HRC/7/14 (2008).

121 Piagam ASEAN pasal 2(h)-(j).

122 Pasal 26 Konvensi Vienna tentang Hukum Perjanjian menyatakan bahwa "“setiap

perjanjian berkekuatan untuk mengikat pihak-pihak yang menyepakati dan harus dilak- sanakan dengan niat baik."” Lihat Vienna Convention on the Law of Treaties, 23 Mei 1969, 8 I.L.M. 679, 1155 U.N.T.S. 33, memiliki kekuatan mengikat 27 Januari 1980. Pasal 27 me- nyatakan bahwa penerapan hukum domestik further provides tidak dapat digunakan sebagai pembenaran atas kelalaian dalam menaati kewajiban yang telah ditetapkan dalam suatu perjanjian. Lihat id. pasal 27.

LAMPIRAN 3

PBB UU Hak Asasi Manusia (HAM) 1999 juga menyatakan bahwa UDHR dan ICCPR merupakan bagian penting dalam hukum Indo- nesia. Pada bagian Pembukaan dinyatakan: “"bahwa bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksana- kan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen yang te- lah diterima oleh negara Republik Indonesia"123 Pasal 7 lebih lanjut menyatakan bahwa peraturan internasional tentang hak asasi manusia yang telah diratifi kasi oleh Indonesia akan diterapkan dan mengikat

secara hukum di Indonesia.124

2. Kewajiban Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan Hu-

Dalam dokumen PANDUAN MENYUSUN AMICUS BRIEF (Halaman 104-109)